Share This Article
Hingga saat ini seluruh dunia masih terus berupaya untuk memutus rantai penyebaran virus COVID-19. Namun, tanpa disadari ternyata angka kematian tuberkulosis di tengah pandemi COVID-19 ini juga cukup menyita perhatian. Simak penjelasannya yuk.
Apa itu tuberkulosis?
Melansir penjelasan dari laman WebMD, tuberkulosis (TB) adalah infeksi menular yang biasanya menyerang paru-paru. Infeksi ini juga dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti otak dan tulang belakang. Jenis bakteri pada penyakit ini disebut Mycobacterium tuberculosis.
Apa kaitan tuberkulosis dan COVID-19?
Saat dunia bersatu untuk mengatasi pandemi COVID-19, ada sejumlah penyakit yang luput dari pandangan masyarakat dan dunia medis. Salah satunya adalah penyakit tuberkulosis (TBC).
Menurut data Kemenkes yang dilansir dari laman COVID-19, estimasi kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 jiwa dan yang telah ditemukan sekitar 69 persen atau sekitar 540.000 jiwa. Angka kematian penyakit TBC juga cukup tinggi, yaitu ada 13 orang per jam yang meninggal karena TBC.
Sebenarnya tantangan penyakit TBC memang telah ada di Indonesia sejak lama dan sekarang ditambah dengan adanya pandemi COVID-19, membuat semua pihak harus bekerja sama dengan keras untuk mengatasi potensi penularannya.
Lebih parahnya penyakit TBC juga tidak boleh digampangkan karena jumlah penderita dan penularannya tidak sedikit.
Apakah ada kesamaan gejala antara tuberkulosis dan COVID-19?
Menurut penjelasan dari laman COVID-19, walaupun sama-sama berbahaya dan menular melalui droplet serta saluran pernapasan, tetapi ada beberapa perbedaan antara TBC dengan COVID-19, mulai dari gejala hingga cara penanganannya.
Memang betul bahwa penularannya TBC dan COVID-19 sama-sama ditularkan melalui droplet. Namun, perbedaannya adalah pada diagnosisnya. COVID-19 penyakit yang berasal dari virus, sedangkan TBC dari kuman atau bakteri.
Kemudian, gejala TBC adalah serangan kronik lebih dari 14 hari dan kamu akan mengalami demam kurang dari 38 derajat Celcius disertai batuk berdahak, bercak darah, sesak napas memberat bertahap, berat badan turun dan berkeringat di malam hari.
Bedanya dengan gejala COVID-19 antara lain yaitu mengalami gejala onset akut kurang dari 14 hari disertai demam lebih dari 38 derajat Celcius dengan batuk kering, sesak napas muncul segera setelah onset, nyeri sendi, pilek, nyeri kepala, gangguan penciuman atau pengecapan.
Baca juga: Apakah Penderita TBC Masih Bisa Gemuk? Ini Jawabannya!
Tantangan pengendalian angka kematian tuberkulosis di tengah pandemi COVID-19
Sebelum kemunculan pandemi COVID-19, sebenarnya penyakit TBC ini sudah serius di Indonesia. Penyakit ini adalah salah satu masalah yang cukup besar tetapi banyak orang menganggap bahwa ini penyakit lama yang sudah selesai.
Tantangan utama yang dihadapi setelah adanya COVID-19 yaitu pemerintah kini berpusat kepada pengendalian COVID-19.
Padahal, tanpa munculnya COVID-19, temuan kasus TBC sudah terbatas. Ditambah dengan adanya pandemi COVID-19, pengendalian TBC menjadi terbengkalai di semua tahapannya.
Ir. Arifin Panigoro selaku Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan pengendalian angka kematian tuberkulosis.
Partisipasi semua pihak sangat penting. Sangat diimbau kepada masyarakat untuk tetap bekerja ekstra keras untuk menangani penanganan pandemi COVID-19 tanpa melupakan potensi bahaya TBC yang juga masih terjadi di Indonesia.
Tak hanya itu saja, tantangan lainnya seperti pelayanan TBC tidak bisa berhenti dan protokol kesehatan harus tetap dipatuhi, sehingga pelayanan TBC tetap berjalan dengan baik sekaligus pencegahan COVID-19 juga dapat dilakukan.
Pelayanan bagi pasien TBC juga dapat dilakukan secara daring melalui sistem Go-Drug sehingga tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan obat TBC.
Namun apabila mengharuskan pasien untuk datang ke layanan kesehatan maka protokol kesehatan harus tetap dijalankan dan dipatuhi. Sangat disarankan bagi pasien TBC untuk tidak melakukan pemutusan mengonsumsi obat.
Para pasien TBC dapat mengakses obat dengan melalui Go-Drug atau mitra lainnya yang menyediakan obat TBC.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!