Share This Article
Sekelompok dokter di Perancis melaporkan kasus pertama penularan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pada bayi yang masih di dalam kandungan dari ibu yang sudah terlebih dahulu mengidap penyakit ini.
Laporan sebuah jurnal yang diterbitkan dalam nature communications itu menuliskan jika bayi yang baru lahir ini mengalami inflamasi di otak dalam beberapa hari setelah dilahirkan. Kondisi ini terjadi karena virus melewati plasenta dan menyebabkan infeksi sebelum dilahirkan.
Baca Juga: COVID-19 Bisa Memicu Kerusakan Jantung, Benar atau Tidak Ya?
Kelahiran melalui operasi caesar darurat
Dalam jurnal tersebut dijelaskan jika sang ibu yang berusia 23 tahun masuk ke Rumah Sakit Antoine Béclère di Paris pada 24 Maret dalam kondisi demam dan batuk berat. Sebelumnya sang ibu didiagnosis mengidap corona pada akhir trimester ketiga masa kehamilannya.
Tiga hari setelah Ibu hamil ini masuk, pengawasan yang dilakukan terhadap janin menunjukkan tanda bahaya sehingga dokter melakukan operasi caesar darurat. Sang ibu dalam pengaruh anestesi umum saat operasi dilakukan.
Setelah dilahirkan, bayi segera dimasukan ke ICU dan diintubasi atau dimasukan selang karena bayi ini terpapar oleh anestesi umum.
Virus masuk ke tubuh janin melalui plasenta
Peneliti memeriksa darah dan cairan yang diambil dari paru-paru bayi dan menemukan adanya infeksi COVID-19. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan jika virus menyebar dari darah ibu ke plasenta, di sana virus mereplikasi diri dan menyebabkan inflamasi yang juga terjadi pada bayi.
Tidak hanya itu, dalam jurnal tersebut dituliskan jika peneliti memeriksa plasenta dan menemukan tanda adanya inflamasi intervillous yang akut dan kronis. Selaras dengan inflamasi maternal yang terjadi karena infeksi COVID-19.
Peneliti semakin yakin jika penyebaran terjadi melalui plasenta karena tes RT-PCR di jaringan plasenta menunjukkan positif COVID-19. Tes darah terhadap ibu dan bayi yang menunjukkan status keduanya positif semakin meyakinkan para peneliti.
Makin menguatkan dugaan janin dalam kandungan bisa tertular corona
Apa yang berhasil ditemukan para peneliti di Perancis ini merupakan penguat dugaan penularan corona pada janin yang sudah ada sebelumnya.
Kajian sebelumnya tidak bisa membuktikan dugaan ini karena kemungkinan tidak melakukan pemeriksaan terhadap tali pusar dan darah bayi yang baru dilahirkan.
Selain itu, dibutuhkan pemeriksaan terhadap plasenta serta cairan amniotik yang sulit untuk didapatkan di tengah pandemi.
“Banyak dugaan kasus sebelumnya, tapi hanya berhenti di situ karena tidak ada orang yang memiliki kesempatan untuk menguji semua komponen itu dan memeriksa patologi dari plasenta,” ucap salah satu peneliti Daniele De Luca dilansir theguardian.com.
Sebelumnya, sebuah kajian yang dilakukan terhadap 31 perempuan di Italia pada bulan Maret dan April sebagaimana dilansir businessinsider.com, menunjukkan bukti adanya kemungkinan bayi yang belum lahir dapat ditularkan COVID-19 dari sang ibu.
Penelitian tersebut memakai hasil swab dari vagina, satu sampel ASI, satu sampel plasenta dan 9 sampel dari darah tali pusar. Kajian ini pun mematahkan dugaan jika penularan vertikal dari ibu ke janin tidak mungkin terjadi.
“Kajian kami menunjukkan transmisi vertikal di rahim dari ibu ke anak sangat memungkinkan terjadi,” ucap Dr. Claudio Fenizia, immunology specialist dari University of Milan.
Bayi sembuh dengan sendirinya
De Luca menyatakan jika kondisi bayi berangsur pulih dengan sendirinya meskipun sempat menunjukkan gejala tidak sehat pada hari ke-3 setelah dilahirkan. Pada waktu itu bayi berkelamin laki-laki ini sempat menunjukkan adanya kejang otot.
Kondisi ini sempat membingungkan karena sejauh ini tidak ada panduan bagaimana menangani bayi yang lahir dengan COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saja masih mengkaji lebih lanjut pengaruh virus ini pada anak-anak.
Para dokter pada waktu itu sempat mempertimbangkan untuk memberikan obat antivirus remdesivir. Tapi karena akhirnya bayi sembuh secara bertahap tanpa bantuan, akhirnya tidak ada pengobatan spesifik yang diberikan.
Dalam artikel, De Luca menyatakan pemindaian yang dilakukan kepada bayi menunjukkan kondisi yang hampir normal. “Secara klinis bayi ini berada dalam kondisi sehat,” ucap De Luca.
Baca Juga: Jangan Mudah Percaya Sederet Informasi tentang Oral Seks yang Ternyata Mitos, Ini Faktanya
Tingkatkan kewaspadaan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat memberikan imbauan peningkatan kewaspadaan pada ibu hamil. Hal ini karena Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular ketimbang mereka yang tidak dalam kondisi hamil.
Oleh karena itu, beberapa langkah berikut dapat dijalankan untuk mengurangi risiko terpapar COVID-19 saat hamil:
- Membatasi interaksi dengan orang lain sebanyak mungkin
- Melakukan protokol kesehatan agar tidak tertular COVID-19 saat berinteraksi dengan orang lain.
Pantau perkembangan situasi pandemi di Indonesia melalui situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!