Share This Article
Dua orang tenaga kesehatan di Inggris dilaporkan mengalami reaksi alergi terhadap vaksin Pfizer/BioNTech COVID-19 sesaat setelah disuntikkan vaksin. Dilansir dari BBC, setelah didiagnosis, ternyata keduanya mengalami adalah reaksi anafilaktoid.
Reaksi anafilaktoid tersebut diketahui dapat menyebabkan ruam parah, sesak napas, hingga penurunan tekanan darah. Namun kedua tenaga kesehatan tersebut telah mendapatkan perawatan medis dan sudah kembali sehat.
Lantas apa itu reaksi anafilaktoid? Apakah berbahaya? Kenali lebih lanjut soal reaksi anafilaktoid pada vaksin di bawah ini.
Baca Juga: Benarkah Pakai Mouthwash Bisa Cegah COVID-19? Berikut Fakta Medisnya!
Apa itu reaksi anafilaktoid?
Menurut Journal of Allergy and Clinical Immunology, reaksi anafilaktoid adalah reaksi sistemik langsung yang menyerupai anafilaksis tetapi tidak disebabkan oleh respons imun yang dimediasi oleh immunoglobulin E.
Reaksi ini berbeda dengan reaksi anafilaksis, yang merupakan reaksi sistemik langsung yang disebabkan oleh pelepasan imun yang cepat dan dimediasi oleh immunoglobulin E.
Reaksi anafilaktoid juga bisa diartikan secara lebih sederhana yakni sebagai respons alergi tubuh terhadap zat eksternal seperti makanan, obat-obatan dan vaksin.
Ketika tubuh mengalami reaksi anafilaktoid, gangguan akan terjadi pada sistem kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, hingga kulit yang mengalami ruam parah. Di samping itu, tekanan darah juga bisa menurun, dan pernapasan bisa menjadi sulit.
Beberapa kasus reaksi anafilaktoid dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Reaksi anafilaktoid juga dianggap tidak separah reaksi anafilaksis yang lebih mengancam jiwa. Meski begitu reaksi anafilaktoid tetap perlu dihindari dan dicegah.
Risiko reaksi anafilaktoid setelah melakukan vaksin
Dua orang tenaga kesehatan yang dilaporkan mengalami reaksi anafilaktoid tersebut ternyata memiliki kondisi kesehatan berupa alergi parah yang mengharuskan mereka membawa suntikan adrenalin.
Kondisi tersebut ternyata membuat mereka rentan mengalami reaksi anafilaktoid setelah mendapatkan vaksin.
Di samping itu, mengutip BBC, menurut Profesor Stephen Powis, direktur medis layanan kesehatan di Inggris (NHS), menyatakan bahwa reaksi anafilaktoid merupakan hal biasa yang terjadi pada vaksin baru.
Kejadian berupa reaksi parah seperti anafilaktoid maupun anafilaksis terhadap vaksin juga sebenarnya sangat jarang terjadi.
Berdasarkan studi yang pernah dilakukan, tingkat risikonya diperkirakan terjadi pada satu dari satu juta dosis vaksin. Reaksi alergi juga secara umum terjadi dalam 15 menit hingga satu jam setelah penyuntikkan vaksin.
Melihat adanya kejadian tersebut, American College of Allergy, pun menyimpulkan bahwa orang dengan kondisi alergi memiliki kemungkinan reaksi alergi yang lebih besar daripada orang yang tidak pernah memiliki riwayat alergi.
Untuk itu, semua orang yang akan divaksin harus diobservasi setidaknya selama 20-30 menit setelah injeksi untuk memantau kemungkinan reaksi yang terjadi.
Efek samping lain dari vaksin COVID-19 Pfizer
Meski diklaim sebagai vaksin yang aman, beberapa efek samping dari vaksin Pfizer telah dilaporkan. Berdasarkan data dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, efek samping yang mungkin terjadi meliputi:
- Nyeri pada tempat suntikan
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Menggigil
- Nyeri sendi
- Demam
- Bengkak di tempat suntikan
- Kemerahan di tempat suntikan
- Mual
- Merasa tidak enak badan
- Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).
Baca Juga: Wajib Tahu, Begini Cara Kerja Vaksin COVID-19 Pada Tubuh
Hal yang harus diperhatikan sebelum mendapatkan vaksin
Menanggapi laporan reaksi alergi pada vaksin Pfizer yang terjadi di Inggris, FDA selaku Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat mengeluarkan panduan umum mengenai hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan vaksin, terutama seputar kondisi medis.
Berikut adalah informasi yang perlu setiap orang sampaikan pada tenaga medis, sebelum mendapatkan vaksin:
- Memiliki alergi
- Mengalami gangguan perdarahan atau menggunakan pengencer darah
- Demam
- Mengalami gangguan kekebalan atau sedang dalam pengobatan yang memengaruhi sistem kekebalan
- Sedang hamil atau berencana untuk hamil
- Sedang menyusui
- Telah menerima vaksin COVID-19 yang lain.
FDA juga memperingati bahwa orang yang diketahui mengalami reaksi alergi parah setelah mendapatkan dosis sebelumnya dari vaksin ini atau memiliki reaksi alergi parah terhadap semua bahan vaksin Pfizer, tidak perlu mendapatkan vaksin Pfizer.
Hingga saat ini, berbagai vaksin untuk COVID-19 termasuk vaksin Pfizer masih terus diteliti secara lebih lanjut. FDA serta Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga membuka layanan khusus bagi masyarakat yang telah melakukan vaksin untuk melaporkan efek samping yang terjadi.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!