Share This Article
Munculnya varian baru virus corona jelas menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya adalah terkait efektivitas vaksin COVID-19 yang sudah dipakai di beberapa negara, sementara di Indonesia masih menunggu uji klinis fase III.
Seperti apa varian baru virus corona ini?
Publik sempat dihebohkan dengan varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris bagian tenggara. Menurut informasi yang beredar, virus ini menyebar dengan cepat sehingga meningkatkan kasus positif COVID-19 di negara tersebut.
Mengutip Healthline, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menyebut setidaknya sudah lebih dari 1.000 kasus COVID-19 yang terjadi di negara itu disebabkan oleh varian virus ini. Yang lebih parah, jumlahnya terus meningkat dengan cepat.
Sementara, Susan Hopkins, joint medical adviser untuk NHS Test and Trace and Public Health, Inggris, menyebut kalau sampai saat ini belum ada bukti yang menyebut kalau varian virus baru ini menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Haruskah khawatir?
Tumbuhnya kekhawatiran terhadap varian baru COVID-19 ini adalah hal yang wajar, apalagi penyakit ini adalah penyakit baru yang membuat dunia babak belur.
Meskipun demikian, Brian Labus, PhD, MPH, dari School of Public Health di University of Nevada, Amerika Serikat (AS) justru menyatakan kekhawatiran adalah hal yang tidak perlu.
Dalam keterangannya pada Healthline, Labus menyebut kalau virus selalu bermutasi sepanjang waktu. Hanya karena virus bermutasi, bukan berarti setiap orang harus khawatir.
Untuk kasus di Inggris, Labus menyebut mutasinya terjadi di spike protein, yang menyebabkan virus ini menyebar dengan lebih cepat. “Kita masih mengkaji lebih jauh tentang virus ini,” kata dia.
Bagaimana efektivitas vaksin terhadap virus varian baru?
Sejauh ini, belum ada bukti kalau virus varian baru ini lebih berbahaya daripada yang sebelumnya. Meskipun demikian, Matt Hancock menyebut tidak ada kecenderungan virus ini tidak merespons pada vaksin yang sedang dikembangkan.
Pernyataan senada datang dari, dr. Dirga Sakti Rambe, Vaksinolog sekaligus Spesialis Penyakit Dalam yang menyebut kalau mutasi yang terjadi pada virus COVID-19 sampai saat ini tidak berpengaruh terhadap efektivitas vaksin.
“Tapi kita tidak tahu, satu tahun lagi akan bagaimana dampak dari mutasi ini,” kata dr. Dirga dalam laman covid19.go.id.
Mengutip artikel dalam laman bmj.com, mutasi akan terus terjadi, sebagaimana yang terjadi pada virus flu setiap tahunnya. Oleh karena itu, di masa mendatang bukan tidak mungkin vaksin harus diubah untuk mengantisipasi hal ini.
Apa saja vaksin yang akan digunakan di Indonesia?
Sejauh ini hanya akan ada 6 vaksin yang digunakan di Indonesia, hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/9860/2020. Keenam vaksin tersebut adalah:
- Vaksin merah putih Bio Farma
- AstraZeneca
- Sinopharm
- Moderna
- Pfizer/BioNTech
- Sinovac
Dalam laman covid19.go.id, dr. Dirga menyebut kalau vaksin COVID-19 tergolong dalam jenis vaksin mati. “Artinya vaksin yang diberikan kepada tubuh tidak ada risiko, atau risikonya nol untuk menyebabkan penyakit,” kata dia.
Menurutnya proses uji klinik seluruh merek vaksin COVID-19 dilakukan dengan sangat baik. Sehingga tidak ada efek samping yang sangat serius sejauh uji klinik dilakukan.
Apa yang harus dilakukan dengan adanya varian virus baru ini?
Karena masa pandemi masih terus berjalan, maka kewaspadaan tetap harus dijaga. Tidak peduli kamu sedang ada di mana. Bahkan jika kamu nantinya sudah divaksin, atau sudah sembuh dari infeksi COVID-19.
Oleh karena itu, kamu harus tetap mengikuti apa yang sudah direkomendasikan. Salah satunya adalah dengan menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang banyak untuk melindungi diri dan sesama.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!