Share This Article
Kasus pandemi COVID-19 hingga kini masih terus meningkat. Lebih parahnya tak hanya menyerang orang dewasa, jumlah kematian anak akibat COVID-19 pun juga semakin parah. Terkait hal tersebut begini penjelasan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Jumlah kasus kematian pada anak akibat COVID-19
Baru-baru ini dijelaskan oleh Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, selaku Ketua Umum IDAI bahwa kasus kematian anak yang disebabkan oleh infeksi dari virus COVID-19 di Indonesia paling banyak di dunia.
Data IDAI seperti dilansir dari Detik, telah menunjukkan case fatality rate atau tingkat kematiannya mencapai 3-5 persen. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah kematiannya merupakan paling banyak di dunia.Â
Tak hanya itu, jumlah kematian anak bisa terus berubah di setiap minggunya. Untuk itu, sangat dihimbau agar anak-anak yang berusia 0-18 tahun harus sudah mulai menerapkan kegiatan secara daring atau online.
Tujuannya mengurangi tingkat penularan virus dan menghindari kerumunan di tempat umum.
Baca juga: Studi Terbaru: Tingkat Kematian Pasien COVID-19 Anak Lebih Tinggi dari Pasien Komorbid
Bagaimana penularan COVID-19 terjadi pada anak-anak?
Melansir penjelasan dari laman Center for Disease Control and Prevention (CDC), bukti terbaru menunjukkan bahwa dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak kemungkinan memiliki viral load yang sama.
Pada bagian nasofaringnya, tingkat infeksi sekunder yang serupa, dan dapat menyebarkan virus ke orang lain.
Rata-rata penularan terjadi ketika anak-anak harus berada di tempat umum dan terlibat dalam kegiatan ramai seperti berada di sekolah. Penularan COVID-19 di sekolah dikaitkan dengan penularan yang paling banyak terjadi di kalangan anak-anak.
Penyebaran virus di dalam sekolah dapat dibatasi dengan penerapan strategi pencegahan berlapis yang ketat. Ketika tingkat komunitas COVID-19 tinggi, ada kemungkinan yang lebih besar SARS-CoV-2 akan lebih berpotensi menular di dalam lingkungan sekolah.
Bukti hingga saat ini menunjukkan bahwa ketika sekolah menerapkan strategi pencegahan dengan tepat, penularan di dalam sekolah dapat dibatasi.
Gejala COVID-19 pada anak
Masa inkubasi SARS-CoV-2 tampaknya hampir antara anak-anak dan orang dewasa, yaitu 2-14 hari dengan rata-rata 6 hari. Tanda atau gejala COVID-19 pada anak antara lain:
- Demam.
- Kelelahan.
- Sakit kepala.
- Mialgia.
- Batuk.
- Hidung tersumbat atau rhinorrhea.
- Kehilangan perasa atau penciuman.
- Sakit tenggorokan.
- Sesak napas atau kesulitan bernapas.
- Sakit perut.
- Diare.
- Mual atau muntah.
- Nafsu makan yang buruk.
Anak-anak yang terinfeksi COVID-19 mungkin memiliki banyak gejala non-spesifik, namun gejala yang paling umum terjadi pada anak-anak adalah batuk atau demam.
Menurut CDC, sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini memperkirakan bahwa 16% anak-anak dengan infeksi COVID-19 tidak menunjukkan gejala, tetapi bukti menunjukkan bahwa sebanyak setengah dari infeksi pediatrik mungkin menimbulkan asimtomatik.
Tanda dan gejala COVID-19 pada anak mirip dengan infeksi lain dan prosesnya tidak menular, termasuk influenza, faringitis streptokokus, dan rinitis alergi.
Kurangnya spesifisitas tanda atau gejala dan proporsi yang signifikan dari infeksi tanpa gejala membuat skrining berbasis gejala untuk identifikasi SARS-CoV-2 pada anak-anak sangat sulit.
Tindakan pencegahan penularan COVID-19 pada anak-anak
Dalam kehidupan sehari-hari kamu juga perlu menerapkan beberapa tindakan pencegahan pada anak seperti dilansir dari laman CDC:Â
Cuci tangan
Cuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik, kemudian ajarkan juga pada anak untuk melakukan hal yang sama. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol.
Ajari anak untuk menutupi semua permukaan tangan mereka dengan pembersih tangan dan menggosok tangan mereka bersama-sama sampai terasa kering. Jika anak berusia di bawah 6 tahun, awasi saat menggunakan pembersih tangan atau hand sanitizer.
Pakai masker
Pastikan semua orang di rumah memakai masker jika berusia 2 tahun atau lebih saat berada di tempat umum dan saat berada di sekitar orang yang tidak tinggal bersama di rumah. Pastikan anak memakai masker dengan benar dan aman.
Beberapa anak mungkin merasa sulit untuk memakai masker. Jika anak merasa sulit, kamu bisa mempertimbangkan alternatif lain.
Hindari kontak dekat atau jaga jarak
Pastikan anak dan semua orang di rumah menjaga jarak setidaknya 6 kaki dari orang lain yang tidak tinggal bersama mereka. Selain itu perhatikan jarak pada orang yang sakit seperti batuk dan bersin.
Menutupi batuk dan bersin
Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu, buang tisu ke tempat sampah terdekat, dan cuci tangan. Ajarkan juga kepada anak dan semua anggota rumah tangga untuk melakukan hal yang sama.
Pastikan juga kamu tidak membawa anak ke luar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!