Share This Article
Infeksi COVID-19 menyebabkan gejala yang berbeda-beda pada setiap orang salah satunya menyebar di paru-paru. Sebagian mengalaminya tanpa gejala, sebagian lagi justru mengalami gejala yang sangat parah. Namun secara garis besar, penyakit ini menimbulkan gangguan sistem pernapasan yang dapat berakibat fatal.
Dr Arvind Mohan, Ketua Institute of Chest Surgery, Chest Onco-Surgery & Lung Transplantation Medanta, mengatakan, ketika terinfeksi COVID-19, penurunan fungsi paru-paru menjadi masalah utama dan berlangsung lama.
Kematian pada kasus COVID-19 juga didominasi oleh kondisi pneumonia (radang paru-paru). Kondisi paru-paru juga dapat menjadi indikator bagaimana kondisi virus di dalam tubuh.
5 Tanda virus COVID-19 sudah menyebar di paru-paru
Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh John Hopkins Medicine, setidaknya ada beberapa tanda bila COVID-19 sudah menyebar di paru-paru. Berikut kelima tandanya:
1. Batuk kering terus menerus
SARS-COV-2 diketahui berkembang di lapisan dada dan menyebabkan serangan batuk yang parah. Setidaknya diketahui 82 persen dari orang yang terinfeksi COVID-19 mengalami batuk-batuk.
Bukan hanya menjadi gejala khas dari COVID-19, bila batuk kering terjadi terus-menerus, dan tidak kunjung membaik bahkan dalam 2-3 minggu setelah serangan infeksi awal, hal ini bisa jadi tanda komplikasi organ paru-paru dengan COVID-19.
2. Mengalami sesak napas
Sesak napas atau dispnea adalah masalah yang biasanya terjadi ketika ada gangguan fungsi paru-paru yang membuat oksigen sulit masuk ke dalam paru-paru.
Pada orang yang telah terinfeksi COVID-19, terutama yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, mengalami sesak napas, atau penurunan saturasi oksigen bisa menjadi hal yang umum.
Sesak napas ini perlu perhatian dan penanganan khusus karena dapat berakibat fatal meski terjadi dalam waktu yang sebentar. Ketika mengalami sesak napas, tubuh membutuhkan suplai oksigen dan serta ventilator serta karena sedang mengalami komplikasi di dada.
Kondisi ini mungkin menimbulkan masalah lain setelah pulih dari COVID-19, karena tubuh bisa jadi masih membutuhkan bantuan tambahan agar bisa berfungsi kembali seperti normal.
Baca juga: COVID-19 Munculkan Varian Baru, Efektifkah Vaksin saat Ini?
3. Mengalami nyeri dada dan kesulitan bernapas
Ketika muncul rasa sulit bernapas atau nyeri dada akut secara tiba-tiba setelah diketahui terinfeksi COVID-19, para dokter memperingatkan bahwa mungkin ini merupakan tanda dari kerusakan organ paru-paru.
Kondisi nyeri dada tersebut berkaitan dengan infeksi COVID-19 parah yang menyebabkan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) atau gagal paru-paru.
ARDS bisa terjadi secara ringan atau fatal. Namun komplikasi ini merupakan tanda peradangan di paru-paru dan dapat memberikan dampak yang bertahan lama, seperti terbentuknya jaringan parut paru-paru. Untuk itu, kondisi ARDS harus segera dirawat dengan perhatian khusus.
4. Muncul tanda-tanda infeksi penyakit lain
Ketika paru-paru atau dada mengalami komplikasi yang buruk, tubuh akan lebih rentan menjadi sasaran penyakit dan infeksi lain yang mematikan.
Misalnya sepsis, kondisi yang dapat terjadi ketika virus masuk ke aliran darah dan mulai menyerang jaringan sehat di tubuh. Termasuk organ paru-paru dan jantung.
Sepsis juga dapat merusak cara kerja, sinkronisasi dan koordinasi antara organ yang berbeda di dalam tubuh. Dalam beberapa kasus yang lebih parah, sepsi juga dapat menyebabkan kerusakan paru-paru secara permanen.
Bila kamu atau kerabatmu adalah pasien COVID-19 yang berisiko tinggi mengalami komplikasi, pantau terus kondisi atau gejala yang dialami.
Terutama bila ada penurunan fungsi tubuh secara vital serta tidak ada penurunan dari gejala yang dialami, segeralah berkonsultasi pada dokter spesialis.
Baca juga: Mengenali Beda Ruam Kulit Biasa dengan Gejala COVID-19
5. Terjadi komplikasi organ
Ketika semakin parah, tubuh bisa mengalami kondisi komplikasi pernapasan yang bernama Badai Sitokin.
Kondisi ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh bekerja bekerja terlalu keras untuk menghilangkan virus. Kekebalan tubuh kemudian bekerja secara keliru, ia justru menyerang organ dan sel sehat.
Berdasarkan penelitian, Badai Sitokin dapat membuat tubuh menjadi rentan terhadap infeksi dan kerusakan lain seperti sepsis, syok, kerusakan jaringan, kegagalan banyak organ dan akhirnya kematian
Badai Sitokin juga dapat memperparah kerusakan paru-paru sekaligus mengganggu fungsi dari paru-paru. Biasanya kondisi ini disebut sebagai superinfeksi.
Faktor yang memengaruhi kerusakan paru-paru
Bila mengalami infeksi COVID-19 yang parah, kerusakan pada paru-paru bisa jadi hal yang tidak dapat dihindari. Namun risiko ini tidak akan terjadi pada semua orang yang sedang mengalami infeksi COVID-19.
Ada tiga faktor yang memengaruhi risiko kerusakan paru-paru pada infeksi COVID-19. Ketiga faktor ini juga memengaruhi seberapa besar kemungkinan orang tersebut pulih dan mendapatkan kembali fungsi paru-parunya.
- Tingkat keparahan penyakit. Kasus infeksi COVID-19 yang lebih ringan cenderung tidak akan menyebabkan bekas luka yang bertahan lama di jaringan paru-paru.
- Kondisi kesehatan. Orang dengan penyakit bawaan seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit jantung yang dapat meningkatkan risiko infeksi yang parah. Terlebih pada lansia, karena elastisitas jaringan paru-paru sudah berkurang.
- Pengobatan. Pemulihan pasien dan kesehatan paru-paru setelah terinfeksi COVID-19 akan bergantung pada jenis perawatan yang didapatkan serta seberapa cepat kondisi tersebut ditangani.
Itu dia beberapa tanda dari infeksi COVID-19 yang sudah menyebar di paru-paru. Infeksi penyakit ini dapat merusak fungsi paru-paru bila tidak ditangani dengan tepat. Untuk mencegah paparan virus, selalu terapkan protokol kesehatan ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!