Share This Article
Pandemi COVID-19 menjadi masa yang sangat sulit bagi semua orang, apalagi para orang tua. Semua urusan kantor kini harus dikerjakan di rumah, belum lagi harus mengurus anak-anak dan berbagai tugas sekolah mereka.
Secara tidak sadar, mungkin kamu dan orang tua lain mengalami sindrom family burnout. Apa itu family burnout dan seperti apa gejalanya? Berikut penjelasannya!
Apa itu family burnout?
Sederhananya, family burnout adalah kondisi kelelahan yang dialami para orang tua. Ada beberapa gejala dari kondisi ini. Salah satunya adalah perasaan lelah.
Di masa ini, orang tua menjadi sangat kewalahan sehingga mereka mengalami kesulitan untuk mengurus bahkan tugas yang paling dasar.
Beberapa orang tua merasakan perbedaan kontras antara kehidupan mereka sebagai orang tua sebelum COVID-19 dan peran mereka saat ini dan merasa sangat frustasi. Akibatnya, beberapa orang tua menjadi kaku dan menjauhkan diri secara emosional dari anak-anak mereka.
Tidak semua orang tua yang menghadapi masa pandemi mengalami kelelahan keluarga atau family burnout, tetapi ada beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan.
Tanda dan gejala family burnout
Melansir Healthline, Pavan Madan seorang psikiater anak dan remaja menyebut ada 3 gejala atau tanda-tanda utama family burnout:
- Merasa lelah secara fisik atau emosional
- Tidak bisa menangani tugas biasa
- Merasa mudah kesal
Ini adalah gejala yang mungkin dirasakan banyak orang saat ini. Menurut Madan, sebelum pandemi angka family burnout sudah tinggi.
Kini di kondisi pandemi di mana semua anggota keluarga lebih sering bertemu, masuk akal jika angka tersebut jauh lebih tinggi, terutama untuk orang tua tunggal.
Dampak family burnout jika dibiarkan
Family burnout tidak hanya berdampak pada orang tua, namun juga anak-anak dan seluruh anggota keluarga yang tinggal bersama. Berikut beberapa di antaranya:
1. Dampak pada hubungan romantis
Berbulan-bulan bersama di rumah saja juga bisa membebani hubungan romantis bagi suami istri. COVID-19 juga memberi dampak kerusakan pada pernikahan dan hubungan asmara.
Melansir Forbes, sebuah survei menyebut hanya 18 persen responden yang mengaku bahagia dengan pola komunikasi hubungan mereka semenjak pandemi.
Sebelum pandemi, saat hubungan terjadi konflik maka salah satu dari mereka bisa mengambil jarak. Namun saat pandemi, ini tidak bisa dilakukan, karena semua berada dalam satu lingkungan.
Padahal mendapatkan ruang sendiri dan pikiran jernih sering dibutuhkan untuk mengatasi perselisihan dalam pernikahan.
2. Dampak family burnout pada anak-anak
Penting untuk diingat bahwa di tengah semua ini bukan hanya orang dewasa yang mengalami kelelahan, anak-anak juga.
Kelelahan atau burnout pada anak-anak seringkali ditandai dengan munculnya tanda kecemasan, mudah marah, prestasi akademis yang buruk, atau terisolasi dari teman sebaya, dan tidak menunjukkan minat bermain.
Sebuah survei baru-baru ini di Italia menemukan bahwa anak-anak mengalami dampak psikologis akibat lockdown. Mereka lebih mudah tersinggung, sulit tidur, dan banyak yang mengalami kemunduran perkembangan.
Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih kecil, remaja mungkin lebih mungkin mengalami burnout karena beban kerja akademis yang lebih tinggi, kebutuhan yang lebih besar untuk interaksi teman sebaya, dan konflik yang lebih sering dengan orang tua.
Cara mengatasi dan mencegah family burnout terjadi
Semua orang tua perlu mengambil langkah untuk mencegah family burnout atau mengatasi masalah yang muncul. Waspadai tanda-tanda depresi, suasana hati yang menurun, perilaku adiktif, gangguan tidur, atau konflik dengan pasangan.
Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk mencegah family burnout di tengah pandemi berlangsung.
1. Penerimaan diri
Family burnout memengaruhi setiap orang secara berbeda. Jadi, perhatikan kesehatan emosional dan fisik kamu lalu pastikan untuk mengakui betapa sulitnya mempertahankan dinamika keluarga yang sehat di masa-masa sulit ini.
2. Pahami bahwa tidak ada orang tua yang sempurna
Kamu tidak perlu mengurangi ekspektasi terhadap diri sendiri atau anak meskipun keadaan telah berubah.
Namun, kamu dapat mengubah ekspektasi tersebut dan mencari tahu apa yang terbaik untuk kamu dan keluarga.
3. Cari bantuan
Kamu tidak perlu mengatasi tantangan pandemi ini sendirian. Mencari bantuan dan terlibat dengan orang lain akan mengurangi risiko kehilangan kesabaran dan perasaan kewalahan.
4. Istirahat
Menjadi orang tua selama pandemi adalah pekerjaan penuh waktu. Jadi pastikan untuk istirahat. Kamu juga membutuhkan waktu istirahat dan waktu sendiri.
5. Jaga kesehatan
Batasi penggunaan alkohol, nikotin, dan zat lainnya. Fokus pada makan sehat dan lakukan latihan fisik. Ini akan memberi kamu energi yang sangat dibutuhkan.
6. Perhatian dan penerimaan
Kamu tidak dapat secara efektif mengelola stres dengan mengabaikannya. Seperti mencoba mendorong bola pantai ke bawah air, bola itu akan terus muncul dan mengambang.
Jadi, ingatlah bahwa tidak apa-apa untuk merasakan apapun yang kamu rasakan, termasuk perasaan marah. Belajarlah menerima perasaan dan mengatasi stres saat kamu terlibat dalam tugas sehari-hari.
Seluruh keluarga bisa mendapatkan manfaat dari latihan kesadaran untuk mengatasi stres dan kecemasan.
7. Libatkan anak untuk mengatasi family burnout
Tidak apa-apa untuk mengakui kepada anak jika kamu sedikit bingung atau frustrasi. Mereka mungkin merasakan hal yang sama. Kamu tidak perlu berbagi setiap masalah dengan anak, tetapi kamu juga tidak perlu menyembunyikan perasaan di balik topeng keceriaan.
Jujurlah kepada anak jika kamu tidak yakin bagaimana menyelesaikan soal matematika atau kamu kesulitan menentukan jadwal. Saat kamu melakukannya, dorong anak untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka sendiri selama masa yang menantang ini.
Kamu juga bisa melibatkan anak-anak dalam hal mengatasi family burnout:
- Beri contoh: Anak-anak belajar dari apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita katakan
- Label emosi: Sebutkan berbagai emosi yang dirasakan anak
- Pergeseran emosi: Buat anak-anak sadar akan perubahan emosi kamu. Misalnya, beritahu mereka bahwa kamu tadi marah tetapi sekarang kamu bahagia
- Berkreasilah: Dengan anak-anak di rumah sepanjang hari, temukan cara kreatif untuk membuat mereka sibuk dengan melibatkan mereka dalam proyek, tugas, dan aktivitas belajar serta bermain
8. Jalani dengan perlahan
Saat kamu terlibat masalah dengan pasangan atau anak, coba mundur sejenak dari pikiran mengganggu. Perlambat dan luangkan waktu sejenak untuk bertanya pada diri sendiri apa yang perlu kamu lakukan sekarang.
Tanyakan pada diri kamu: Bagaimana saya ingin melihat momen ini saat melihat ke belakang? Bagaimana saya ingin anak-anak saya mengingat ini?
Melakukan hal ini memungkinkan kamu untuk menjauh dari situasi yang berpotensi merusak atau mengubah pikiran dan tindakan. Kamu mungkin berpikir bahwa tidak ada tanggapan yang terbaik.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!