Share This Article
Herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan salah satu cara keluar dari pandemi, tidak terkecuali dalam kasus COVID-19. Sayangnya, World Health Organization (WHO) menyebut herd immunity tidak akan bisa dicapai secara global tahun 2021.
Indonesia sendiri sudah melaksanakan vaksinasi COVID-19 secara nasional menggunakan vaksin produsen biofarmasi asal Tiongkok, Sinovac.
Salah satu tujuannya, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 84 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19, adalah untuk mencapai herd immunity.
Apa itu herd immunity dan bagaimana pandangan WHO?
Mengutip laman resmi WHO, herd immunity ini juga disebut population immunity, sebuah proteksi tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi saat populasi imun atau kebal.
Kondisi ini terjadi bisa lewat vaksinasi atau kekebalan yang terbentuk dari infeksi yang pernah diterima sebelumnya. WHO sendiri memosisikan diri mendukung herd immunity ini dicapai lewat vaksinasi, bukan lewat pembiaran infeksi pada masyarakat.
WHO pun menempatkan diri di posisi yang sama dalam kaitannya dengan pandemi COVID-19. Dalam hal ini WHO mendukung vaksinasi ketimbang membiarkan paparan pada masyarakat secara sengaja karena dapat berujung pada kematian dan kasus yang tidak diinginkan.
Proporsi populasi yang harus kebal demi mencapai herd immunity berbeda-beda dalam tiap penyakit. Sayangnya, hingga saat ini masih belum diketahui berapa proporsi populasi yang dibutuhkan demi herd immunity COVID-19 ini tercapai.
Vaksin menjadi harapan mencapai herd immunity
Mengutip kajian yang diterbitkan dalam nature reviews immunology, jika mengacu pada kasus pandemi flu sebelumnya, herd immunity baru bisa diperoleh setelah 2 hingga 3 gelombang.
Kala itu, adanya vaksin serta kekebalan terhadap virus influenza sangat menolong dalam mencapai herd immunity. Oleh karena itu, kajian tersebut pun mendukung agar vaksin menjadi cara yang ditempuh untuk memperoleh herd immunity.
Pasalnya, disebutkan bahwa herd immunity yang dicapai dengan membiarkan masyarakat terpapar COVID-19 sangat berisiko.
Jika mengacu pada asumsi diperlukan 50 persen proporsi masyarakat yang harus kebal, maka negara besar serperti Amerika Serikat membutuhkan 500.000-2.100.000 kematian.
Benarkah herd immunity tidak bisa dicapai tahun 2021?
Dalam sebuah pengarahan yang dimuat dw.com, WHO chief scientist, Soumya Swaminathan, menyebut herd immunity COVID-19 tidak akan diperoleh pada tahun 2021. Hal ini tidak lain karena proses produksi hingga penyuntikan memakan waktu.
Meskipun demikian, dirinya menyebut kalau para ilmuwan sudah menunjukkan kemajuan yang sangat hebat mengembangkan vaksin COVID-19. Belum pernah, kata dia, ada pengembangan vaksin yang sangat cepat seperti yang ditunjukkan dalam kasus vaksin COVID-19.
“Vaksin masih membutuhkan waktu, tapi dia akan datang dan akan tersedia untuk seluruh dunia,” ucap Soumya dalam laman tersebut.
Kapasitas produksi vaksin
Meskipun kecepatan pengembangan vaksin patut diapresiasi, tapi kapasitas produksi yang terbatas pun menjadi satu kendala tersendiri dalam percepatan mencapai herd immunity. Hal itu pula yang dikatakan oleh Soumya.
Dirinya menyebut kalau kapasitas skala produksi saat ini sudah mencapai miliaran dosis per tahun. Dilansir dw.com, berikut ini adalah jumlah dan rencana produksi di masing-masing produsen:
- Moderna: Berencana memproduksi 600 juta hingga 1 miliar dosis tahun 2021
- Oxford-AstraZeneca: Berencana memproduksi 3 miliar dosis di tahun 2021
- BioNTech-Pfizer: Berencana menghasilkan 1,3 miliar dosis di tahun 2021
- Sputnik V: Belum ada rencana berapa yang akan dihasilkan, tapi 50 negara sudah memesan lebih dari 1,2 juta dosis dari perusahaan ini
- Sinopharm: Berencana menghasilkan 1 juta dosis hingga akhir tahun 2021
- Sinovac: Hanya ada keterangan bahwa salah satu pabrik mereka di Beijing bisa menghasilkan 300 juta dosis per tahun
- Covaxin: Berencana menghasilkan 700 juta dosis tahun 2021
Apa yang harus dilakukan sambil menunggu herd immunity?
Menunggu herd immunity memang memakan waktu, oleh karena itu, Soumya menyebut diperlukan langkah pencegahan lain yang ampuh.
Dalam hal ini dirinya merujuk pada protokol kesehatan dan kebersihan diri serta pembatasan sosial. Oleh karena itu, selalu jaga diri kamu dengan selalu menerapkan cuci tangan, jaga jarak serta memakai masker, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!