Share This Article
Belum berakhir pandemi COVID-19, kini masyarakat dihebohkan dengan munculnya virus Langya. Apa itu virus Langya? Teruskan membaca artikel ini.
Baru-baru ini peneliti mengemukakan adanya virus yang menyebar dari hewan ke manusia di China. Temuan virus ini muncul di sebuah jurnal New England Journal of Medicine yang ditulis oleh para peneliti dari China, Singapura, dan Australia.
Menurut jurnal tersebut, virus baru itu disebut sebagai virus Langya atau Novel Langya henipavirus (LayV) dan telah terdeteksi pada 35 orang di Provinsi Shandong dan Henan. Lalu seperti apa itu virus Langya?
Bikin geger, sebenarnya apa itu virus Langya?
Virus Langya merupakan penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang terjadi ketika hewan menyebarkan kuman ke manusia. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), penyakit zoonosis “disebabkan oleh kuman berbahaya seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur”.
Dr. Monica Gandhi, profesor Kedokteran dan Kepala Divisi Asosiasi dari Divisi HIV, Penyakit Menular, dan Kedokteran Global di University of California San Fransisco menjelaskan tentang apa itu virus Langya.
“Sebuah keluarga virus (telah) diklasifikasikan dalam genus yang disebut henipavirus, dan ini adalah virus RNA yang kadang-kadang menyebabkan penyakit pada manusia dan berpindah ke manusia dari hewan seperti kelelawar atau babi,” kata Dr Gandhi dikutip dari Medical News Today.
Sebelum menemukan apa itu virus Langya, para peneliti telah mengidentifikasi lima bentuk henipavirus. Dari kelimanya, CDC menggambarkan virus Hendra dan virus Nipah sebagai “patogen baru yang sangat ganas yang menyebabkan wabah pada manusia dan terkait dengan rasio fatalitas kasus yang tinggi”.
Dilansir dari BBC, virus zoonosis sangat umum tetapi menarik lebih banyak perhatian sejak awal pandemi COVID-19. CDC mengatakan para ilmuwan memperkirakan bahwa tiga dari setiap empat penyakit menular baru atau yang muncul pada manusia berasal dari hewan.
PBB juga telah memperingatkan sebelumnya bahwa dunia akan melihat lebih banyak penyakit seperti itu dengan meningkatnya eksploitasi satwa liar dan perubahan iklim.
Baca Juga: Fakta soal Virus Nipah, Ancaman Pandemi Baru di Asia
Ditularkan oleh tikus curut
Merujuk CNN, petunjuk pertama keberadaan virus baru itu muncul ketika seorang petani berusia 53 tahun mencari perawatan di sebuah rumah sakit di kota Qingdao, Provinsi Shandong pada Desember 2018 dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, batuk dan mual.
Setelah diteliti, pasien telah melakukan kontak dengan hewan dalam sebulan terakhir, sehingga dia terdaftar dalam pemeriksaan tambahan yang dilakukan di tiga rumah sakit di wilayah timur China yang berfokus pada mengidentifikasi penyakit zoonosis.
Para ilmuwan pun kemudian menguji beberapa hewan untuk menentukan spesies hewan mana yang menjadi sumber virus. Mereka menemukan bukti virus pada kambing dan anjing, tetapi hewan yang menjadi sumber utama virus Langya adalah tikus curut.
Setelah menemukan virus dalam 27 persen sampel curut, penulis menyebut bahwa penemuan itu menunjukkan curut itu mungkin reservoir alami virus Langya. Sebelum virus Langya, curut yang keberadaannya ditemukan di seluruh dunia itu telah menyebarkan penyakit di masa lalu, termasuk mammarenavirus dan hantavirus.
Gejala virus Langya
Kembali ke pasien petani, ketika sampel usap tenggorokannya diperiksa, para ilmuwan menemukan dan meneliti apa itu virus Langya. Selama 32 bulan berikutnya, para peneliti di tiga rumah sakit menyaring virus ini pada pasien yang sama dan mendeteksinya pada 35 orang. Gejala yang mereka alami termasuk batuk, kelelahan, sakit kepala, mual, dan demam.
Beberapa pasien bahkan menunjukkan gejala parah seperti pneumonia atau kelainan trombositopenia, kondisi trombosit darah, tetapi gejalanya jauh berbeda dengan yang terlihat pada pasien Hendra atau Nipah, dan tidak ada seorang pun di antara kelompok itu yang meninggal atau dirawat di ICU.
Namun secara umum, beberapa gejala virus Langya adalah sebagai berikut:
- Demam
- Kelelahan
- Batuk
- Mialgia
- Sakit kepala
- Muntah.
Demam adalah yang paling umum dan dialami oleh 100 persen pasien. Sekitar setengahnya mengalami kelelahan, batuk, dan kehilangan nafsu makan.
Selain itu, sekitar sepertiga pasien dengan virus Langya mengalami gangguan fungsi hati, dan 8 persen pasien mengalami gangguan fungsi ginjal. Seperti dilansir dari Medical News Today.
Belum ada laporan kematian akibat infeksi virus Langya
Hingga kini belum ada laporan kematian akibat infeksi virus Langya, tetapi terdeteksi pada 35 pasien demam yang tidak saling terkait di rumah sakit di Provinsi Shandong dan Henan antara 2018 dan 2021. Seperti dilansir dari CNN.
“Kami sangat meremehkan jumlah kasus zoonosis ini di dunia, dan ini (virus Langya) hanyalah puncak gunung es,” kata pakar virus baru Leo Poon, seorang profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong.
Penyebaran virus Langya
Para peneliti sejauh ini belum menemukan bukti penularan virus Langya dari manusia ke manusia. Mereka menemukan bahwa para pasien virus Langya tidak menularkan satu sama lain dan tidak pula menyebarkan ke orang lain di rumahnya.
Namun temuan ini tidak berarti penularan dari manusia ke manusia tidak terjadi. Para peneliti menunjukkan bahwa ukuran sampel mereka terlalu kecil untuk dipastikan pada saat ini.
“Pelacakan kontak dari 9 pasien dengan 15 anggota keluarga kontak dekat mengungkapkan tidak ada penularan LayV kontak dekat, tetapi ukuran sampel kami terlalu kecil untuk menentukan status penularan dari manusia ke manusia,” tulis para peneliti, seperti mengutip Medical News Today.
Baca Juga: Muncul COVID-19 Varian Baru, Ini Gejala Omicron Centaurus yang Harus Diwaspadai!
Masyarakat diimbau tidak panik
Dr. Gandhi mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui apa itu virus Langya dan apakah virus itu dapat menular antar manusia. Namun ia mengatakan virus Langya tidak mungkin menjadi ancaman besar bagi populasi karena tidak ada penularan dari manusia ke manusia.
“Selain itu, kita tahu dari virus lain dalam keluarga yang sama yang berasal dari zoonosis atau penularan hewan bahwa wabah sangat terbatas dan dapat dihindari dengan meminimalkan kontak dengan hewan,” kata Dr Gandhi. “Jadi virus ini tidak mungkin berdampak besar pada populasi manusia (sangat berbeda dengan SARS-CoV-2) tetapi harus diwaspadai”.
Senada dengan Dr. Gandhi, mantan petugas staf di Institut Penelitian Penyakit Menular Angkatan Darat AS, Dr. Armand Balboni mengatakan bahwa virus ini tidak mirip dengan COVID-19 dan hanya menyebabkan gejala seperti flu, tetapi harus diwaspadai.
“Seperti yang telah kita pelajari dari Covid-19, virus dapat bermutasi dengan sangat cepat, dan perilaku manusia sering kali mendorong bagaimana wabah virus berperilaku. Itulah mengapa sangat penting untuk memerhatikan wabah ini sekarang dan mengurangi penyebaran virus”, jelas Dr. Balboni.
Demikian penjelasan apa itu virus Langya dan jika kamu mendapati diri mengalami sejumlah gejala yang disebutkan di atas, jangan ragu untuk mendatangi pusat kesehatan.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Pastikan kamu sudah melindungi dirimu dengan AXA Good Health ya. Asuransi rawat jalan dengan premi mulai Rp100RB-an/bulan! Yuk, daftar hanya di aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.