Share This Article
Transfusi darah adalah prosedur yang dilakukan dengan cara mentransfer darah dari donor melalui pembuluh darah kepada seseorang yang membutuhkannya.
Prosedur ini dilakukan jika kamu kekurangan sel darah merah, baik karena tubuh tidak menghasilkan cukup sel darah merah maupun untuk mengganti darah yang hilang akibat kecelakaan atau operasi. Lantas, bisakah transfusi darah mengobati anemia?
Baca juga: Bukan Cuma Pusing, Ini Ragam Gejala Anemia yang Mesti Kamu Waspadai
Apa itu anemia?
Anemia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah merah yang sehat di dalam tubuh terlalu rendah. Sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Jumlah sel darah merah yang rendah dapat menunjukkan bahwa kadar oksigen di dalam darah lebih rendah dibandingkan dengan seharusnya. Kondisi ini dapat menyebabkan penderita merasa lemah dan lemas.
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 25 persen orang di dunia menderita anemia, ini dapat berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan.
Jenis-jenis anemia
Terdapat beberapa jenis anemia yang perlu diketahui. Masing-masing jenis memiliki penyebab yang berbeda. Dilansir dari Mayo Clinic, berikut adalah jenis-jenis anemia.
1. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi sel darah baru yang cukup. Kondisi ini dapat menyebabkan penderita merasa lelah serta lebih rentan terhadap infeksi dan perdarahan yang tidak terkontrol.
Sel induk di sumsum tulang menghasilkan sel darah, baik sel darah merah, sel darah putih, ataupun trombosit. Pada jenis anemia ini, sel punca (sel induk) rusak. Akibatnya, sumsum tulang menjadi tidak mengandung atau hanya mengandung sedikit sel darah.
Penyebab paling umum dari anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel induk di sumsum tulang. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi produksi sel darah merah pada kondisi ini, di antaranya adalah:
- Terapi radiasi atau kemoterapi
- Penyakit autoimun
- Infeksi virus
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi zat besi adalah jenis anemia yang paling umum. Anemia defisiensi besi adalah suatu kondisi di mana darah kekurangan sel darah merah sehat yang memadai.
Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin sendiri memungkinkan sel darah merah membawa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh.
Beberapa penyebab dari anemia defisiensi besi di antaranya yakni:
- Kehilangan darah akibat kondisi tertentu
- Kurangnya asupan zat besi
- Ketidakmampuan tubuh untuk menyerap zat besi dengan optimal
3. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah kelainan sel darah merah yang diturunkan. Normalnya, sel darah merah berbentuk bulat, yang memberikan fleksibilitas untuk bergerak, bahkan melalui pembuluh darah terkecil.
Pada anemia jenis ini, sel darah merah berbentuk menyerupai sabit. Bentuk ini membuat sel darah merah rentan terperangkap di pembuluh kecil, sehingga menghalangi darah mencapai berbagai bagian tubuh.
4. Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan. Kondisi ini disebabkan ketika tubuh tidak menghasilkan hemoglobin, yakni bagian penting dari sel darah merah. Ketika hemoglobin di dalam tubuh tidak cukup, sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Seseorang dengan thalasemia, mungkin saja mengalami anemia yang ringan ataupun berat.
5. Anemia defisiensi vitamin
Anemia defisiensi vitamin terjadi ketika jumlah sel darah yang sehat di dalam tubuh lebih sedikit dibandingkan dengan normalnya.
Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh kekurangan vitamin yang dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah sehat atau karena tubuh tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik. Folat, vitamin B12, serta vitamin C merupakan vitamin yang terkait dengan anemia jenis ini.
Apakah transfusi darah dapat mengobati anemia?
Pengobatan anemia sangat bergantung pada kondisi mendasar yang menyebabkannya. Dilansir dari Medical News Today, transfusi darah dapat dilakukan untuk menangani jenis anemia tertentu, di antaranya adalah:
- Anemia aplastik: Transfusi darah dapat membantu mengontrol perdarahan dan meredakan gejala, dengan cara menyediakan sel darah yang tidak diproduksi oleh sumsum tulang. Transfusi darah dapat membantu untuk mencegah infeksi, pendarahan, serta kelelahan.
- Anemia sel sabit: Transfusi darah mungkin saja digunakan untuk mengobati rasa sakit, masalah dada, luka pada kaki, atau bahkan untuk mencegah stroke.
- Thalasemia: Pada kasus ini, di mana tubuh tidak cukup untuk membuat hemoglobin, transfusi darah dapat membantu tubuh menjaga oksigen tetap bergerak melalui darah.
Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil
Agar donor darah aman, simak tips berikut ini
Di masa pandemi ini, sangat penting untuk memerhatikan keamanan saat melakukan donor darah.
Seseorang yang ingin mendonorkan darah harus mematuhi kebijakan jarak fisik saat berpergian ke luar, memakai masker di area yang tidak memungkinkan untuk menjaga jarak 6 kaki dari orang lain, serta sering mencuci tangan.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) sendiri telah memberikan imbauan kepada fasilitas donor darah mengenai bagaimana mereka beroperasi secara aman, di antaranya adalah:
- Mematuhi etika batuk dan bersin yang benar, ini dilakukan guna untuk mencegah penularan infeksi
- Menerapkan praktek kebersihan tangan yang baik
- Membersihkan dan mendesinfeksi permukaan secara teratur
- Menempakan kursi dengan jarak 6 kaki, baik di ruang tunggu maupun area pengumpulan
- Memastikan staf tidak bekerja jika memiliki gejala COVID-19
- Memastikan semua staf mengetahui kebijakan dan prosedur keselamatan dalam menghadapi pandemi.
Itulah beberapa informasi mengenai transfusi darah dan anemia. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal ini, kamu juga bisa berkonsultasi dengan dokter.
Kamu Juga dapat berkonsultasi dengan kami melalui Aplikasi Good Doctor. Mitra dokter kami siap membantumu dengan akses layanan 24/7. Jangan ragu untuk berkonsultasi, ya!