Share This Article
Mendekati musim hujan, kamu perlu mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD di Indonesia sendiri menjadi salah satu yang mendapat perhatian serius. Data Kemenkes mencatat sejak Januari hingga Juli 2020 lalu, terdapat 71.633 kasus. Karena itu pemerintah juga giat mengajak masyarakat melakukan pencegahan demam berdarah, salah satunya dengan fogging nyamuk. Apa itu fogging nyamuk dan apakah ada risiko untuk kesehatan? Berikut penjelasan selengkapnya.
Apa itu fogging nyamuk?
Fogging atau pengasapan nyamuk adalah salah satu usaha untuk membunuh nyamuk yang membawa virus yang berisiko menulari manusia. Salah satunya nyamuk aedes aegypti, yang dapat menularkan DBD ke manusia melalui gigitannya.
Fogging nyamuk di Indonesia umumnya menggunakan bahan kimia seperti malathion dan fenthion. Keduanya termasuk ke dalam insektisida jenis organofosfat.
Tentunya, dengan menggunakan takaran yang sudah diperhitungkan batas amannya. Selain itu, saat pelaksanaan, pengasapan atau fogging nyamuk harus dilakukan oleh petugas terlatih di bawah pengawasan petugas kesehatan.
Ada aturan khusus sebelum melakukan fogging nyamuk
Fogging dilakukan jika ditemukannya kejadian DBD di suatu daerah. Petugas kesehatan juga akan melakukan pemeriksaan jentik di sekitar pasien DBD sebelum melakukan pengasapan.
Jika tidak ada temuan atau tidak adanya laporan mengenai pasien DBD, maka pencegahan bisa dilakukan dengan cara lain, seperti:
- Menggunakan bubuk abate pada penampungan air atau tempat yang bisa menjadi penampungan air lain, yang memungkinkan jentik nyamuk berkembang.
- Serta melakukan gerakan 3M: menguras, menutup dan mengubur. Menguras tempat penampungan air, menutup penampungan air. Serta mengubur barang bekas yang dapat menampung genangan dan berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik nyamuk.
Jika fogging harus dilakukan, apakah ada risiko gangguan kesehatan?
Walaupun fogging atau pengasapan nyamuk menggunakan takaran dengan batas aman, tetapi tetap ada potensi menimbulkan efek samping bagi tubuh manusia. Pada kondisi tertentu, kandungan kimianya mungkin memberi dampak negatif.
Terlebih obat yang kerap digunakan termasuk dalam jenis insektisida organofosfat. Salah satu jenis yang bisa menyebabkan keracunan. Pada paparan tak terduga atau pada jumlah tertentu, organofosfat berisiko menyebabkan sejumlah kondisi seperti berikut ini:
1. Risiko gangguan kesehatan akibat obat fogging jenis organofosfat
- Gangguan saraf
- Membuat organ terlalu aktif hingga mengalami gangguan fungsi
2. Gejala keracunan zat kimia fogging jenis organofosfat
- Mual
- Muntah
- Batuk
- Berkeringat
- Penglihatan kabur
- Sulit bernapas
3. Seseorang bisa keracunan melalui tiga cara
- Keracunan karena menghirup zat tersebut
- Terserap melalui kulit
- Atau secara tidak sengaja tertelan, bisa karena meminum minuman yang terkontaminasi zat tersebut
4. Tindakan untuk mengatasi keracunan
- Jika mengalami gejala keracunan, segera ganti pakaian dan mandi dengan sabun
- Pada tahap ringan umumnya diatasi dengan obat atropin, obat yang biasa digunakan untuk keracunan
- Pada tahap berat dibutuhkan tindakan medis seperti memberikan alat bantu pernapasan dan memeriksa kondisi vital pasien
Pertimbangan fogging nyamuk di Indonesia
Sementara itu, meski sudah dikenal sebagai salah satu cara pencegahan penularan DBD, ternyata fogging dianggap bukan strategi utama mencegah DBD.
Seperti dilansir dari situs Kemkes.go.id, pencegahan menggunakan fogging baru bisa dilakukan jika memang sudah ada kasus di salah satu daerah. Untuk itu, sebelum terjadi kasus, sebaiknya mencegah dengan menjaga kebersihan dan menghindari jentik nyamuk dengan langkah 3M.
Demikian penjelasan mengenai risiko gangguan kesehatan akibat fogging nyamuk. Punya pertanyaan lebih lanjut seputar penyakit DBD?
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!