Share This Article
Tragedi Halloween yang terjadi di Itaewon, Korea Selatan, telah memakan banyak korban jiwa dengan jumlah lebih dari 150 orang tewas. Insiden ini terjadi karena jumlah pengunjung yang banyak hingga berdesak-desakan di kerumunan dan mengalami asfiksia, adalah kondisi di mana seseorang kekurangan oksigen.Â
Itaewon sendiri merupakan salah satu tempat populer yang banyak didatangi oleh orang-orang dari budaya dan latar belakang etnis berbeda. Oleh karena itulah, Itaewon dijadikan tujuan utama di Korea untuk merayakan Halloween.
Kenapa terjebak dalam kerumunan bisa picu kematian?
Kematian yang terjadi akibat kerumunan sebelumnya sering terjadi, terutama dalam acara-acara konser atau tontonan pertandingan olahraga. Pada 1991, sekitar 9 orang meninggal akibat kerumunan yang terjadi di kota New York.
Ahli forensik kemudian melakukan penelitian terhadap para korban dan ditemukan bahwa kematian pada situasi ini disebabkan oleh asfiksia traumatik. Asfiksia traumatik terjadi saat gangguan pernapasan terjadi akibat tekanan eksternal. Sebagian besar dari korban pada insiden tersebut ditemukan meninggal kompresi dada.
G. Keith Still, profesor tamu ilmu kerumunan di Universitas Suffolk di Inggris kepada NPR menjelaskan-setelah insiden Astroworld yang terjadi di Houston pada November 2021, bahwa ketika orang berjuang untuk bangun dalam kerumunan biasanya bagian lengan dan kaki akan terpelintir. Hal itu pun menyebabkan pasokan darah mulai berkurang ke otak.Â
Umumnya dibutuhkan waktu 30 detik sebelum kamu kehilangan kesadaran dan sekitar enam menit setelahnya mengalami asfiksia kompresif atau restriktif. Inilah yang menjadi penyebab kematian saat dalam kerumunan.
Asfiksia adalah
Asfiksia adalah sebuah kondisi di mana tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen dan mengganggu pernapasan normal. Asfiksia sendiri dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak sadar, bahkan lebih buruknya dapat memicu kematian.
Normalnya, saat seseorang bernapas, maka akan mengambil oksigen ke paru-paru. Kemudian, paru-paru melewatkan oksigen ke dalam aliran darah, di mana masuk ke jaringan tubuh.
Kekurangan oksigen dalam kondisi ini disebut juga dengan istilah anoksia. Jika otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup, hal tersebut dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran dalam hitungan detik. Apalagi jika tidak menerima oksigen dalam beberapa menit, maka kerusakan otak permanen atau kematian pun dapat terjadi.
Penyebab asfiksia
Menurut penjelasan Healthline, ada banyak kemungkinan penyebab asfiksia, beberapa di antaranya adalah:
1. Tenggelam
Tenggelam merupakan sebuah kondisi saat seseorang tidak bisa bernapas karena menghirup air. Akibatnya, tubuh mereka tidak mampu mengalirkan oksigen ke jaringan serta organ tubuh.Â
Baca Juga: Jangan Panik Dulu, Ini Cara Menolong Orang Tenggelam yang Perlu Kamu Lakukan!
2. Asfiksia kimia
Asfiksia kimia terjadi karena menghirup zat yang memotong suplai oksigen tubuh. Substansi tersebut dapat mengganggu pengiriman oksigen dalam darah atau menggantikan oksigen yang berada di paru-paru atau
3. Anafilaksis
Anafilaksis merupakan sebuah reaksi alergi dengan gejala cukup parah terhadap makanan, obat-obatan, atau sengatan serangga.
4. Asma
Asma adalah kondisi kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran udara. Di mana kondisi satu ini mampu menyebabkan gejala seperti kesulitan bernapas dan juga mengi. Lalu selama serangan asma terjadi, maka saluran udara akan membengkak dan menyempit.
5. Dicekik
Saat kamu dicekik maka akan adanya tekanan yang ditempatkan pada leher oleh tangan, pengikat, atau benda lain. Hal ini dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk menghirup oksigen dan menghambat sirkulasi.
6. Posisi tubuh yang salah
Jika tubuh seseorang berada dalam posisi yang menghalangi saluran udara, itu disebut asfiksia posisional. Kondisi satu ini dapat terjadi apabila posisi tubuh mengganggu inhalasi normal atau sirkulasi oksigen.
Sama halnya ketika kamu berada di dalam kerumunan, maka berisiko jatuh, terhimpit atau bahkan terinjak. Posisi tubuh yang salah tersebut pun dapat membuat kamu kesulitan bernapas dengan normal.
7. Overdosis obat-obatan
Ketika mengalami overdosis obat, maka dapat mengganggu kemampuan otak untuk mengatur pernapasan. Pada saat tertentu, orang tersebut pun tidak dapat bernapas dalam-dalam dan menghembuskan karbondioksida. Ini meningkatkan kadar karbondioksida dan mengurangi oksigen dalam tubuh.
Gejala asfiksia
Berikut beberapa gejala asfiksia seperti dilansir dari Medical News Today:
- Sesak napasÂ
- Detak jantung yang lambatÂ
- Suara serakÂ
- Sakit tenggorokan.
- KebingunganÂ
- Penurunan kesadaranÂ
- Mimisan
- Perubahan visualÂ
- Gangguan pendengaran.Â
Seseorang yang mengalami sesak napas mungkin juga memiliki gejala lainnya seperti bibir atau kulit berubah warna menjadi lebih biru. Kondisi tersebut terjadi karena kadar oksigen yang rendah dalam darah.
Bagaimana melakukan pertolongan pertama jika seseorang mengalami asfiksia?
Sebenarnya tergantung pada penyebab spesifik sesak napas atau asfiksia yang dialami oleh setiap orang, sehingga pengobatannya dapat bervariasi. Namun, ada juga beberapa perawatan untuk sesak napas, yaitu cardiopulmonary resuscitation (CPR) dan terapi oksigen.
Jika seseorang dalam keadaan tidak sadarkan diri karena sesak napas, ada kemungkinan jantungnya berhenti berdetak. Jadi, pada saat seseorang memberikan CPR, mereka akan mengambil peran jantung dan paru-paru, membantu darah dan oksigen bergerak ke seluruh tubuh.
Kemudian, selama terapi oksigen, seseorang akan memakai masker di hidung dan mulut mereka atau hanya selang di hidung mereka.Â
Cara melakukan CPR untuk pertolongan pertama
Cardiopulmonary resuscitation (CPR) menurut Mayo Clinic adalah teknik penyelamatan nyawa yang berguna dalam banyak keadaan darurat. Seperti serangan jantung atau hampir tenggelam, di mana pernapasan atau detak jantung seseorang telah berhenti.
The American Heart Association juga merekomendasikan memulai CPR dengan kompresi dada yang keras dan cepat. Rekomendasi CPR dengan tangan ini berlaku untuk pengamat yang tidak terlatih dan responden pertama.
Berikut beberapa langkah CPR:
- Hubungi panggilan darurat ke rumah sakit terdekat atau minta orang lain untuk melakukannya.
- Baringkan dengan posisi tubuh telentang dan buka jalan napasnya.
- Periksa kesadaran dan pernapasan. Jika mereka tidak sadar dan tidak bernapas atau pernapasannya terlihat terganggu, mulailah lakukan CPR.
- Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali. Caranya dengan menempatkan salah satu tanganmu di atas tangan lainnya dan genggam secara bersamaan. Lalu, dengan tumit tangan, dorong keras dan cepat di bagian tengah dada pasien. Lakukan kompresi dada ini dengan kecepatan minimal 100 kali per menit.
- Lakukan dua napas penyelamatan. Caranya dengan posisi kepala pasien dimiringkan ke belakang dan dagu terangkat. Lalu, cubit hidungnya dan letakkan mulutmu di atas hidungnya. Bernapaslah ke dalam mulut pasien sebanyak dua kali.
- Ulangi sampai ambulans atau defibrilator eksternal otomatis tiba.
Jadi, perlu diperhatikan ketika kamu menemukan seseorang pingsan secara tiba-tiba, maka untuk pertolongan pertama adalah melakukan sistem tanggap darurat medis seperti menghubungi rumah sakit terdekat dan memberikan kompresi dada. Ini wajib dilakukan bagi orang yang menolong baik sudah pernah berlatih ataupun belum.
Namun, apabila kamu belum pernah berlatih melakukan CPR, maka ada baiknya untuk lakukan kompresi dada dengan tangan saja. Kamu harus terus melakukan CPR tangan ini sampai defibrillator eksternal otomatis tiba dan siap digunakan.
Baca juga: Mengenal CPR: Teknik Darurat yang Selamatkan Pesepak bola Christian Eriksen saat Kolaps
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.