Share This Article
Salah satu tantangan yang harus dihadapi para calon haji (calhaj) termasuk dari Indonesia adalah teriknya sinar matahari di Arab Saudi. Terbaru dilaporkan suhu di Kota Madinah misalnya, mencapai 40°C di siang hari. Pada beberapa orang kondisi ini mungkin bisa menyebabkan intoleransi panas atau terlalu sensitif (hipersensitivitas) terhadap panas.
Ya, ketika kamu memiliki intoleransi terhadap panas, sering kali tubuh tidak dapat mengatur suhunya dengan benar sehingga menyebabkan munculnya berbagai gejala yang tidak diinginkan. Karenanya penting mengenali tanda-tanda tubuh hipersensitivitas panas, termasuk pemicu dan cara tepat dalam mengatasinya.
Baca juga: Mengenali Beda Ruam Kulit Biasa dengan Gejala COVID-19
Apa itu intoleransi panas?
Intoleransi panas merupakan gejala umum sebagai bentuk respons tubuh terhadap panas. Sementara orang lain mungkin bisa tahan atau bahkan tetap nyaman terhadap kondisi panas, namun mereka yang hipersensitivitas panas bisa sangat tidak nyaman.
Normalnya, tubuh akan berupaya mempertahankan suhu intinya di angka sekitar 37.5°C. Ketika seseorang mulai merasa panas, maka hipotalamus-bagian otak- akan mengirim sinyal ke kulit melalui saraf untuk memproduksi keringat guna mendinginkan tubuh. Inilah cara tubuh mengatur dan menjaga keseimbangan antara panas dan dingin.
Namun, pada beberapa orang ada yang tubuhnya merespons sangat kuat terhadap kondisi panas. Termasuk menjadi sangat sensitif terhadap panas yang biasanya ditandai dengan berkeringat yang berlebihan, kelelahan, pusing, dehidrasi dan malaise.
Faktor pemicu hipersensitivitas pada panas
Intoleransi panas sangat berkaitan dengan meningkatnya suhu tubuh. Secara umum beberapa hal yang dapat memicu kondisi ini antara lain adalah:
1. Pengobatan tertentu
Penyebab paling umum dari intoleransi panas adalah konsumsi obat-obatan tertentu. Misalnya obat alergi yang dapat menghambat kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri karena mencegah munculnya keringat.
Bisa juga akibat konsumsi obat tekanan darah yang dapat menurunkan aliran darah ke kulit, serta menghambat produksi keringat. Dekongestan atau obat yang umum dipakai untuk mengatasi hidung tersumbat, juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas otot dan meningkatkan suhu tubuh.
2. Konsumsi kafein
Kafein adalah zat yang dapat meningkatkan detak jantung dan mempercepat metabolisme. Hal ini dapat menyebabkan suhu tubuh jadi meningkat dan menyebabkan intoleransi terhadap panas.
3. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Kelebihan hormon ini dapat menyebabkan metabolisme tubuh meningkat, berujung pada peningkatan suhu tubuh secara signifikan.
4. Sklerosis ganda
Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun yang memengaruhi sistem saraf pusat. Penyakit ini memengaruhi lapisan pelindung (myelin) dari sistem saraf pusat. Jika myelin rusak, sinyal saraf tubuh menjadi terganggu dan dapat menyebabkan alergi panas.
Selain penyebab di atas, sejumlah kondisi eksternal juga dapat menjadi penyebab seseorang mengembangkan intoleransi panas, seperti terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama, menghabiskan waktu lama berada di daerah dengan iklim panas dan tingkat kelembapan yang sangat tinggi dan rendah.
Gejala intoleransi panas
Gejala umum seseorang terlalu peka pada panas yakni:
- Kulit dingin dan lembap dengan bulu kuduk merinding saat kepanasan
- Berkeringat yang berlebihan
- Pingsan
- Pusing
- Denyut nadi lemah dan cepat
- Tekanan darah rendah saat berdiri
- Kram otot
- Mual
- Sakit kepala.
Komplikasi hipersensitivitas pada panas
Tidak hanya menimbulkan gejala umum seperti yang disebut di atas, akibat tubuh yang terlalu sensitif pada panas bisa mengalami komplikasi penyakit (heat illness).
Melansir penelitian oleh U.S. Army Research Institute of Environmental Medicine, penyakit yang disebabkan intoleransi panas seperti:
1.Kelelahan panas (heat exhaustion)
Dianggap sebagai penyakit akibat panas yang masih tergolong sedang. Suhu tubuh yang meningkat menyebabkan penurunan fungsi organ sehingga timbul rasa lelah.
Pada kondisi ini, tidak ditemukan adanya kerusakan organ atau disfungsi sistem saraf pusat. Kalaupun ada sifatnya masih sangat ringan dan bisa pulih dengan cepat seiring teratasinya stres akibat panas.
2.Cedera panas (heat injury)
Merupakan komplikasi yang lebih parah karena disertai kerusakan organ, meski dapat dipulihkan.
3.Serangan panas (heat stroke)
Termasuk penyakit akibat intoleransi panas yang terbilang fatal karena berpotensi menyebabkan kematian. Melansir penelitian yang terbit di jurnal Military Medicine, potensi mematikan ini karena adanya gangguan fungsi sistem saraf pusat yang parah dan dibarengi dengan suhu tubuh yang sangat tinggi (hipertermia). Dua kondisi tersebut seringkali berakhir dengan kegagalan multisistem organ. Hipertemia pada kasus heat stroke biasanya berada pada suhu di atas 40°C.
Dalam penelitian bertajuk ‘Use of the heat tolerance test to assess recovery from exertional heat stroke’ menuliskan, Occupational Safety and Health Administration mencatat sebanyak 13 kematian para pekerja luar ruang dan pekerja dalam ruangan yang panas sepanjang 2012-2013.
Kemudian pada 2017, juga dilaporkan sebanyak 464 kasus heat stroke yang menimpa anggota militer yang masih aktif melakukan latihan dan aktivitas di lingkungan yang hangat dan bahkan panas.
Komplikasi lainnya yang juga kerap dialami yakni orang dengan multiple sclerosis (MS), intoleransi panas bisa menyebabkan gangguan penglihatan. Mulai dari pandangan yang buram hingga hilang total penglihatan. Hipersensitivitas panas juga berdampak pada gangguan kulit, yakni munculnya biang keringat dan jerawat. Hal ini karena keringat yang berlebih menyebabkan kulit meradang hingga melepuh.
Penanganan kondisi sensitif panas
Konsultasikan ke dokter jika gejala yang dialami tidak membaik selama satu jam dan bahkan bertambah buruk. Jika intoleransi panas disebabkan karena hipertiroidisme, bicarakan dengan dokter tentang pilihan pengobatan yang dapat membantu mengurangi sensitivitas tubuh.
Mencegah penyakit akibat intoleransi panas
Intoleransi panas mungkin tidak bisa dihindari pada beberapa orang yang memiliki faktor risikonya, namun heat illness sebagai dampaknya bisa dicegah.
Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mencegah penyakit akibat hipersensitivitas panas:
- Hindari terpapar sinar matahari secara langsung, khususnya pada pukul 11.00-15.00
- Dinginkan ruangan dengan AC atau kipas angin khususnya pada musim panas
- Banyak minum cairan untuk mencegah dehidrasi
- Hindari alkohol
- Mandi atau berendam air dingin
- Kompres air dingin di sekitar belakang leher
- Hindari aktivitas yang terlalu berat dan berada di ruangan panas dalam waktu lama selama cuaca panas.
Segera konsultasi ke dokter jika kamu memiliki keluhan yang disebabkan karena intoleransi panas ya. Jangan menunggu sampai kondisinya bertambah parah karena pengobatan yang sifatnya masih ringan besar kemungkinan bisa dilakukan secara rawat jalan.
Untuk memudahkan proses pembayaran dan tidak merasa khawatir akan biaya pengobatan, saatnya kamu mulai mempertimbangkan memiliki asuransi rawat jalan.
Baca juga: Mengenali Beda Ruam Kulit Biasa dengan Gejala COVID-19
Sehat tidak harus selalu mahal, karena kini ada asuransi rawat jalan dengan premi mulai Rp100RB-an/bulan. Proteksi kesehatan diri terpenuhi, premi bulanannya tidak menyayat hati. Tetap jaga kesehatan ya #GoodPeople!