Share This Article
Selain bisa membantu orang lain, donor darah juga bisa bermanfaat untuk pendonor, lho. Lalu apa saja syarat dan prosedur untuk melakukannya? Apa saja manfaatnya untuk kesehatan? Berikut ulasan lengkapnya.
Jenis-jenis donor darah
Sebenarnya, ada 2 jenis donor darah yang umum dilakukan. Meski terlihat mirip, tetapi berbeda pada proses pengambilan darah dari pendonor. Berikut dua jenis tersebut yang harus kamu tahu yakni:
1. Donor darah lengkap
Jenis ini merupakan yang paling umum kita temui, ini adalah apa yang kebanyakan orang pikirkan ketika mereka mendengar “donor darah.”
Pendonor akan mendonasikan darahnya sebanyak kurang lebih 1 liter yang kemudian disimpan dalam kantong darah. Setelah itu, darah dibawa ke lab untuk dipisahkan menjadi komponen-komponen.
Mulai dari sel darah merah, plasma, dan terkadang trombosit serta cryoprecipitate. Sel darah merah bisa disimpan hingga 42 hari setelah diproses.
2. Donor apheresis
Pada donor darah lengkap proses pengambilannya dilakukan dengan penyedotan melalui selang dan masuk ke kantung yang sudah disiapkan. Sementara itu, jenis apheresis ini menggunakan sebuah mesin khusus.
Mesin ini hanya akan mengambil komponen darah yang dibutuhkan. Sisanya akan dikembalikan ke tubuh. Donor apheresis sendiri terbagi ke beberapa kategori berdasarkan komponen yang diambil.
Plateletpheresis
Donor jenis ini hanya akan mengambil komponen bernama platelets. Platelets adalah sel darah yang berperan menghentikan pendarahan. Donor jenis ini juga disebut dengan donor trombosit.
Sel darah merah
Tipe ini hanya akan mengambil sel darah merah kamu. Sel darah merah sendiri adalah komponen yang membuat darah terlihat merah dan berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh organ dan jaringan dalam tubuh.
Sel darah merah ganda
Pada tipe ini, sel darah merah yang diambil akan lebih banyak ketimbang donor biasa.
Plasmapheresis
Jenis ini hanya akan mengambil sel plasma dalam darah atau disebut donor darah plasma. Plasma adalah cairan dalam darah yang berfungsi mengalirkan air dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh.
Sebagai informasi tambahan saat ini donor darah plasma tengah digunakan untuk pengobatan COVID-19. Di Amerika melakukan terapi convalescent plasma untuk membantu pemulihan pasien COVID-19.
Terapi tersebut menggunakan donor darah plasma dari orang yang sudah sembuh dari COVID-19. Donor darah plasma dari orang yang sudah sembuh mengandung antibodi. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan tubuh melawan virus.
Manfaat donor darah
Donor darah tak hanya bermanfaat untuk yang penerima donor, tapi juga bagi para pendonor, lho. Berikut manfaat yang perlu kamu tahu:
Manfaat donor darah untuk orang lain
- Membantu orang dalam situasi bencana atau situasi darurat.
- Bantu orang yang kehilangan banyak darah saat operasi.
- Membantu orang yang kehilangan darah karena pendarahan perut.
- Bantu wanita yang mengalami komplikasi serius selama kehamilan atau proses persalinan.
- Membantu penderita kanker, anemia berat, atau penyakit gangguan darah lainnya yang membutuhkan transfusi darah.
Manfaat donor darah untuk pendonor
Dilansir dari Healthline, Mental Health Foundation menjadi pendonor bisa memberikan manfaat secara fisik maupun mental terhadap pendonor. Karena dengan membantu orang lain pendonor bisa:
- Mengurangi stres.
- Meningkatkan kesehatan emosional.
- Bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
- Membantu menghilangkan pikiran negatif.
- Meningkatkan rasa kepemilikan dan mengurangi perasaan terisolasi.
Kenapa donor darah bisa menyehatkan?
Saat kamu melakukan donor, tubuh akan bekerja untuk menggantikan volume darah yang hilang dalam waktu 48 jam setelah donor.
Dalam waktu 4-8 minggu, semua sel darah merah yang hilang akan tergantikan dengan sel darah merah baru.
Proses pembentukan sel darah merah baru ini bisa membantu tubuh kamu tetap sehat serta bekerja dengan lebih efisien serta produktif.
Sebaiknya donor darah berapa bulan sekali?
Frekuensi melakukan donor darah berbeda-beda. Tergantung jenis yang dilakukan dan tergantung aturan yang ditetapkan. Kamu dapat mendonorkan darah lengkap setiap 56 hari.
Jadi, jika kamu masih bertanya-tanya sebaiknya donor darah berapa bulan sekali dilakukan, kamu bisa langsung berkonsultasi pada dokter atau petugas medis.
Baca juga: Benarkah Donor Darah Saat Puasa Berbahaya Bagi Tubuh?
Efek donor darah
Donor darah merupakan prosedur yang aman dan menyehatkan selama dilakukan oleh pihak yang profesional, seperti PMI dan tenaga medis lainnya.
Selama prosedur yang dilakukan sesuai standar yakni penggunaan alat yang baru dan steril untuk semua pendonor, maka efek donor darah yang mungkin terjadi seperti risiko infeksi bisa dihindari.
Tapi, setelah menjadi pendonor, kamu bisa saja mengalami beberapa efek donor darah seperti:
- Pusing.
- Lemas.
- Mual.
- Sakit kepala.
Efek ini umumnya akan hilang dengan sendirinya antara 1-3 hari setelah donor.
Prosedur donor darah
Standar pelaksanaan donor di Indonesia sendiri diatur dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 91 tahun 2015.
Umumnya prosedur pelaksanaan donor dibagi menjadi:
- Proses pendaftaran dengan mengisi form berisi data pribadi dan riwayat kesehatan.
- Melakukan pengecekan fisik serta tes darah.
- Proses pengambilan darah bagi calon pendonor yang sesuai syarat donor darah.
- Refreshments setelah melakukan donor.
Syarat donor darah untuk pendonor
Untuk bisa menjadi pendonor, kamu harus lolos beberapa kriteria atau syarat donor darah yang sudah ditentukan. Hal ini untuk memastikan pendonor sehat, dan darah yang didonorkan juga aman bagi penerima donor.
Persyaratan umum
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 91 tahun 2015, berikut kriteria umum yang harus dipenuhi calon pendonor:
- Usia: Minimal 17 tahun. Untuk pendonor pertama kali yang sudah berusia di atas 60 tahun, atau pendonor ulang usia di atas 65 tahun boleh menjadi pendonor dengan pertimbangan medis tertentu.
- Berat badan: untuk donor darah lengkap minimal 45 kg untuk penyumbang darah 450 ml dan 55 kg untuk penyumbang darah 350 ml. Sedangkan untuk donor apheresis minimal 55 kg.
- Tekanan darah: Tekanan sistolik antara 90-160 mm Hg. Tekanan Diastolik antara 60-100 mm Hg. Perbedaan antara sistolik dengan diastolik lebih dari 20 mmHg.
- Denyut nadi: 50 hingga 100 kali per menit dan teratur.
- Suhu tubuh: 36,5 – 37,5 celcius
- Hemoglobin: 12,5 hingga 17 g/dL
- Penampilan donor: Apabila calon pendonor terlihat memiliki kondisi anemia, jaundice, sianosis, dispnea, ketidakstabilan mental, konsumsi alkohol, atau keracunan obat maka tidak akan diperbolehkan mendonor.
Orang yang tidak boleh mendonorkan darah
Orang dengan beberapa kondisi medis tertentu harus ditolak secara permanen dan tidak diperbolehkan mendonorkan darah seumur hidupnya. Berikut beberapa di antaranya:
- Kanker atau penyakit ganas.
- Creutzfeldt-Jakob disease.
- Penderita diabetes yang mendapatkan terapi insulin.
- Pengguna narkoba dengan cara disuntikkan.
- Penyakit jantung dan pembuluh darah.
- Pengidap HIV/AIDS dan kondisi infeksius lainnya.
- Xenotransplantation.
- Alergi utamanya yang tercatat memiliki riwayat anafilaksis.
- Penyakit autoimun.
- Tendensi perdarahan abnormal.
- Penyakit hati.
- Polycythaemia vera.
Orang yang harus menunda pendonoran darah
Jika kategori sebelumnya calon pendonor harus ditolak secara permanen, pada kategori ini calon pendonor boleh mendonorkan darahnya tetapi harus menunggu waktu yang tepat.
- Epilepsi: 3 tahun setelah berhenti pengobatan tanpa kambuh.
- Demam lebih dari 38 Celcius: 2 minggu setelah gejala menghilang.
- Penyakit ginjal (Acute glomerulonephritis): 5 tahun ditolak setelah penyembuhan lengkap.
- Osteomielitis: 2 tahun setelah donor diumumkan telah diobati.
- Kehamilan: 6 bulan setelah melahirkan atau penghentian kehamilan.
- Demam reumatik: 2 tahun setelah serangan, tidak ada bukti adanya penyakit jantung kronik (penolakan permanent deferral)
- Bedah: Tidak ada penyumbangan darah hingga sembuh total dan sehat.
- Cabut gigi: 1 minggu jika tidak ada keluhan.
- Endoskopi dengan biopsi menggunakan peralatan fleksibel: 6 bulan tanpa pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C atau 4 bulan jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan negatif untuk Hepatitis C.
- Kecelakaan inokulasi, akupuntur, tato, tindik badan: 6 bulan tanpa pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C atau 4 bulan jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan negatif untuk Hepatitis C.
- Mukosa terpercik oleh darah manusia, jaringan atau sel yang ditransplantasikan: 6 bulan tanpa pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C atau 4 bulan jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan negatif untuk Hepatitis C.
- Transfusi komponen darah: 6 bulan tanpa pemeriksaan NAT untuk Hepatitis C atau 4 bulan jika pemeriksaan NAT pada 4 bulan negatif untuk Hepatitis C.
Baca juga: Leukosit Kamu Rendah?Ini Lho, Penyebabnya!
Persiapan sebelum mendonorkan darah
Apabila kamu ingin melakukan donor darah, pastikan kamu memenuhi kriteria-kriteria yang disebutkan di atas. Selain itu, ada pula beberapa tips yang bisa kamu lakukan:
- Jika kamu ingin melakukan donor di rumah sakit atau kantor PMI, buatlah janji terlebih dahulu untuk tahu kapan waktu yang tersedia.
- Seminggu sebelum melakukan donor, konsumsi lah makanan yang sehat. Pilih makanan yang tinggi zat besi dan rendah lemak.
- Pada hari kamu akan melakukan donor, jangan lupa untuk minum air putih cukup.
- Gunakan baju dengan lengan pendek atau baju yang mudah dilipat ke atas saat proses pengambilan darah.
Proses pengambilan darah
Setelah kamu mendaftar, melakukan screening, dan lolos persyaratan, maka kamu bisa melanjutkan proses pengambilan darah.
Proses yang dilakukan biasanya:
- Kamu akan diminta untuk berbaring.
- Setelah itu petugas akan membersihkan area yang akan disuntik menggunakan alkohol.
- Selanjutnya petugas akan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena kamu.
- Dari situ darah akan mengalir melalui selang ke dalam kantong darah. Untuk lamanya proses pengambilan darah tergantung berapa banyak yang diambil, umumnya butuh waktu 8-10 menit untuk proses pengambilan darah lengkap.
- Jika kamu melakukan donor jenis apheresis atau donor komponen tertentu biasanya butuh waktu sampai 2 jam.
- Saat kantong darah penuh, petugas akan menarik jarum lalu menekan bekas suntikan dengan kapas, lalu menutupnya dengan perban.
Proses setelah donor darah
Setelah proses donor selesai, biasanya pendonor diminta untuk menunggu beberapa waktu sebelum pergi, sampai kondisi fisiknya stabil.
Sementara itu, darah yang sudah diambil akan dibawa untuk dites apakah ada penyakit tertentu seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis.
Pendonor juga biasanya diminta untuk beristirahat dan makan makanan ringan yang disediakan. Setelah 15 menit, kamu akan dipersilakan untuk pulang.
Tips setelah melakukan donor darah:
- Minum air lebih banyak 1-2 hari setelah donor.
- Hindari melakukan aktivitas fisik berat atau mengangkat beban berat selama 5 jam setelah donor.
- Jika kamu merasa pusing atau lightheaded, langsung berbaring dengan posisi kaki terangkat sampai pusingnya hilang.
- Biarkan perban menempel dan kering setidaknya dalam 5 jam.
- Jika kamu mengalami pendarahan setelah perban dilepas, tekan area bekas suntikan lalu angkat lengan kamu sampai pendarahan berhenti.
- Apabila bekas suntikan terlihat memar, lakukan kompres dingin secara bertahap.
- Jika lengan kamu terasa sakit, konsumsi obat pereda nyeri seperti asetaminofen. Hindari konsumsi aspirin ataupun ibuprofen selama 24 sampai 48 jam setelah pengambilan darah.
Namun, kamu perlu menghubungi petugas tempat kamu melakukan donor apabila mengalami efek donor darah seperti:
- Masih merasa pusing, mual, muntah, meskipun sudah makan, minum, dan beristirahat.
- Lokasi bekas jarum suntik benjol, bengkak, dan berdarah.
- Mengalami sakit lengan, mati rasa, atau kesemutan.
- Sakit yang ditandai dengan gejala pilek, flu, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dalam waktu 4 hari setelah donor.
Infeksi bakteri bisa saja ditularkan melalui darah yang kamu donorkan. Oleh karena itu, penting untuk menghubungi pihak di mana kamu melakukan donor agar darah kamu tidak digunakan.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!