Share This Article
Kabar mengejutkan datang dari Britney Spears. Penyanyi asal Amerika Serikat itu membuat pengakuan bahwa dirinya dipaksa untuk mengonsumsi obat lithium saat menjalani masa konservatorinya selama 13 tahun.
Lantas, apa sebenarnya obat lithium itu? Apa dampaknya pada tubuh dan kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka panjang? Simak ulasannya berikut ini!
Apa itu lithium?
Secara umum, lithium adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan suasana hati (mood stabilizer). Seringkali, obat ini dipakai dalam perawatan pada pasien gangguan bipolar. Meski, tak sedikit yang menggunakannya untuk mengatasi gangguan psikologis seperti depresi.
Lithium bekerja pada sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Belum jelas bagaimana obat ini menjalankan mekanismenya. Lithium diperkirakan dapat membantu memperkuat koneksi sel saraf yang terlibat dalam pengaturan suasana hati, perilaku, dan cara berpikir.
Dikutip dari NHS, lithium juga bisa membantu mengurangi perilaku agresif yang berisiko melukai diri sendiri hingga dorongan untuk bunuh diri.
Dosis dan aturan minum
Dosis lithium bisa berbeda antara satu orang dengan individu lainnya. Meski perawatan bipolar sering melibatkan banyak obat, beberapa pengidapnya dapat mengontrol gejala hanya dengan lithium saja.
Tidak seperti obat-obatan pada umumnya, lithium butuh beberapa pekan agar efeknya bisa bekerja maksimal. Oleh karena itu, obat ini sering dikonsumsi dalam jangka panjang. Sebelum meresepkan lithium, dokter akan lebih dulu melakukan pemeriksaan fisik pasien.
Ini penting, karena konsumsi jangka panjang bisa menimbulkan efek samping pada tubuh, baik yang bersifat ringan, sedang, hingga berat. Jika ditemukan ada gangguan pada organ tertentu, dokter mungkin akan mencari alternatif obat selain lithium.
Efek samping jangka pendek
Dikutip dari Medical News Today, sekitar 67 hingga 90 persen orang yang mengonsumsi lithium mengalami setidaknya satu efek samping. Mual misalnya, dialami oleh sekitar 20 persen orang pada tahap awal pengobatan.
Namun, efek samping itu biasanya berlangsung sebentar dan akan mereda seiring berjalannya waktu. Selain mual, berikut beberapa efek samping jangka pendek yang berpotensi muncul:
- Diare
- Tangan gemetar
- Disfungsi seksual seperti penurunan libido
- Penambahan berat badan
- Penurunan kewaspadaan
Baca juga: 5 Efek Samping Obat Penenang yang Harus Diketahui Sebelum Meminumnya
Efek samping jangka panjang
Sebuah penelitian pada 2015 menyebutkan, efek samping jangka panjang dari konsumsi lithium sangat rentan dialami oleh wanita berusia di bawah 60 tahun. Konsentrasi lithium di dalam darah juga diketahui lebih tinggi dari batasan normal.
Meski begitu, tak menutup kemungkinan bahwa pria dapat mengalami efek samping serupa. Berikut beberapa efek samping jangka panjang dari penggunaan lithium:
Gangguan ginjal
Penggunaan lithium dalam periode waktu yang panjang dapat memengaruhi kesehatan ginjal. Salah satunya adalah kemampuan ginjal dalam hal konsentrasi urine. Ini dapat memicu diabetes insipidus nefrogenik dengan gejala utama sering kencing dan haus yang ekstrem.
Saat lithium mengalami peningkatan kadar di dalam darah, obat itu bisa berubah menjadi zat racun bagi ginjal.
Orang yang mengonsumsi lithium perlu memantau kadar natrium dan fungsi ginjal secara teratur. Ini untuk menghindari dan deteksi dini kemungkinan adanya masalah pada organ tersebut.
Masalah tiroid
Penggunaan lithium dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah pada kelenjar tiroid. Salah satunya adalah hipertiroidisme, yaitu kondisi ketika kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif. Gejalanya bisa berupa mudah lelah, peka terhadap dingin, bahkan depresi yang bertambah buruk.
Selain itu, penggunaan lithium dalam jangka panjang juga bisa memicu kondisi sebaliknya, yaitu hipotiroidisme, keadaan saat kelenjar tiroid menjadi kurang aktif dan tidak menghasilkan cukup hormon. Gejalanya bisa berupa:
- Depresi bertambah buruk
- Kulit kering
- Kelelahan
- Peka terhadap suhu dingin
- Sulit berpikir cepat
- Penambahan berat badan
Orang yang mengonsumsi lithium perlu menjalani tes rutin untuk memantau fungsi tiroidnya, apakah masih bekerja secara normal atau tidak.
Hiperparatiroidisme
Bukan cuma masalah pada kelenjar tiroid, konsumsi jangka panjang lithium bisa berdampak pula pada paratiroid. Paratiroid adalah kelenjar yang bertanggung jawab dalam mengatur kadar kalsium di dalam tubuh.
Jika seseorang mengalami hiperparatiroidisme, kemampuan tubuh dalam mendeteksi kalsium bisa terganggu. Ini dapat memicu gangguan kesehatan lain bernama hiperkalsemia, kondisi ketika kadar kalsium terlalu tinggi.
Hiperkalsemia bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut, seperti osteoporosis dan masalah kardiovaskular.
Nah, itulah ulasan tentang obat lithium yang dikonsumsi oleh Britney Spears untuk mengatasi gangguan depresinya. Untuk meminimalkan risiko jangka panjangnya, konsumsilah obat tersebut sesuai dengan petunjuk dan saran dari dokter, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!