Share This Article
Masyarakat dihebohkan oleh aksi seorang mahasiswi keperawatan yang membuat konten tentang pemasangan kateter urin di media sosial. Tak sedikit yang kemudian penasaran tentang apa itu kateter dan mengapa harus digunakan oleh seseorang.
Agar lebih tahu tentang fungsi lengkap kateter, simak ulasan lengkapnya berikut ini,yuk!
Apa itu kateter urin?
Dikutip dari laman Bladder and Bowel Community, kateter urin adalah tabung berongga dengan tekstur yang lunak, dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk mengalirkan urin.
Penggunaan kateter sendiri tidak boleh sembarangan, melainkan hanya untuk orang dengan kondisi tertentu yang tak bisa mengosongkan kandung kemihnya melalui buang air kecil ke toilet. Kateter sendiri dapat dipasang dalam jangka pendek atau panjang, tergantung kondisi medis seseorang.
Bahkan, pada beberapa kasus, kateter bisa tetap dan terus dipasang hingga berminggu-minggu. Tak perlu khawatir, kateter dibuat dari bahan yang sangat aman.
Baca juga: Kateterisasi Jantung: Ketahui Pengertian, Manfaat, dan Prosedur Pelaksanaannya
Beragam jenis kateter urin
Bicara soal fungsinya, kateter dibedakan menjadi tiga jenis, di antaranya adalah:
1. Kateter uretra
Kateter uretra, atau juga disebut sebagai indwelling catheter, adalah kateter yang dipasang melalui uretra (saluran kencing) hingga ke dalam kandung kemih. Namun, kateter ini dapat pula dipasang melalui lubang kecil di perut.
Balon kecil di ujung kateter dipompa dengan air untuk mencegah selang keluar dari dalam. Balon tersebut akan mengempis ketika kateter perlu dilepas.
2. Kateter eksternal
Kateter eksternal, atau yang juga disebut sebagai kateter kondom, adalah kateter yang ditempatkan di luar tubuh. Jenis ini biasanya digunakan oleh orang dengan penis yang tidak punya masalah retensi urin, tapi ada gangguan fungsional atau mental (seperti demensia).
Sebuah perangkat terlihat seperti kondom menutupi kepala penis, lalu satu tabung mengarah ke kantong drainase. Jika dilihat dari pemasangannya, kateter ini lebih nyaman dan berisiko lebih rendah menimbulkan infeksi.
Namun, kateter eksternal umumnya perlu diganti setiap hari, meski ada juga sejumlah produsen yang merancangnya agar bisa digunakan lebih lama.
Kateter intermiten
Kateter intermiten digunakan hanya ketika seseorang memerlukannya kadang-kadang atau karena alasan tertentu yang singkat. Misalnya, kamu hanya memerlukan kateter untuk sementara waktu setelah operasi sampai kandung kemih kosong.
Alasan menggunakan kateter
Kandung kemih memiliki kapasitas menampung urin 300 hingga 500 ml. Jika sudah penuh, maka urin akan dikeluarkan lewat buang air kecil.
Secara teknis, proses pengeluaran urin memerlukan koordinasi antara kandung kemih dan uretra. Saat kandung kemih mulai penuh menampung peningkatan volume urin, maka uretra akan berkontraksi untuk mencegah kebocoran.
Kontrol tersebut diatur oleh jaringan saraf. Jika urin sudah waktunya untuk keluar, uretra akan mengalirkannya dari kandung kemih. Nah, fungsi tersebut bisa terganggu jika ada masalah pada satu atau beberapa organ yang terlibat, baik karena penyakit atau cedera tertentu.
Ketika ada masalah pada kandung kemih hingga urin tak bisa dikeluarkan secara normal, maka kateter akan digunakan.
Kapan menggunakan kateter?
Seperti yang telah disebutkan, kateter hanya digunakan dalam kondisi tertentu ketika seseorang tidak mampu mengeluarkan urin secara normal melalui buang air kecil, di antaranya:
- Mengalami retensi dan inkontinensia urin
- Mengidap kondisi batu ginjal
- Adanya gumpalan darah dalam urin
- Pembesaran kelenjar prostat yang parah
- Operasi pada kelenjar prostat
- Operasi di area genital, misalnya akibat patah tulang pinggul
- Cedera pada saraf kandung kemih
- Cedera pada saraf tulang belakang
- Gangguan kesehatan mental, misalnya demensia
- Efek samping obat yang mengganggu otot kandung kemih sehingga menyebabkan urin tersangkut
- Spina bifida (cacat lahir pada bayi akibat terganggunya pembentukan tabung saraf).
Risiko efek samping kateter urin
Pemasangan dan pemantauan penggunaan kateter perlu dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang ahli. Jika tidak, ada beberapa risiko efek samping yang mungkin bisa terjadi, seperti:
- Infeksi saluran kemih
- Nyeri kandung kemih yang terasa seperti kram perut
- Darah dan kotoran lain terperangkap di dalam kateter
- Kebocoran kateter
- Cedera pada uretra
- Muncul gumpalan menyerupai batu pada kandung kemih, terutama setelah penggunaan dalam jangka panjang.
Nah, itulah ulasan tentang kateter urin dan keadaan apa saja yang perlu penggunaannya. Selalu minta pemantauan dokter saat kamu menggunakan kateter dalam kondisi apa pun, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.