Share This Article
Hepatitis merupakan tantangan kesehatan masyarakat dunia atau global, termasuk di Indonesia. Ini sebanding dengan penyakit menular lainnya, seperti HIV, tuberkulosis, dan malaria.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit ini, berdasarkan salah satu rekomendasi World Health Assembly (WHA) ke-63, tanggal 28 Juli ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Dunia.
Peringatan ini dirancang agar berbagai pihak semakin peduli pada masalah hepatitis. Termasuk bagaimana memutus rantai penularan hepatitis dari ibu hamil kepada bayinya saat proses persalinan.
Baca juga: Catat, Ini 10 Cara Mengatasi Speech Delay pada Anak di Rumah
Hepatitis di Indonesia
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Balitbangkes pada 2013, penderita hepatitis B dan C di Indonesia berjumlah sekitar 20 juta orang.
Sebagai respons terhadap hal tersebut, pemerintah melalui peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2021 berupaya melakukan penyebaran informasi, edukasi, dan promosi kesehatan soal pencegahan dan pengendalian hepatitis di Indonesia.
Tak hanya itu, pemerintah juga melakukan serangkaian upaya lain seperti program imunisasi hepatitis B, deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil, dan pemberian immunoglobin pada bayi baru lahir dari ibu hepatitis B.
Hepatitis B mendapat perhatian khusus karena penularannya sangat mudah terjadi. Bahkan ini bisa menular pada anak yang baru dilahirkan jika sang ibu mengidap penyakit itu.
Apa itu hepatitis B?
Dilansir dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), hepatitis B adalah infeksi virus yang memengaruhi hati dan menyebabkan infeksi akut sampai kronis.
Infeksi kronis terjadi pada 90 persen bayi yang terinfeksi dari ibu mereka atau sebelum berusia 5 tahun. Mereka yang terinfeksi setelah usia lima tahun, memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengembangkan infeksi kronis.
Bagaimana hepatitis B menulari bayi baru lahir?
Hepatitis B menyebar terutama melalui paparan berbagai cairan tubuh, termasuk darah, air liur, menstruasi, vagina, dan cairan mani. Di seluruh dunia, virus ini paling sering menyebar dari ibu ke anak selama kelahiran.
Jika tidak ada intervensi pencegahan, risiko penularan dari ibu ke anak berkisar antara 70 hingga 90 persen untuk ibu dengan viral load HBV tinggi (atau HBeAg-positif).
Sementara untuk ibu dengan HBeAg negatif, risiko penularannya adalah sekitar 10 sampai 40 persen.
Untuk alasan tersebut, wanita hamil dengan tingkat DNA HBV tinggi dapat diberikan antivirus selama kehamilan untuk mencegah penularan dari ibu ke anak dan melindungi bayi mereka agar tidak terinfeksi.
Mencegah bayi baru lahir terpapar hepatitis
Dalam diskusi yang digelar untuk memeringati Hari Hepatitis Sedunia, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai penularan hepatitis dari ibu kepada anaknya.
1. Vaksin hepatitis B untuk Ibu
Tak ada cara lain yang lebih baik ketimbang menyuntikkan vaksin hepatitis B kepada para ibu. Nadia mengatakan, program vaksinasi terhadap ibu terutama yang tengah mengandung memang sangat digencarkan demi menekan penularan hepatitis B dari ibu ke anak.
2. Imunisasi hepatitis pada bayi
Sementara ibu diberi vaksin, sang anak terutama bayi bisa diberi pencegahan dini dengan memberikan imunisasi hepatitis B tiga dosis. Pemberian ini adalah tahap paling awal yang bisa diterima bayi demi menghindari terpapar hepatitis.
“Seluruh anak diberi imunisasi sampai usia sembilan bulan wajib imunisasi hepatitis B. Ini harus kita ingat bahwa salah satu upaya untuk mencegah permasalahan hepatitis B menjadi besar adalah pemberian imunisasi lengkap pada anak atau bayi,” kata Nadia.
3. Jika ibu positif, beri HB0 untuk Bayi kurang 24 jam
Namun, jika ibu terdeteksi positif saat melahirkan, pemberian HB0 adalah jalan satu-satunya untuk menghindari sang bayi terpapar. HB0 juga harus diberikan kurang dari 24 jam.
“Imunisasi hepatitis B 0 atau HB0 kurang dari 24 jam kepada bayi yang dilahirkan. Nanti dilanjut lagi dengan imunisasi tiga tahap,” kata dia.
4. Deteksi dini pada ibu hamil dan pemberian immunoglobulin
Nadia juga memaparkan, deteksi dini adalah faktor penentu yang paling penting yang dapat dilakukan ibu hamil. Dia harus memahami kondisinya dengan melakukan pemantauan apakah terpapar hepatitis B atau tidak.
Tak hanya itu, bayi juga bisa diberi immunoglobulin setelah kelahirannya yang dilanjut dengan pemberian imunisasi hepatitis B.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!