Share This Article
Saat ini wabah virus COVID-19 telah berlangsung selama lebih dari satu tahun. Kondisi tersebut tidak hanya berpengaruh pada sektor ekonomi, namun juga pada sistem perawatan kesehatan.
Termasuk juga salah satunya di bidang kesehatan seksual dan reproduksi. Hal ini disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada saat memperingati Hari Kependudukan Dunia, 11 Juli 2021 lalu.
Pada kesempatan itu Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menyampaikan pengaruh pandemi terhadap program Keluarga Berencana (KB) yang menjadi tanggung jawab BKKBN.
Baca juga: 3 Alasan Lansia Tidak Diprioritaskan Mendapat Vaksin COVID-19
Sekilas tentang hari kependudukan dunia
Dilansir United Nations, Hari Kependudukan Dunia diperingati dalam rangka memerhatikan pentingnya masalah kependudukan, termasuk hubungannya dengan lingkungan dan pembangunan.
Tujuan tersebut selaras dengan program pemerintah Indonesia tentang pembangunan KB yang diemban oleh BKKBN.
Hari Kependudukan Dunia pertama kali diperingati pada 11 Juli 1990. Sejak saat itu, sejumlah kantor negara peserta United Nations Population Fund (UNFPA) turut memperingatinya secara rutin setiap tahun.
Efek pandemi terhadap program KB secara global
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yang berupaya mengendalikan pertumbuhan populasi manusia.
Harapannya program ini dapat membantu menciptakan pembangunan yang berkelanjutan, salah satunya dengan meningkatkan kesejahteraan ibu maupun anak.
Namun pandemi COVID-19 mau tidak mau telah mengganggu keberlangsungan program tersebut. Dilansir Times Now News, UNFPA memperkirakan bahwa hampir 12 juta wanita di dunia belum dapat mengakses layanan KB karena gangguan akibat pandemi.
Hal ini menyebabkan terjadinya sekitar 1,4 juta kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan tersebut cukup memberi tekanan pada keluarga yang sudah berjuang mengatasi masalah keuangan akibat pandemi.
Lebih jauh lagi, konsekuensinya bukan hanya ekonomi. Kondisi ini juga dikaitkan dengan meningkatnya jumlah aborsi berisiko, kematian ibu dan kematian bayi itu sendiri.
Lalu bagaimana dengan efeknya di Indonesia?
Dilansir DetikHealth, Hasto Wardoyo mengatakan bahwa pandemi ini stelah berpengaruh pada keberlangsungan program KB di Indonesia. Beberapa dampaknya meliputi:
1. Menurunnya pelayanan KB pada fasilitas kesehatan
Hal ini merupakan dampak yang paling terasa, mengingat dari sisi supply pelayanan, fokus tenaga kesehatan saat ini semua terpusat pada penanganan COVID-19.
2. Penurunan minat masyarakat untuk mengikuti program KB
Dari sisi permintaan, pembatasan pergerakan akibat pandemi telah berpengaruh pada menurunnya jumlah masyarakat yang mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB.
Hal ini terutama terjadi pada kelompok rentan yang tinggal di daerah kumuh dan masyarakat pra-sejahtera.
3. Pasokan alat dan obat kontrasepsi terganggu
Terbatasnya akses dan pergerakan selama pandemi, terutama di masa-masa Perberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat seperti sekarang, juga berpengaruh pada mobilitas petugas di lini lapangan dalam mendistribusikan alat dan obat kontrasepsi ke masyarakat.
4. Jumlah kegiatan penunjang program KB juga menurun
Pandemi juga membuat kegiatan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga di masyarakat menurun secara signifikan.
Baca juga: Penelitian Terbaru: Vaksinasi COVID-19 pada Ibu Hamil Berikan Antibodi untuk Janin
Rencana tindak lanjut yang dilakukan
Demi berlangsungnya program KB di Indonesia secara optimal, maka diperlukan upaya evaluasi di berbagai kebijakan yang selama ini telah dilaksanakan selama pandemi.
Terutama yang berkaitan dengan pemenuhan hak kesehatan reproduksi, seperti akses layanan kesehatan bagi ibu hamil. BKKBN juga berupaya melakukan gerakan sejuta akseptor untuk mengatasi dampak pandemi bagi program KB.
Sedangkan untuk vaksinasi COVID-19 anak dan ibu hamil BKKBN bekerja sama dengan instansi terkait, pemerintah daerah serta organisasi profesi terkait seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
“Jika hak tersebut tidak dipenuhi maka akan dapat berdampak pada kehamilannya, dan kemudian dapat menyebabkan anak yang dilahirkannya kelak menjadi stunting,” kata Hasto.
Oleh karena itu, pada Hari Kependudukan Dunia, BKKBN juga terus berusaha meningkatkan kesadaran tentang kebutuhan dan kerentanan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan dan anak perempuan.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!