Share This Article
Setiap 28 September diperingati sebagai Hari Rabies Sedunia. Tujuannya, meningkatkan kepedulian dan kepekaan diri terhadap bahaya dari penyakit tersebut. Ditularkan lewat hewan, rabies adalah penyakit yang bisa mengancam nyawa.
Bagaimana cara mengetahui apakah seekor hewan telah terinfeksi? Apa ada cara untuk mencegah penularan ke manusia? Yuk, temukan jawabannya dengan ulasan berikut!
Apa itu rabies?
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh virus melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi. Virus pemicunya berasal dari keluarga rhabdovirus. Di Indonesia, rabies juga dikenal dengan sebutan penyakit anjing gila.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!
Tanpa pengobatan dini, rabies biasanya berakhir fatal. Virus dapat memengaruhi tubuh dengan salah satu dari dua cara berikut:
- Pertama, virus memasuki sistem saraf perifer secara langsung, lalu bermigrasi ke otak
- Kedua, virus bereplikasi di dalam jaringan otot, membuatnya aman dari sistem kekebalan. Dari sini, virus mulai masuk ke sistem saraf melalui sambungan neuromuskular. Begitu sampai di saraf, virus menyebabkan peradangan akut pada otak, bisa berujung pada kondisi koma.
Hewan apa saja yang bisa jadi perantara?
Dikutip dari Medical News Today, lebih dari 95 persen kasus infeksi rabies disebabkan oleh anjing. Sebagian besar kasusnya terjadi di negara-negara Asia Tenggara dan Afrika, menyebabkan puluhan ribu angka kematian tiap tahunnya.
Baca Juga : Kena Gigitan Anjing Gila, Lakukan Ini untuk Penanganan Pertama!
Meski penularan lewat gigitan anjing menjadi faktor paling tinggi, virus pemicu rabies juga bisa disebarkan oleh hewan lain.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), setiap hewan mamalia bisa menjadi perantara penularan rabies, yang paling umum selain anjing adalah rakun, kelelawar, rubah, kucing, bahkan sapi.
Baca juga: Penyakit Zoonosis di Indonesia: Ketahui Cara Penularan dan Hewan Perantaranya
Bagaimana cara penularannya ke manusia?
Seperti yang telah diketahui, penularan rabies sering kali terjadi lewat gigitan hewan yang telah terinfeksi. Air liur dari hewan tersebut bisa masuk ke luka terbuka atau selaput lendir pada mata dan mulut manusia.
Bukan cuma gigitan, virus rabies juga dapat berpindah dan menginfeksi manusia lewat cakaran. Jadi, selain menimbulkan luka goresan, kamu perlu mewaspadai risiko munculnya rabies dari cakaran anjing, kucing, dan hewan mamalia lainnya.
Ciri-ciri hewan terinfeksi rabies
Sulit untuk menentukan apakah seekor hewan telah terinfeksi rabies atau tidak. Namun, kamu bisa mengenali tanda-tanda yang umum, seperti tindakan hewan yang lebih agresif dan mulut berbusa.
Rabies juga bisa membuat hewan berperilaku sebaliknya. Kebanyakan hewan liar dengan rabies sering kali menjadi pemalu atau penakut. Itu bukan cara hewan liar berperilaku.
Jadi, segeralah menjauh jika menemukan hewan liar yang biasanya agresif tapi tiba-tiba menjadi pendiam.
Gejala pada manusia
Tanpa pengobatan tepat, seseorang yang terinfeksi rabies bisa mengalami lima tahapan, yaitu masa inkubasi, prodromal, periode neurologis akut, koma, dan kematian. Berikut masing-masing cirinya:
1. Masa inkubasi
Berlangsung tiga hingga 12 minggu, virus akan menjalani masa inkubasinya di dalam tubuh manusia. Pada periode ini, gejala biasanya belum muncul. Namun, semakin dekat gigitan hewan dengan otak, maka semakin cepat pula muncul efeknya.
2. Tahap prodromal
Seseorang mulai bergejala, dapat berlangsung selama dua hingga 10 hari dan berpotensi memburuk seiring berjalannya waktu. Gejala yang biasanya muncul meliputi:
- Demam lebih dari 38 derajat Celcius
- Sakit kepala
- Cemas
- Merasa tidak sehat
- Sakit tenggorokan dan batuk
- Mual dan muntah
- Tidak nyaman pada lokasi gigitan.
3. Periode neurologis akut
Pada tahapan ini, gejala neurologis mulai muncul, seperti kebingungan, lumpuh sebagian, otot berkedut tanpa disengaja, leher kaku, kejang, sulit bernapas, air liur berlebih, mulut berbusa, dan sulit menelan makanan.
Tak hanya itu, seseorang juga bisa mengalami mimpi buruk, insomnia, takut pada cahaya, hingga priapismus (ereksi menyakitkan tanpa rangsangan). Akhir fase ini ditandai dengan pernapasan yang lebih cepat dan tidak konsisten.
4. Koma dan kematian
Perburukan gejala klinis tanpa ada perawatan yang tepat bisa meningkatkan risiko koma. Jika sudah sampai pada tahapan ini, kematian bisa terjadi dalam hitungan jam, kecuali terpasang ventilator atau alat bantu pernapasan. Sayangnya, jarang ditemukan pasien yang bisa pulih dari koma.
Langkah pencegahan
Meski tidak bisa mencegah sepenuhnya, kamu dapat meminimalkan risiko terinfeksi rabies dengan beberapa cara, yaitu:
- Vaksinasi rabies, baik untuk dirimu sendiri maupun hewan peliharaan (terutama anjing dan kucing)
- Jangan biarkan hewan peliharaan bermain di luar rumah tanpa pengawasan
- Jangan mendekati hewan liar
- Jauhkan kelelawar dari rumah
- Hindari bepergian ke daerah-daerah dengan banyak populasi anjing liar. Jika terpaksa, pastikan sudah melakukan vaksinasi.
Nah, itulah ulasan tentang rabies dan gejalanya yang perlu kamu waspadai. Untuk meminimalkan risikonya, lakukan beberapa cara di atas sebagai pencegahan, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!