Share This Article
HIV dan AIDS masih menjadi momok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Bukan tanpa alasan, jika tidak mendapat penanganan yang tepat, penyakit tersebut bisa menyebabkan dampak buruk hingga kematian.
Lantas, apa saja hal yang bisa menjadi medium penularannya? Bagaimana langkah pencegahan yang dapat dilakukan? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Sekilas tentang HIV/AIDS
Banyak orang yang menganggap bahwa penyakit ini adalah penyakit yang sama. Padahal, keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Penyakit HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh, terutama sel darah putih (CD4). Saat berada di dalam tubuh, HIV melemahkan imun yang sebenarnya berfungsi melawan penyakit.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), begitu terinfeksi HIV, seseorang bisa mengembangkan gejalanya hingga seumur hidup. Ini karena sampai sekarang belum ditemukan obat yang benar-benar efektif untuk menyembuhkannya.
Namun, perawatan medis yang tepat bisa membantu mengendalikan virus dan meningkatkan kualitas hidup. Tak hanya itu, perawatan yang tepat juga dapat membantu pengidap HIV hidup lebih lama dan sehat.
Kondisi AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome, atau disingkat AIDS, adalah stadium akhir dari HIV setelah tahapan akut (stadium 1) dan kronis atau laten (stadium 2). Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah karena virus, tubuh tidak mampu lagi melawan infeksi.
Semua pengidap AIDS pasti terinfeksi HIV, namun pasien HIV belum tentu berakhir dengan AIDS. Artinya, jika pengidap HIV mendapat perawatan tepat, risiko mengalami AIDS bisa diminimalkan.
Ketika HIV memiliki jumlah CD4 turun dibawah 200 sel per milimeter kubik darah. Maka penyakit tersebut akan berkembang menjadi AIDS. AIDS adalah tahapan yang bisa membahayakan nyawa. Tanpa pengobatan, penderita AIDS biasanya bertahan hidup sekitar tiga tahun.
Cara penularan HIV
HIV bisa menyebar dan menular ke orang lain melalui kontak langsung dari cairan tubuh tertentu, seperti darah, air mani, cairan dari anus dan vagina, hingga air susu ibu (ASI). Penggunaan jarum suntik bersama juga kerap menjadi medium penularan yang tak disadari
HIV tidak menular lewat udara atau air, gigitan nyamuk atau serangga lain, air liur, air mata, keringat, berjabat tangan, berpelukan, menggunakan toilet bersama, atau berbagi peralatan makan.
Baca juga: HIV/AIDS: Prevalensi Terbaru, Mitos & Fakta, hingga Keterkaitan dengan COVID-19
Pencegahan yang bisa dilakukan
Langkah pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko terkena salah satu penyakit ini, di antaranya dengan cara berikut:
- Gunakan kondom saat berhubungan seks
- Minimalkan hubungan seks anal
- Tidak bergonta-ganti pasangan seks
- Tidak menggunakan narkoba
- Hanya menggunakan peralatan injeksi yang steril
- Rutin melakukan tes jika aktif secara seksual.
Risiko komplikasi
HIV yang telah meningkat menjadi AIDS berpotensi meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit oportunistik, di antaranya:
- Infeksi jamur bernama pneumonia pneumocystis
- Infeksi jamur bernama kandidiasis yang menyebabkan peradangan di mulut, lidah, kerongkongan, hingga vagina
- Tuberkulosis
- Infeksi virus herpes
- Meningitis kriptokokus atau peradangan selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang
- Infeksi parasit toksoplasma
- Kanker
- Gangguan neurologis
- Penyakit ginjal
- Gangguan organ hati seperti hepatitis.
Cara mengatasi HIV/AIDS
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan jika seseorang telah berisiko tertular HIV, di antaranya adalah:
- Segera temui dokter jika telah didiagnosis, bahkan jika kamu tidak merasa sakit
- Berhenti merokok dan minum alkohol agar tubuh bisa lebih optimal melawan infeksi
- Selalu menggunakan kondom latex saat berhubungan seksual
- Jaga pola makan bergizi dan olahraga rutin
- Jaga kesehatan mental dan hindari stres
- Lakukan pemeriksaan gigi secara teratur, karena gusi berdarah bisa meningkatkan risiko menulari orang lain.
Sedangkan untuk AIDS, hingga saat ini belum ada terapi pengobatan yang efektif. Hal yang bisa dilakukan adalah perawatan terhadap HIV agar tidak berkembang menjadi AIDS.
Obat-obatan yang biasa digunakan meliputi nucleoside reverse transcriptase inhibitors (abacavir, didanosin, lamivudin, tenovofir), protease inhibitors (amprenavir, atazanavir, fosamprenavir, indinavir), dan fusion inhibitors (enfuvirtide).
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu pengidap HIV/AIDS?
Jika ada teman atau keluarga yang mengidap HIV/AIDS, kamu bisa melakukan beberapa hal berikut:
- Mau menjadi teman berbagi atau sharing
- Mendengarkan dan berusaha memahami kondisi pengidap HIV/AIDS
- Memberikan dukungan, terutama dalam hal pengobatan
- Membantu melakukan kegiatan yang dirasa sulit dikerjakan oleh pengidap HIV/AIDS.
Nah, itulah ulasan tentang HIV dan AIDS yang perlu kamu tahu. Untuk meminimalkan potensi terinfeksi, hindari berbagai aktivitas yang berisiko, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.