Share This Article
Negeri Matahari Terbit tengah dilanda infeksi bakteri yang berbahaya dan dapat mengancam jiwa dalam dua tahun berturut-turut. Pada 2 Juni 2024, Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan adanya 977 kasus sindrom syok toksik stretokokus (STSS), demikian menurut Japan Times.
Kasus ini merupakan jumlah infeksi terbanyak dalam satu tahun, melampaui rekor tahun lalu yaitu 941 infeksi. Sementara itu, 77 orang meninggal karena STSS di Jepang antara Januari dan Maret 2024.
Tak hanya di Jepang, Amerika Serikat juga mencatat angka STSS tertinggi dalam 20 tahun terakhir yakni pada 2023. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), tahun ini ada 394 kasus STSS tercatat per 8 Juni, melebihi total tahun lalu sebanyak 390 kasus, seperti dilansir dari NBC News. Sebelumnya, Inggris juga mengalami wabah infeksi radang GAS yang parah pada akhir 2022.
Lalu seperti apakah infeksi ini dan bagaimana gejalanya? Teruskan membaca artikel ini.
Apa itu STSS?
Melansir Healthline, STSS adalah komplikasi parah dari bakteri Streptococcus Grup A (GAS), khususnya varian Streptococcus pyogenes yang merupakan bakteri yang sama dengan penyebab radang tenggorokan dan demam berdarah. Kondisi ini berpotensi mematikan dengan angka kematian dapat melebihi 30 persen.
Kondisi ini jarang terjadi, namun bisa menjadi serius. Ini terjadi ketika bakteri mencapai aliran darah dan menyebabkan respons inflamasi sistemik dan syok toksik. Gejala lainnya adalah tekanan darah rendah, kegagalan organ, dan kehilangan kesadaran.
Melansir jurnal yang dipublikasikan oleh UpToDate, pintu masuk bakteri GAS yang paling umum adalah kulit, vagina, dan tenggorokan. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri GAS termasuk jaringan lunak nekrotikans, infeksi terkait kehamilan, bacteremia, dan pneumonia.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri GAS
Menurut CDC, bakteri streptokokus grup A dapat menyebabkan infeksi ringan dan serius.
Infeksi ringan:
– Impetigo
– Demam berdarah
– Radang tenggorokan.
Infeksi serius:
– Selulitis
– Fasitis nekrotikans
– Sindrom syok toksis streptokokus (STSS).
Sementara masalah kesehatan jangka panjang yang disebabkan bakteri GAS:
– Glomerulonefritis pascastreptokokus (kelainan ginjal akibat infeksi GAS)
– Demam rematik.
Kedua penyakit terakhir diduga disebabkan oleh respons imun terhadap infeksi GAS sebelumnya. Sebagai sistem pertahanan tubuh, sistem imun berperan penting dalam melawan infeksi. Namun, sistem kekebalan tubuh dapat keliru menyerang bagian tubuh yang sehat dan menyebabkan kerusakan.
Dikaitkan dengan bakteri pemakan daging
Infeksi GAS di Jepang juga dilaporkan terkait dengan komplikasi serius lainnya, yaitu necrotizing fasciitis, yang sering disebut penyakit pemakan daging. Necrotizing fasciitis menyebar di dalam fasia (lapisan kulit bagian bawah) dan menyebabkan nekrosis, yang berarti kematian jaringan.
Infeksi jaringan lunak nekrotikans mencakup epidermis, dermis, jaringan subkutan, fasia, dan otot. Infeksi ini paling banyak melibatkan ekstremitas atau anggota gerak (ekstremitas bawah lebih sering dibandingkan ekstremitas atas), terutama pada pasien diabetes dan penyakit pembuluh darah perifer.
Infeksi nekrotikans biasanya muncul secara akut (dalam beberapa jam). Namun perkembangannya yang cepat dapat menyebabkan kerusakan secara luas yang berakibat pada toksisitas sistemik, kehilangan anggota tubuh, bahkan kematian.
Kondisi ini parah dan dapat mengancam jiwa, sehingga memerlukan pembedahan darurat.
Gejala infeksi bakteri GAS
Infeksi bakteri Streptokokus Grup A dapat menyebabkan beragam gejala pada penderitanya, beberapa di antaranya adalah:
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri otot
4. Mual atau muntah.
Infeksi ini dapat mengancam jiwa dalam 24 hingga 48 jam jika tidak segera ditangani.
Faktor risiko tinggi terkena infeksi GAS
– Orang lanjut usia (65 tahun atau lebih)
– Penderita diabetes
– Orang dengan luka akibat cacar air atau herpes zoster
– Kanker
– Penyakit jantung, ginjal, atau paru-paru kronis
– Kondisi imunokompromais (memiliki sistem kekebalan yang melemah)
– Luka atau penyakit kulit.
Dalam jurnal yang dipublikasikan UpToDate, beberapa faktor risiko tinggi tertular infeksi GAS adalah sebagai berikut:
– Mengalami trauma ringan, termasuk cedera yang mengakibatkan hematoma, memar, atau ketegangan otot
– Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
– Baru menjalani operasi
– Infeksi HIV
– Infeksi virus lainnya (misalnya influenza dan varicella)
– Penggunaan narkoba menggunakan jarum suntik
– Tunawisma
– Keadaan pascapersalinan
– Luka bakar
– Obesitas
– Penyakit pembuluh darah perifer
– Penyakit ganas
– Penggunaan kortikosteroid
– Diabetes melitus
– Penyakit jantung.
Bagaimana penularan GAS?
CDC mengatakan, umumnya orang menyebarkan bakteri tersebut kepada orang lain melalui tetesan pernapasan atau kontak langsung. Bakteri streptokokus grup A sering hidup di hidung dan tenggorokan, sehingga dapat menyebarkan infeksi ketika berbicara, batuk, atau bersin melalui tetesan.
Orang dapat tertular jika:
– Menghirup tetesan pernapasan yang mengandung bakteri
– Menyentuh mulut atau hidungnya setelah menyentuh sesuatu yang mengandung tetesan tersebut
– Menggunakan piring, perkakas, atau gelas yang sama dengan orang yang terinfeksi
– Menyentuh luka atau terkena cairan dari luka pada orang yang terinfeksi.
Penyakit ini umumnya menular pada anak-anak usia sekolah dan dapat menimbulkan pembengkakan, nyeri, ruam, dan radang tenggorokan.
“GAS dapat dengan mudah ditularkan dari orang ke orang melalui kontak dekat, dan dapat menyebar tanpa gejala di tenggorokan, namun juga dapat menyebabkan gejala sakit tenggorokan klasik seperti radang tenggorokan dan amandel vagina,” jelas William Schaffner, professor penyakit menular dan pengobatan pencegahan di Universitas Vanderbilt dikutip dari Healthline.
Mencegah penularan GAS
Penularan infeksi bakteri GAS bisa dicegah dengan membatasi paparan dan penyebaran bakteri.
Ini beberapa kebiasaan sehat sehari-hari yang dapat mencegah penularan infeksi menurut CDC:
– Merawat infeksi jamur
– Membersihkan dan merawat luka
– Menutup hidung dan mulut saat bersin dan batuk
– Mencuci gelas, perkakas, dan piring setelah digunakan oleh orang yang terinfeksi
– Sering mencuci tangan
– Minum antibiotik untuk penderita demam rematik agar tidak tertular lagi.
Referensi:
– Healthline.com, Cases of This Deadly Bacterial Infection are Rising in Japan, Experts Want to Know Why. Publish 20 Juni 2024.
https://www.healthline.com/health-news/cases-of-this-deadly-bacterial-infection-are-rising-in-japan-experts-want-to-know-why#Two-record-setting-years-in-Japan
– Nbcnews.com, Record-breaking rise in deadly infections in Japan renews focus on the mysteries of strep. Publish 22 Juni 2024.
https://www.nbcnews.com/health/health-news/japan-deadly-infections-group-a-strep-bacteria-rcna157781,
– UpToDate, Invasive group A streptococcal infection and toxic shock syndrome: Epidemiology, clinical manifestations, and diagnosis. Publish Mei 2024.
file:///C:/Users/Sakha/Downloads/Invasive%20group%20A%20streptococcal%20infection%20and%20toxic%20shock%20syndrome_%20Epidemiology,%20clinical%20manifestations,%20and%20diagnosis%20-%20UpToDate.pdf,
– Cdc.gov, About Group A Strep Infection. Publish 1 Maret 2024.
https://www.cdc.gov/group-a-strep/about/index.html,
– Cdc.gov, Preventing Group A Strep Infection. Publish 1 Maret 2024.
https://www.cdc.gov/group-a-strep/prevention/index.html,