Share This Article
Apakah kamu pernah menonton film The Curious Case of Benjamin Button? Jika pernah kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan jalan ceritanya.
Film ini mengisahkan tentang seorang pria, yakni Benjamin Button yang mengidap suatu kondisi yang membuatnya tampak lebih tua dibandingkan dengan usia sebenarnya, kondisi ini dikenal sebagai sindrom cutis laxa.
Ternyata di Indonesia, kondisi tersebut juga dialami oleh seorang pria berusia 20 tahun yang tampak terlihat seperti lansia. Lantas, apa penyebab sebenarnya dari sindrom cutis laxa? Bagaimana gejala dan penanganannya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Baca juga: 7 Penyebab Hidung Gatal, Alergi hingga Kondisi Medis Tertentu!
Mengenal sindrom cutis laxa
Cutis laxa merupakan suatu kondisi langka yang menyebabkan kerusakan atau kekurangan jaringan ikat tubuh, sehingga ini memengaruhi kerangka struktural normal pada kulit, otot, persendian, dan terkadang juga memengaruhi organ dalam.
Perlu kamu ketahui bahwa tubuh terdiri dari banyak jaringan ikat, mulai dari jantung, paru-paru, hingga kulit. Penderita cutis laxa mengalami gangguan pada jaringan ikat, yang mana menyebabkan jaringan elastis biasanya kencang menjadi kendur.
Seringkali, cutis laxa adalah kondisi yang diturunkan. Namun, pada sebagian kasus, cutix laxa terjadi di kemudian hari pada seseorang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini (acquired cutis laxa).
Gejala cutis laxa
Gejala serta tingkat keparahan pada kondisi ini bergantung pada tips atau sub-tipe cutis laxa. Akan tetapi, pada umumnya, kulit yang mengendur atau atau keriput (elastolisis) merupakan gejala umum dari cutis laxa.
Dikutip dari laman Very Well Health, berikut ini adalah beberapa tipe dan subtipe dari cutis laxa yang perlu kamu ketahui.
1. Autosomal dominant cutis laxa (ADCL)
Ini merupakan tipe cutis laxa yang dapat dikatakan ringan. Terkadang, gejala hanya memengaruhi kulit saja. Namun, mungkin saja juga terdapat ciri khas pada wajah, seperti dahi tinggi atau lekukan tengah di atas bibir mungkin lebih panjang dibandingkan dengan normalnya.
Gejala lain yang tidak terlalu umum dapat meliputi, hernia, emfisema, serta masalah jantung.
2. Autosomal recessive cutis laxa (ARCL)
Terdapat 6 subtipe dari ARCL, di antaranya adalah:
- ARCL1A: Gejalanya dapat meliputi hernia, masalah pada paru-paru, serta gejala curtis laxa yang biasa dialami, yakni kulit kendur
- ARCL1B: Subtipe ini memiliki gejala seperti jari tangan dan kaki yang panjang, kerapuhan pada tulang, hernia, atau masalah yang memengaruhi sistem kardiovaskular. Gejala umum lainnya dapat meliputi ciri khas wajah seperti mata lebar atau rahang yang kecil
- ARCL1C: Subtipe ini memiliki gejala yang memengaruhi kulit, masalah pada paru-paru, usus, atau saluran kemih
- ARCL2A: Gejalanya dapat meliputi hernia, rabun jauh, kejang, atau perkembangan yang terlambat. Sedangkan, kulit keriput cenderung membaik seiring dengan bertambahnya usia
- ARCL2B: Gejala yang ditimbulkan dapat meliputi gejala yang memengaruhi kulit, namun lebih terjadi pada lengan dan tungkai. Kelainan tulang serta keterlambatan perkembangan juga dapat terjadi
- ARCL3: Subtipe ini juga dikenal sebagai De Barsy syndrome, gejalanya dapat meliputi keterlambatan perkembangan mental, katarak, sendi yang kendur, dan kulit keriput
3. Occipital horn syndrome
Tipe ini memiliki beberapa gejala, seperti kelainan pada struktur rangka, keterlambantan perkembangan, kelemahan otot, hingga masalah pada paru-paru, jantung, atau pencernaan.
4. MACS syndrome
Tipe ini jarang terjadi. Adapun gejalanya dapat meliputi ukuran kepala yang lebih besar (macrocephaly), rambut rontok (alopecia), kulit yang mengendur atau keriput (cutis laxa), serta kelainan tulang belakang (scoliosis).
5. Gerodermia osteodysplasticum (GO)
Hernia, osteoporosis, dan ciri khas pada wajah yang dapat meliputi rahang yang menonjol merupakan beberapa gejala dari tipe ini. Biasanya, gejala yang memengaruhi kulit lebih terlihat di wajah, perut, tangan, dan kaki.
6. Acquired cutis laxa
Kulit keriput atau kendur terbatas pada satu area atau bisa terjadi pada sebagian besar tubuh. Dalam beberapa kasus, terdapat masalah yang memengaruhi paru-paru, pembuluh darah, atau usus.
Baca juga: Mulut Pahit Disertai Mual? Ini Penyebabnya!
Apa penyebab cutis laxa?
Berdasarkan Medline Plus, cutis laxa yang diturunkan dapat disebabkan oleh mutasi pada beberapa gen, seperti ATP6V0A2, ATP7A, EFEMP2, ELN, dan FBLN5.
Sebagian besar gen tersebut, terlibat dalam pembentukan dan fungsi serat elastis, yang merupakan kumpulan protein yang memberikan kekuatan serta fleksibilitas pada jaringan ikat tubuh.
Mutasi pada salah satu gen tersebut dapat mengganggu pembentukan, perakitan, atau fungsi serat elastis.
Sementara itu, penyebab acquired cutis laxa belum diketahui. Namun, kondisi ini dikaitkan dengan faktor lingkungan atau kondisi tertentu, seperti kondisi autoimun, infeksi atau penyakit parah, atau penyakit inflamasi.
Bagaimana cara menangani cutis laxa?
Pengobatan pada kondisi ini tergantung pada gejala yang dialami. Misalnya saja gejala yang dialami adalah hernia, maka penangannya pun meliputi pengobatan untuk hernia.
Tidak ada perawatan khusus untuk gejala pada kulit, namun operasi plastik dapat membantu memperbaiki penampilan kulit. Dokter juga mungkin saja akan meresepkan obat-obatan tertentu untuk mencegah terjadinya aneurisma aorta.
Sementara itu, penderita cutis laxa harus menghindari aktivitas tertentu, seperti merokok atau paparan sinar matahari berlebih. Sebab, ini dapat memperburuk gejala.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!