Share This Article
Istilah prediabetes mungkin masih terdengar asing di telinga banyak orang. Bisa jadi inilah yang membuat kondisi medis tersebut sering dianggap sepele dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Padahal studi menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan kondisi kesehatan yang perlu dianggap serius. Ini karena prediabetes tidak hanya berisiko menjadi diabetes, tetapi juga bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.
Untuk itu, kamu perlu lebih aware dengan gangguan kesehatan yang satu ini.
Seluk beluk prediabetes
Mengalami prediabetes berarti kadar gula di dalam tubuh lebih tinggi daripada batas normal, namun belum cukup tinggi untuk masuk ke dalam diagnosis diabetes tipe 2.
Meski belum masuk ke kategori penyakit diabetes, namun jangan pernah abaikan gangguan kesehatan ini. Karena bisa jadi saat berada dalam kondisi prediabetes, kamu telah mulai mengalami kerusakan pada jantung, pembuluh darah, dan ginjal.
Apa yang mengakibatkan prediabetes?
Pada dasarnya prediabetes terjadi akibat tubuh gagal memproses glukosa dengan baik. Alih-alih mengubah gula menjadi energi seperti yang seharusnya, gula malah menumpuk di dalam darah.
Meski demikian, perlu dicatat bahwa sampai saat ini para ahli sendiri belum berhasil menemukan penyebab pasti terjadinya prediabetes.
Selain riwayat kesehatan keluarga, faktor genetik pola hidup yang kurang sehat, utamanya yang menyebabkan bertumpuknya kelebihan lemak di sekitar perut, juga dianggap berkonstribusi dalam menyebabkan prediabetes.
Gejala prediabetes
Salah satu alasan mengapa penyakit ini cenderung diabaikan adalah karena kondisi ini biasanya tidak menunjukkan gejala apapun.
Meski begitu, kulit yang menggelap di bagian tubuh tertentu seperti leher, ketiak, siku, lutut, dan buku-buku jari, bisa menjadi tanda-tanda awal yang dapat kamu perhatikan terkait penyakit ini.
Dilansir dari Mayo Clinic 2, beberapa hal yang meningkatkan risiko diabetes juga bisa menyebabkan prediabetes. Beberapa di antaranya adalah:
- Mengalami berat badan berlebih karena apabila jaringan lemak semakin banyak maka sel-sel tubuh akan semakin kebal terhadap insulin.
- Memiliki ukuran pinggang yang besar di mana jika pria lebih dari 101,6 cm dan wanita lebih dari 88,9 cm
- Pola makan yang kurang tepat, misalnya kerap mengonsumsi daging merah, daging olahan, dan minum minuman manis
- Jarang melakukan kegiatan fisik seperti olahraga
- Berumur di atas 45 tahun
- Ada riwayat orangtua atau saudara kandung yang terkena prediabetes ataupun diabetes tipe 2.
- Terkena diabetes gestasional atau penyakit diabetes yang muncul ketika hamil
- Menderita sindrom ovarium polikistik
- Mengalami gangguan tidur
- Memiliki kebiasaan merokok
Penting untuk dicatat, jika setelah didiagnosis terkena penyakit ini kamu tidak memperbaiki gaya hidup atau melakukan penanganan secara medis, besar kemungkinan kondisi prediabetes akan meningkat menjadi diabetes. Apabila hal ini terjadi, maka akan muncul beberapa gejala berikut:
- Peningkatan rasa haus cukup tinggi
- Frekuensi buang air kecil semakin sering
- Rasa lapar yang berlebihan
- Mudah lelah, dan
- Pandangan menjadi kabur.
Diagnosis prediabetes
Diagnosis ini 3 dapat dilakukan dengan tes kadar gula darah. Skrining ini sendiri direkomendasikan mulai dari usia 45 tahun.
Namun jika sebelum usia tersebut kamu telah mengalami kelebihan berat badan, atau berisiko terkena penyakit ini, maka segera lakukan pengecekan lebih awal. Salah satu dari beberapa jenis tes di bawah, dapat kamu pilih untuk mengonfirmasi apakah kamu telah terkena penyakit ini atau tidak:
– Tes hemoglobin terglikasi (A1C)
Tes ini akan menunjukkan kadar rata-rata gula darah dalam rentang waktu 2 sampai 3 bulan terakhir. Untuk membaca hasil tesnya, kamu bisa merujuk pada tabel berikut:
Kadar gula darah (HbA1c) | Hasil |
≤ 5,7 persen | Normal |
5,7 persen – 6,4 persen | Prediabetes |
≥ 6,5 persen | Diabetes |
–Tes gula darah puasa
Untuk melakukan tes ini, kamu harus berpuasa setidaknya selama delapan jam atau semalam sebelum pengambilan sampel darah. Secara umum penjelasan mengenai hasil tesnya adalah:
Kadar gula darah puasa | Hasil |
≤ 100 miligram per desiliter (mg/dL) — 5,6 milimol per liter (mmol/L) | Normal |
100 hingga 125 mg/dL (5,6 hingga 7,0 mmol/L) | Prediabetes atau terkadang disebut juga dengan istilah glukosa puasa terganggu |
126 mg/dL (7,0 mmol/L) atau lebih tinggi dari itu | Diabetes tipe 2 |
– Tes toleransi glukosa oral
Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis diabetes selama masa kehamilan. Seperti halnya tes gula darah puasa, kamu juga harus berpuasa setidaknya selama delapan jam atau semalam sebelum melakukan pengambilan sampel darah.
Perbedaannya setelah itu kamu akan diminta minum larutan manis, dan kadar gula darah akan diukur lagi setelah dua jam. Cara membaca hasil tes gula darah yang satu ini adalah sebagai berikut:
Kadar gula darah | Hasil |
≤ 140 mg/dL (7,8 mmol/L) | Normal |
140-199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L) | Prediabetes atau terkadang disebut juga dengan istilah toleransi glukosa terganggu |
200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih tinggi | Diabetes tipe 2 |
Jika kamu terindikasi memiliki prediabetes, dokter biasanya akan memeriksa kadar gula darah setidaknya setahun sekali.
Sama halnya dengan komplikasi pada diabetes, penderita prediabetes juga meningkatkan risiko penyakit jantung
Sebuah studi yang dipublikasikan di bmj 4, menunjukkan bahwa angka prevalensi atau proporsi populasi yang mengalami prediabetes mengalami peningkatan di seluruh dunia. Diperkirakan lebih dari 470 juta orang akan mengalami prediabetes pada 2030.
Tak hanya itu, berdasarkan analisis yang mencakup 53 studi kohort prospektif dengan lebih dari 1,6 juta peserta, juga ditemukan fakta bahwa prediabetes lebih rentan menyebabkan penyakit kardiovaskular aterosklerotik dan kematian dibandingkan dengan normoglikemia1 (keadaan di mana glukosa darah yang berisiko rendah terhadap diabetes dan penyakit jantung).
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa meski belum mencapai diabetes, tapi prediabetes juga memiliki risiko komplikasi yang sama berbahaya bagi kesehatan jantung. Disebutkan bahwa pada populasi umum, prediabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko semua penyebab kematian, penyakit kardiovaskular komposit, penyakit jantung koroner, dan stroke.
Atasi prediabetes sejak dini agar tidak berkembang ke arah diabetes
Prediabetes yang diabaikan besar kemungkinan akan meningkat ke kondisi diabetes. Apabila saat ini kamu telah didiagnosis prediabetes, maka segera ambil langkah perbaikan 5 agar kondisi tersebut tidak semakin memburuk.
Pertama-tama, kamu harus tahu bahwa mengalami prediabetes tidak serta merta membuat kamu akan mengalami diabetes di kemudian hari. Hal ini bisa dicegah jika kamu melakukan perubahan gaya hidup misalnya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rutin melakukan aktivitas fisik.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes, bahkan gula darah kembali normal:
1. Menjaga asupan makanan
Konsumsi makanan rendah lemak dan kalori serta tinggi akan serat seperti buah-buahan, sayuran dan biji-bijian.
2. Lebih aktif bergerak
Lakukan aktivitas aerobik sedang setidaknya selama 150 menit atau 75 menit dalam seminggu.
3. Mengurangi berat badan berlebih
Bukan hanya akan mengurangi risiko prediabetes, berat badan ideal juga akan membantu kamu semakin jauh dari risiko diabetes.
4. Stop merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.
5. Minum obat sesuai anjuran dokter
Apabila saat ini kamu berisiko tinggi terkena diabetes, dokter mungkin meresepkan beberapa jenis obat untuk mengontrol kolesterol dan tekanan darah. Minumlah obat-obatan tersebut dengan teratur sesuai dengan anjuran dokter.
6. Terapi farmakologi
Dalam kondisi tertentu, seseorang yang sudah terdiagnosa prediabetes juga mungkin memerlukan tambahan terapi farmakologi (obat-obatan) di samping perubahan pola hidup saja.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!
Lakukan upaya pencegahan diabetes dengan deteksi dini. Yuk, cek risiko prediabetes melalui GrabHealth atau selengkapnya di aplikasi Good Doctor.