Share This Article
Klorin untuk disinfektan telah banyak digunakan, terutama pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Hal ini karena klorin dapat menonaktifkan sebagian besar mikroorganisme dan harganya relatif murah.
Namun, perlu diketahui jika penggunaan disinfektan yang tidak tepat bisa menyebabkan efek toksik pada orang dan jauh lebih berbahaya daripada virus itu sendiri.
Nah, untuk mengetahui adakah efek samping penggunaan klorin untuk disinfektan yuk simak penjelasan berikut!
Baca juga: Pusing Tiba-tiba Bisa Jadi Gejala Awal COVID-19? Ini Faktanya!
Bagaimana cara kerja klorin untuk disinfektan?
Dilansir Cleanroom Technology, tidak semua jenis klorin sama efektifnya dengan disinfektan. Klorin memang sudah biasa digunakan untuk menonaktifkan air minum, air kolam renang, air limbang, disinfeksi area rumah tangga, hingga pemutihan tekstil.
Klorin dapat ditemukan di banyak lokasi berbeda karena merupakan unsur yang sangat reaktif. Biasanya, klorin dapat ditemukan ikatan natrium (Na), atau dalam garam dapur atau natrium klorida (NaCl).
Kebanyakan klorin ditemukan terlarut di laut dan danau asin. Klorin dalam jumlah besar dapat ditemukan di dalam tanah sebagai garam batuan atau halit.
Penggunaan klorin untuk disinfektan akan membantu membunuh patogen, seperti bakteri dan virus dengan memutus ikatan kimiawi dalam molekulnya.
Proses kimiawi klorin sebagai disinfektan
Disinfektan yang digunakan untuk tujuan ini terdiri dari senyawa klorin yang dapat menukar atom dengan senyawa lain, seperti enzim pada bakteri dan sel. Ketika enzim bersentuhan dengan klorin, satu atau lebih atom hidrogen dalam molekul akan digantikan oleh klor.
Hal ini dapat menyebabkan seluruh molekul berubah bentuk atau hancur. Enzim yang sudah tidak berfungsi dengan baik bisa mengakibatkan sel atau bakteri akan mati. Untuk itu, diperlukan dosis klorin yang tepat dalam membuat disinfektan yang aman.
Ketika memberi dosis, seseorang perlu memperhitungkan bahwa klorin dapat bereaksi dengan senyawa di dalam air. Dosis ini harus cukup tinggi agar sebagian besar klorin tetap berada di dalam air untuk disinfeksi.
Klorin dapat ditambahkan untuk disinfeksi dengan beberapa cara berbeda. Ketika klorinasi biasa diterapkan, klorin hanya ditambahkan ke air dan tidak memerlukan perawatan sebelum penggunaannya.
Cara membuat larutan disinfektan dari klorin
Dikutip dari covid19.kemkes.go.id, takaran untuk jenis larutan klorin adalah penggunaan pada alat pelindung diri (APD) dengan konsentrasi 3 persen dan ruangan dengan konsentrasi 6 persen.
Untuk perhitungan jumlah kaporit yang dilarutkan dalam 100 liter berdasarkan kadar klorinnya, seperti berikut ini:
- Kadar klorin 17 persen, dengan disinfektan 3 persen membutuhkan kaporit 17,65 kg dan untuk disinfektan 6 persen membutuhkan kaporit 35,30 kg.
- Kadar klorin 40 persen, dengan disinfektan 3 persen membutuhkan kaporit 7,5 kg dan untuk disinfektan 6 persen membutuhkan kaporit 15 kg.
- Kadar klorin 60 persen, dengan disinfektan 3 persen membutuhkan kaporit 5 kg dan untuk disinfektan 6 persen membutuhkan kaporit 10 kg.
- Kadar klorin 70 persen, dengan disinfektan 3 persen membutuhkan kaporit 4,28 kg dan untuk disinfektan 6 persen membutuhkan kaporit 8,57 kg.
- Kadar klorin 90 persen, dengan disinfektan 3 persen membutuhkan kaporit 3,33 kg dan untuk disinfektan 6 persen membutuhkan kaporit 6,66 kg.
Selain itu, ada cara lain untuk membuat larutan disinfektan menggunakan klorin atau zat aktif hipoklorit berupa cairan pemutih. Takarannya, gunakan 30 ml cairan pemutih (atau sekitar 2 sendok makan) per 1 liter air.
Adakah efek samping penggunaan klorin untuk disinfektan?
Klorin belum diverifikasi oleh komunitas medis dan ilmiah sebagai obat untuk COVID-19. Penggunaan klorin yang tidak aman bahkan bisa memicu dampak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Reaksi tubuh manusia terhadap klorin bergantung pada konsentrasi yang ada di udara, serta durasi, dan frekuensi pemaparan. Efek samping ini juga tergantung pada kesehatan individu dan kondisi lingkungan selama pemaparan.
Efek samping klorin bagi kesehatan
Ketika sejumlah kecil klorin dihirup dalam waktu singkat, maka kemungkinan dapat memengaruhi sistem pernapasan. Dampaknya bisa bervariasi, mulai dari batuk dan nyeri, hingga penumpukan cairan di paru-paru.
Klorin bersifat toksik bagi selaput lendir karena melarutkannya dapat menyebabkan gas klorin berakhir di pembuluh darah. Saat gas klorin dihirup, paru-paru terisi cairan sehingga membuat seseorang seperti tenggelam.
Tak hanya itu, klorin juga dapat mengakibatkan iritasi pada kulit dan mata. Ketika klorin memasuki tubuh, biasanya tidak terlalu persistem karena reaktivitasnya. Perlu diketahui, klorin murni sangat beracun dan bahkan dalam jumlah kecil bisa mematikan.
Klorin jauh lebih padat daripada udara sehingga menyebabkan pembentukan asap beracun di atas tanah. Karena itu, klorin tak hanya bisa menjadi racun untuk mikroorganisme namun juga manusia yang menggunakannya sebagai disinfektan.
Tips keamanan penggunaan disinfektan
Berbagai efek samping penggunaan klorin sebagai disinfektan ini bisa dijadikan dasar ketika membeli disinfektan yang aman. Belilah disinfektan dan alkohol dalam jumlah yang diperlukan, hindari penyimpanan berlebihan, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Saat menyiapkan larutan disinfektan, ikuti tips keselamatan dan jangan lakukan di depan anak-anak.
Jika ingin menggunakan disinfektan dan agen antiseptik maka perlu respirator filter atau kartrid yang sesuai dengan kacamata tertutup, pakaian sesuai, topi, dan perlengkapan pelindung pribadi.
Baca juga: Waspadai Gejala Long Covid: Infeksi Virus yang Menyerang Lebih dari 90 Hari
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!