Share This Article
Melongok masalah kesehatan yang ada di Indonesia, dari mulai masalah kebersihan, gaya hidup tidak sehat, persoalan gizi, coba kita simak rinciannya berikut, yuk!
Memang tak ada yang lebih berharga dan penting dari kesehatan. Namun sayangnya, di negeri kita ini masih cukup banyak terdapat aneka masalah kesehatan, yang patut diperhatikan lebih lanjut penyelesaiannya.
Sebenarnya apa saja masalah kesehatan di Indonesia, yang mana masih menjadi beban dan tantangan utama di dunia kesehatan Indonesia? Simak di bawah ini.
Baca Juga: Bosan Minum Obat, Inilah Cara Alami Mengatasi Sesak Napas
Masalah kebersihan
Bicara tentang masalah kesehatan di Indonesia, kira-kira apa yang bisa kamu bayangkan? Masalah kesehatan yang paling umum di Indonesia salah satunya adalah soal menjaga kebersihan.
Harus diakui dari beberapa penelitian, mayoritas masyarakat Indonesia ternyata masih tidak peduli akan kebersihan. Dan tentu hal itu berdampak pada lingkungan sekitar dan juga kesehatan.
Gaya hidup tidak sehat jadi masalah kesehatan di Indonesia
Fenomena masalah kesehatan di Indonesia juga adalah terkait model pergeseran penderita penyakit. Jika sebelumnya beberapa penyakit tadinya banyak diidap saat masa tua, kini mulai menghantui orang-orang muda.
Beberapa penyakit mematikan pada era 90-an, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), turbekulosis, hingga diare, kini sudah digantikan oleh penyakit, seperti diabetes, stroke, hingga penyakit jantung.
Penyakit-penyakit tersebut diidap bukan berasal dari penularan, melainkan pola hidup yang tidak sehat dari masyarakat itu sendiri.
Penyakit kardiovaskular
Penyakit tidak menular tersebut bisa dibilang disebabkan oleh gaya hidup dan tidak peduli dengan kesehatan diri yang akan berdampak pada masa depan.
Sebut saja merokok, konsumsi makanan dan makanan yang tidak sehat, stres, dan juga kurangnya berolahraga.
Persoalan gizi
Masalah kesehatan lain yang banyak dijumpai di Indonesia adalah persoalan gizi, baik itu kelebihan gizi yang menyebabkan obsesitas, maupun kekurangan gizi yang menyebabkan kekerdilan pada anak atau stunting.
Hal tersebut terjadi bukan hanya karena keterbatasan pangan, melainkan juga pengetahuan terhadap kandungan gizi dalam makanan.
Tingkat anak Indonesia yang mengalami stunting di Indonesia saat ini 37,2 persen. Menurun dari tahun-tahun sebelumnya, namun masih jauh dari standar minimum Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan di angka 20 persen.
Anak yang mengalami stunting tidak hanya terhambat pertumbuhan fisiknya, tetapi juga terhambat perkembangan otaknya yang bisa menyebabkan kecerdasan intelektualnya rendah.
Bisa dibayangkan, jika sebanyak 37,2 persen balita di Indonesia mengalami pertumbuhan fisik yang terhambat dan IQ rendah, bagaimana nasib sumber daya manusia di masa depan?
Memang jumlah kasus balita dengan kekerdilan ini masih didominasi terjadi di wilayah Timur Indonesia dengan sejumlah masalah, seperti keterbatasan pangan, dan edukasi tentang gizi yang belum maksimal.
Namun, data masalah kekerdilan tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, melainkan juga terjadi di perkotaan. Ketersediaan pangan yang mencukupi namun tidak dibarengi dengan pengetahuan gizi dari orang tua untuk diberikan pada anaknya, juga menjadi salah satu penyebab stunting.
Persoalan kebijakan menjadi masalah kesehatan di Indonesia
Dari data riset Kementerian Kesehatan diketahui, hanya 20 persen dari total masyarakat Indonesia yang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan.
Ini berarti, dari 262 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 52 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan dampaknya terhadap kesehatan.
Hal tersebut bisa dipahami, sebab ada masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Dari sekitar 9.599 puskesmas dan 2.184 rumah sakit yang ada di Indonesia, sebagian besarnya masih berpusat di kota-kota besar.
Masih banyak masyarakat di daerah-daerah terpencil yang tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan karena tidak adanya fasilitas kesehatan yang disediakan. Alasan lainnya juga karena letak geografis yang sulit dijangkau.
Persoalan lain adalah juga menyangkut masalah distribusi yang belum merata, khususnya tenaga kesehatan. Beberapa daerah masih banyak kekurangan tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis.
Data terakhir Kementerian Kesehatan masih mencatat, sebanyak 52,8 persen dokter spesialis berada di Jakarta. Sementara di NTT dan provinsi di bagian Timur Indonesia lainnya hanya sekitar 1-3 persen saja.
Baca Juga: Wajib Tahu! Ini 5 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Organ Tubuh
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan
Pada akhirnya, menjaga kesehatan mungkin bukan hanya tugas pemerintah. Jika dicermati lagi, masalah kesehatan di Indonesia tadi, mungkin kamu bisa berprinsip: pencegahan lebih baik daripada mengobati. Memang benar adanya, hal tersebut bisa menjadi hal yang mendasar.
Selain berfokus pada pencegahan, hal yang juga penting adalah meningkatkan kesadaran pendidikan tentang nutrisi kesehatan, yang mana akan membawa manfaat yang juga besar.
Karena kesehatan dapat dicapai mulai dari kamu sendiri, kemudian menyebar ke keluarga dan ke masyarakat. Semoga sehat-sehat terus, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!