Share This Article
Untuk menggapai mimpi dan cita-cita, kerja keras memang perlu dilakukan. Namun, memaksakan diri untuk terus bekerja tanpa memerhatikan kondisi tubuh bukanlah sesuatu yang baik. Jika itu terus dilakukan, bisa jadi kamu telah terjebak dalam situasi hustle culture.
Apa sebenarnya hustle culture itu? Apa ada dampaknya bagi kesehatan? Yuk, cari tahu jawabannya dengan ulasan berikut ini!
Apa itu hustle culture?
Hustle culture adalah sebuah gaya hidup yang membuat seseorang merasa harus terus bekerja keras untuk mencapai kesuksesan. Hal itu mungkin terdengar baik. Namun, orang yang terjebak dalam gaya hidup tersebut biasanya cenderung meluangkan sedikit waktu untuk beristirahat.
Beberapa kalangan menyamakan hustle culture sebagai fenomena yang marak dilakukan anak muda. Istilah hustle culture sendiri pertama kali muncul pada tahun 1970-an, dengan pelaku para milenial.
Dikutip dari laman University of Washington School of Medicine, di tengah pemberlakuan work from home saat pandemi, banyak orang tidak sadar bahwa dirinya telah terjebak dalam pola hidup hustle culture. Pekerjaan bisa mengganggu waktu pribadi yang sebenarnya digunakan untuk beristirahat.
Baca Juga : 4 Tips Memilih Layanan Rawat Jalan Homecare
Apa penyebabnya?
Milenial adalah golongan yang sering terjebak dalam gaya hidup hustle culture. Ada satu konsep kehidupan yang dipercaya oleh banyak orang, yaitu melakukan apa saja selagi masih muda untuk menggapai mimpi. Hal tersebut menjadi salah satu faktor munculnya hustle culture.
Menurut penjelasan pakar kesehatan tidur klinis, Martin Reed, beberapa orang terus memeriksa e-mail saat sudah pulang ke rumah, alih-alih tidur dan bersantai setelah bekerja seharian. Tidak jarang pula yang membawa tugas kantor ke rumah dan mengerjakannya di atas tempat tidur.
Dampak jangka pendeknya, selain bisa bikin sulit tidur, hal tersebut dapat meningkatkan risiko kelelahan.
Bagaimana tanda-tandanya?
Tidak masalah seberapa lama kamu bekerja dalam sehari. Tapi, bekerja dengan total waktu 50 jam dalam satu pekan justru bisa menurunkan produktivitas. Seseorang akan menjadi kurang produktif dan lebih gampang sakit.
Disadari atau tidak, hustle culture akan memunculkan beberapa gejala pada tubuh, bukan hanya fisik tapi juga psikis. Selain kelelahan, orang yang terjebak dalam hustle culture cenderung menjauhkan diri secara emosional dari lingkungan sekitar.
Bukan hanya itu, sikapnya mungkin akan menjadi lebih reaktif terhadap sesuatu, termasuk mudah marah pada hal sepele. Sayangnya, ciri-ciri tersebut sering diabaikan. Bahkan, orang itu mungkin akan terdorong untuk mengerjakan tugas berikutnya.
Dampak buruk pada kesehatan
Ada banyak alasan mengapa kamu sebaiknya memprioritaskan keseimbangan dalam kehidupan bekerja. Salah satu yang terpenting adalah kesehatan tubuh. Memaksakan diri untuk terus bekerja hingga tak punya cukup waktu istirahat bukanlah sesuatu yang baik.
Selain kelelahan sebagai dampak jangka pendek, ada beberapa efek dalam jangka panjang yang bisa muncul karena hustle culture, yaitu tekanan darah tinggi, detak jantung tidak teratur, risiko terkena penyakit kardiovaskular, hingga gangguan mental seperti depresi.
Baca juga: Kelewat Nyaman, Sayangnya 6 Kebiasaan di Kantor Ini Bisa Merusak Kesehatan, Cek Apa Saja
Bagaimana cara mengatasinya?
Seperti yang telah disebutkan, hustle culture tidak hanya bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik, tapi juga psikis. Artinya, kamu perlu memerhatikan ritme dan durasi kerja seimbang agar tidak terjebak dalam gaya hidup tersebut.
Ada dua tips yang bisa kamu lakukan, yaitu:
Atur jam istirahat
Sepadat apa pun kegiatanmu, selalu luangkan waktu untuk istirahat. Kamu bisa menggunakannya untuk bersantai, olahraga ringan, atau sekadar mencari udara segar.
Merencanakan dan mengatur jam istirahat bisa mempermudah menjaga batas antara waktu kerja dan waktu luang untuk diri sendiri.
Ketika sudah malam, usahakan untuk beristirahat secara optimal dan tidak tergoda melakukan pekerjaan kantor.
Sayangi diri sendiri
Kamu mungkin memiliki jadwal yang padat dan meeting secara maraton tanpa henti. Tekanan kerja bertambah, yang pada akhirnya membuatmu menjadi stres. Untuk mencegah terjadinya efek tersebut, berlatihlah untuk memberi sedikit rasa sayang dan cinta pada diri sendiri.
Pada akhirnya, jika kita bisa menyayangi diri sendiri dan mendapatkan ketenangan, tubuh akan menjadi lebih sehat dan bahagia, termasuk saat menjalankan pekerjaan.
Pekerja cenderung punya risiko mengalami defisiensi vitamin D
Dilansir dari Biomedcentral, para peneliti di University of Alberta, Kanada menunjukkan orang yang bekerja dengan sistem shift, pekerja kesehatan, dan pekerja dalam ruangan berisiko tinggi kekurangan vitamin D.
“Hasil kami menunjukkan bahwa pekerjaan merupakan faktor utama yang dapat berkontribusi pada tingkat vitamin D yang kurang optimal,” kata salah satu penulis, Dr. Sebastian Straube.
Para peneliti menemukan bahwa prevalensi kekurangan vitamin D tertinggi di antara pekerja shift (80 persen), diikuti oleh pekerja dalam ruangan (77 persen), dan mahasiswa kesehatan (7 persen).
Dr. Straube juga mengatakan bahwa produksi vitamin D oleh tubuh bergantung pada sinar matahari dan paparan sinar UV. Sehingga aktivitas apapun yang mengurangi paparan, cenderung mengurangi kadar vitamin D.
“Kekurangan sinar matahari pada profesional medis muda, yang mungkin memiliki jam kerja yang sangat panjang, dan pekerja dalam ruangan lainnya, menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi dari ketidakcukupan dan kekurangan vitamin D,” ujarnya.
Gejala defisiensi vitamin D
Kekurangan vitamin D terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup vitamin D dari sinar matahari atau makanan. Seseorang yang kekurangan vitamin D mungkin tidak menunjukkan gejala yang mencolok, bahkan mungkin tidak bergejala sama sekali.
Namun beberapa gejala ini bisa saja muncul pada orang yang kekurangan vitamin D seperti dilansir dari Healthline:
1. Mudah terserang penyakit
Kekurangan vitamin D dapat membuat seseorang mudah terkena pilek dan flu. Ini karena vitamin D berinteraksi langsung dengan sel-sel yang bertanggung jawab untuk mengatasi infeksi. Beberapa penelitian observasional besar telah menunjukkan hubungan antara kekurangan dan infeksi saluran pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan pneumonia.
2. Kelelahan
Sering merasa lelah dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin D. Satu studi pada 480 orang dewasa menghubungkan antara kekurangan vitamin D dengan gejala kelelahan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi dengan vitamin D dapat mengurangi keparahan kelelahan pada orang dengan defisiensi vitamin D.
3. Sakit pada tulang dan punggung
Gejala lainnya dari kekurangan vitamin D adalah nyeri tulang dan punggung bawah. Tinjauan terhadap 81 penelitian menemukan bahwa orang dengan radang sendi, nyeri otot, dan nyeri kronis yang meluas cenderung memiliki kadar vitamin D yang lebih rendah daripada orang tanpa kondisi ini.
4. Depresi
Kekurangan vitamin D juga dikaitkan dengan depresi, terutama pada orang dewasa yang lebih tua. Beberapa ulasan menemukan bahwa salah satu efek suplemen vitamin D adalah membantu meringankan gejala depresi.
5. Penyembuhan luka terganggu
Kekurangan vitamin D dapat menghambat proses penyembuhan luka setelah operasi atau cedera. Satu ulasan dari empat penelitian menemukan bahwa kekurangan vitamin D membahayakan penyembuhan tertentu pada orang yang menjalani operasi gigi.
6. Pengeroposan tulang
Vitamin D memainkan peran penting dalam penyerapan kalsium dan metabolisme tulang. Sehingga ketika kekurangan vitamin ini, orang dewasa yang lebih tua, terutama wanita akan mengalami peningkatan risiko patah tulang dan pengeroposan tulang.
7. Rambut rontok
Rambut rontok pada wanita terkait dengan kadar vitamin D yang rendah. Ini dapat menyebabkan alopecia areata, penyakit autoimun yang ditandai dengan kerontokan rambut yang parah.
8. Nyeri otot
Orang yang kekurangan vitamin D juga berpotensi mengalami nyeri otot. Beberapa penelitian mencatat bahwa suplemen vitamin D dosis tinggi dapat mengurangi berbagai jenis rasa sakit.
9. Penambahan berat badan
Obesitas dapat menjadi gejala dari kekurangan vitamin D. Satu studi pada orang dewasa menemukan kemungkinan hubungan antara status vitamin D rendah dan lemak perut serta peningkatan berat badan, meskipun efek ini lebih terasa pada pria.
10. Kecemasan
Kekurangan vitamin D juga terkait dengan gangguan kecemasan. Satu ulasan menemukan bahwa kadar calcidiol (kalsidiol), suatu bentuk vitamin D, lebih rendah pada orang dengan kecemasan, serta pada mereka yang mengalami depresi.
Hubungan defisiensi vitamin D dengan penyakit kronis
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis seperti hilangnya kepadatan tulang, osteoporosis, dan patah tulang.
Kekurangan vitamin D juga dikaitkan dengan peningkatan risiko COVID-19, serta peningkatan risiko mengalami efek parah dari kondisi tersebut.
Tips mengatasi kekurangan vitamin D
Kekurangan vitamin D dapat diatasi dengan suplemen dan makanan. Dilansir dari Healthline, ini beberapa hal yang direkomendasikan:
Konsumsi suplemen
Anda bisa mengonsumsi suplemen vitamin D untuk menjaga kebugaran. Suplemen-suplemen yang bisa menjaga stamina dan kebugaran antara lain:
– Vitamin B complex + ATP (BioATP)
BioATP menjaga kebugaran tubuh dan kelelahan fisik, astenia muscular atau neuro muscular, dan gangguan metabolisme pada otot jantung. Setiap tablet salut film mengandung ATP 20 mg, Vitamin B1 (disulfida) 100 mg, Vitamin B6 HCl 200 mg, Vitain B12 200 mg, dan Vitamin E 30 mg.
Mekanisme kerja:
Adenosine triphospate atau adenosin trifosfat (ATP) berperan pada proses transformasi energi. Kemudian perubahan ATP menjadi ADP akan membebaskan energi yang langsung digunakan dalam proses-proses seperti kontraksi otot, transport aktif, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein di dalam sel.
Vitamin B1, B6 dan B12 ditambahkan untuk menyempurnakan kerja ATP dalam memperbaiki metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein di dalam sel.
Vitamin E sebagai antioksidan untuk melindungi jaringan dan sel-sel tubuh dari kerusakan oleh radikal bebas serta zat-zat toksik lain yang terbentuk karena aktivitas yang bertambah, proses radiasi, dan proses penuaan. Vitamin E dapat melancarkan sirkulasi darah dikapiler (memberi vitalitas ke sel-sel saraf).
– Suplemen Vit D (Pehavit-D3)
Pehavit-D3 Cholecalciferol OL 1000 IU diindikasikan untuk meningkatkan kadar 25(OH)D dalam darah pada pasien dengan kekurangan vitamin D (kadar 25(OH)D serum <30 ng/mL).
Cholecalciferol dikontraindikasikan pada orang dengan:
– Hipersensitivitas terhadap bahan aktif atau eksipien dalam obat ini
– Hipervitaminosis D
– Nefrolitiasis (batu ginjal)
– Nefrokalsinosis (kelebihan kalsium pada ginjal)
– Penyakit atau kondisi yang menyebabkan hiperkalsemia dan/atau hiperkalsiuria (misalnya mieloma, metastasis tulang, atau penyakit tulang maligna lainnya, hiperparatiroidisme primer)
– Kerusakan ginjal berat dan gagal ginjal.
2. Sumber makanan
Mengonsumsi sumber makanan yang kaya vitamin D juga dapat meningkatkan kadar vitamin D di dalam tubuh Anda. Beberapa sumber makanan yang mengandung vitamin D adalah ikan berlemak, kuning telur, sereal fortifikasi, susu dan jus fortifikasi, yoghurt, dan hati sapi.
Manfaat vitamin B complex
Melansir Web MD, B kompleks terdiri dari delapan vitamin yang larut dalam air yang melakukan peran penting dan terkait erat dalam fungsi seluler tubuh.
Vitamin yang membentuk B kompleks adalah tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), asam pantotenat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6), biotin, asam folat, dan cobalamin (vitamin B12).
Vitamin B membantu enzim di dalam tubuh melakukan tugasnya. Vitamin ini juga penting untuk berbagai fungsi seluler, seperti memecah karbohidrat dan mengangkut nutrisi ke seluruh tubuh.
Beberapa manfaat vitamin B kompleks antara lain sebagai berikut:
1. Membuat otak sehat
Vitamin B yang cukup di dalam tubuh sangat penting untuk fungsi fisiologis dan neurologis yang optimal. Beberapa data menunjukkan bahwa vitamin B6 dapat berperan mencegah gangguan neurologis penyakit parkinson.
2. Mencegah kanker
Vitamin B juga dapat mencegah timbulnya berbagai jenis kanker. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki jumlah vitamin B yang tepat dalam tubuh dapat membantu melawan perkembangan pertumbuhan kanker.
3. Mengurangi stres
Suplemen vitamin B kompleks dapat membantu mengurangi stres. Vitamin B secara signifikan dapat bermanfaat bagi suasana hati dan mengurangi respons fisiologis terhadap stres.
Untuk orang dengan sindrom kelelahan kronis (CFS), vitamin B kompleks dapat membantu mengurangi keparahan gejala sebagai bagian dari pendekatan nutrisi untuk pengobatan.
Manfaat ATP
Adenosin adalah bahan kimia yang ditemukan dalam sel manusia. Ada tiga bentuk yang berbeda: adenosin, adenosin monofosfat (AMP), dan adenosin trifosfat (ATP).
Adenosin berperan dalam memblokir sinyal listrik di jantung yang menyebabkan irama jantung tidak teratur. ATP juga dapat mencegah perubahan metabolisme energi yang menyebabkan penurunan berat badan pada orang dengan kanker stadium lanjut.
Nah, itulah ulasan tentang hustle culture dan dampaknya pada kesehatan yang perlu kamu tahu. Selain tidur yang cukup, imbangi juga dengan olahraga dan pola makan bergizi agar tubuh tetap bugar, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!