Share This Article
Pernahkah kamu terbangun dari tidur akibat sakit kepala? Jika muncul secara berulang, bisa jadi itu adalah sakit kepala hipnik atau hypnic headache. Kondisi tersebut sebaiknya tak diabaikan, karena bisa mengganggu waktu tidurmu di hari-hari berikutnya.
Lantas, apa sebenarnya sakit kepala hipnik itu? Bagaimana gejalanya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Apa itu hypnic headache?
Hypnic headache adalah jenis sakit kepala yang langka, seringkali membuat pengidapnya terbangun dari tidur. Dengan kata lain, sakit kepala ini hanya memengaruhi orang-orang ketika sudah terlelap, cenderung berulang beberapa hari dalam satu pekan.
Dikutip dari Mayo Clinic, keadaan tersebut biasanya terjadi pada orang yang berusia di atas 50 tahun. Dibandingkan pria, wanita juga lebih rentan mengalami sakit kepala hipnik.
Baca juga: Migrain, Sakit Kepala Sebelah yang Mengganggu, Kenali Penyebab dan Cara Pencegahannya
Apa penyebabnya?
Hingga saat ini, belum ada yang bisa memastikan tentang penyebab sakit kepala hipnik. Kondisi tersebut dicurigai sebagai gangguan sakit kepala primer. Artinya, tidak dipengaruhi oleh penyakit atau kondisi medis tertentu, misalnya tumor otak.
Selain itu, penelitian pada 2013 juga menyebutkan, sakit kepala hipnik mungkin ada kaitannya dengan masalah di bagian otak yang terlibat dalam proses penyembuhan rasa nyeri, gerakan mata cepat (rapid eye movement) saat tidur, dan produksi melatonin (hormon pemicu kantuk).
Gejala yang muncul
Sakit kepala hipnik ditandai dengan denyutan yang menyebar di kedua sisi kepala. Denyutan itu bisa bersifat ringan atau berat, sampai dapat membangunkan seseorang dari tidurnya. Rasanya mungkin sama seperti pusing secara tiba-tiba karena mendengar alarm saat sedang tidur.
American Migraine Foundation menjelaskan, gejala bisa berlangsung antara 15 hingga 180 menit. Namun, tak jarang pula yang merasakannya hingga empat jam. Sakit kepala hipnik terjadi di waktu yang sama setiap malam selama beberapa hari, umumnya antara jam 1 dan 3 pagi.
Pada beberapa orang mengaku merasakan gejalanya saat tidur siang. Penderita Hypnic Headache bisa mengalami sakit kepala ini setiap hari, atau setidaknya 10 kali dalam sebulan.
Bukan cuma denyutan yang menyebar di kepala, gejala lain juga bisa muncul, seperti mual serta peka terhadap cahaya dan suara.
Pemeriksaan medis
Jika kamu mulai merasakan sakit kepala hipnik, jangan ragu untuk periksakan diri ke dokter. Ini untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Sebab, beberapa kondisi medis seperti tumor otak, stroke, infeksi, dan tekanan darah tinggi, ditandai dengan munculnya rasa sakit di kepala.
Pemeriksaan yang mungkin dilakukan meliputi:
- Tes darah: Untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda infeksi, ketidakseimbangan elektrolit, masalah pada proses pembekuan darah, dan kadar gula dalam darah.
- Tes tekanan darah: Mengidentifikasi apakah ada tekanan darah normal atau tinggi. Seperti yang telah disebutkan, tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab sakit di kepala, terutama ketika sudah berusia di atas 50 tahun.
- CT-scan: Memeriksa secara detail kondisi kepala mulai dari struktur tulang, pembuluh darah, dan jaringan lunak didalamnya
- Polisomnografi: Observasi yang mewajibkan pasien tidur atau menginap di rumah sakit atau laboratorium. Peralatan khusus akan dipasang untuk memantau pola pernapasan, kadar oksigen dalam darah, hingga gerakan dan aktivitas otak.
- MRI: Proses pemeriksaan menggunakan gelombang radio dan magnet untuk mengetahui kondisi otak melalui gambar visual.
- USG karotis: Pemeriksaan menggunakan gelombang suara atau ultrasound untuk mengetahui kondisi bagian arteri karotis yang punya fungsi mengirimkan suplai darah ke wajah, leher, dan otak.
Perawatan untuk sakit kepala hipnik
Sakit kepala hipnik terkadang bisa sangat mengganggu. Sayangnya, menurut Healthline, tidak ada obat khusus yang dirancang untuk mengatasi sakit kepala tersebut. Meski begitu, kamu tak perlu khawatir. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan gejalanya.
Salah satunya adalah dengan mengonsumsi kafein sebelum tidur. Meski punya efek berlawanan dengan rasa kantuk, kebanyakan pengidap sakit kepala hipnik tidak merasakan gejala saat tidur setelah mengonsumsi kafein. Tidak terbatas dari kopi, kafein juga bisa didapatkan dari suplemen khusus.
Kamu juga bisa minum obat penghilang rasa sakit. Namun, mengonsumsi obat tersebut dalam jangka panjang justru dapat menimbulkan efek samping sakit kepala yang kronis.
Meski tidak ada obat yang secara khusus dirancang untuk mengatasi sakit kepala hipnik, beberapa obat mempunyai efek yang dapat meredakan gejalanya, seperti:
- Lithium, obat untuk mengatasi gangguan bipolar dan masalah mental
- Topiramate, obat untuk mengatasi kejang
- Flunarizin, obat untuk mengatasi vertigo
- Indometasin, obat antiinflamasi yang biasa dipakai untuk meredakan demam dan nyeri
Nah, itulah ulasan tentang sakit kepala hipnik beserta perawatan yang bisa dilakukan. Jika sudah merasakan gejalanya, jangan ragu untuk periksakan diri ke dokter, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!