Share This Article
Baru-baru ini, warga Eropa dan Amerika mulai menyerbu toko farmasi untuk membeli potassium iodide. Bukan tanpa alasan, kehebohan terjadi karena kekhawatiran publik terhadap potensi penggunaan senjata nuklir pada perang antara Rusia dan Ukraina yang sedang berlangsung.
Potassium iodide diklaim bisa mencegah paparan radiasi dari senjata nuklir. Benarkah demikian? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Panic buying di Amerika Serikat dan Eropa
Beberapa hari terakhir, banyak kalangan di Amerika Serikat dan Eropa khawatir akan potensi terjadinya perang nuklir buntut dari invasi Rusia ke Ukraina.
Dikutip dari BBC pada awal Maret, pasukan Rusia dikabarkan telah menguasai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Zaporizhzhia, Ukraina.
Perlu diketahui, PLTN tersebut adalah yang terbesar di seluruh Eropa. Jadi, tak heran jika banyak pihak yang mulai cemas dengan ancaman radiasi nuklir jika Rusia benar-benar meledakkan PLTN tersebut.
Kekhawatiran itu memunculkan panic buying pil potassium iodide, terutama di toko online seperti eBay. Harganya pun melambung tinggi hingga 10 kali lipat. Distributor dari pil tersebut mengaku kewalahan dalam proses produksi setelah permintaan dari publik meningkat tajam.
Apa efeknya jika terpapar radiasi nuklir?
Radiasi nuklir sangatlah berbahaya, bahkan ketika suatu wilayah pernah terpapar bertahun-tahun lalu. Sebuah penelitian yang terbit di Indian Journal of Endocrinology and Metabolism mengamati dampak radiasi nuklir akibat kebocoran reaktor akibat gempa dahsyat di Jepang pada 2011.
Dalam studi tersebut, dijelaskan bahwa zat radioaktif yang bocor dari pembangkit nuklir bisa memberi dampak signifikan pada manusia. Zat tersebut akan menyerang kelenjar tiroid, yang bisa bermanifestasi pada risiko kanker.
Kasus kanker tiroid sendiri hampir pasti selalu ditemukan pada warga yang hidup di sekitar lokasi bencana kebocoran pembangkit nuklir. Tak hanya di Jepang, insiden Chernobyl 1986 juga menyisakan cerita yang sama.
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak adalah kelompok yang paling rentan mengalami risiko kanker tersebut. Itulah alasan mengapa beberapa negara biasanya mengosongkan wilayahnya yang pernah terjadi bencana nuklir, karena radiasinya bisa tetap ada selama bertahun-tahun.
Baca juga: Kerap Menyerang Perempuan, Kenali Ciri-Ciri Penyakit Tiroid Berikut Ini
Peran potassium iodide terhadap radiasi nuklir
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan, potassium iodide adalah garam yodium stabil yang dapat memblokir yodium radioaktif (dari nuklir) agar tidak terserap oleh kelenjar tiroid. Sehingga, bisa melindungi kelenjar tersebut dari dampak negatif radiasi.
Potassium iodide hanya melindungi kelenjar tiroid, bukan bagian tubuh lainnya. Kelenjar tiroid sendiri merupakan bagian tubuh yang paling sensitif terhadap yodium radioaktif.
Namun, penggunaan potassium iodide tidak boleh sembarangan. Tanpa indikasi yang jelas, justru dapat menimbulkan masalah. CDC hanya menyetujui penggunaan potassium iodide dalam keadaan darurat.
Siapa saja yang bisa mengonsumsi potassium iodide?
Potassium iodide bisa dikonsumsi oleh siapa saja, mulai bayi, anak-anak, orang dewasa, bahkan ibu hamil dan menyusui. Namun, sesuai pedoman kedaruratan, wanita hamil dan menyusui, bayi, serta anak-anak di bawah usia 18 tahun harus diprioritaskan.
Potassium iodide tersedia dalam bentuk pil dan cairan. Pil tersedia dalam dua dosis, 130 mg dan 65 mg. Sedangkan untuk sirop, setiap mililiter mengandung 65 mg. Dosis harian dibedakan berdasarkan usia:
- 0 – 1 bulan: 16 mg
- 1 bulan – 3 tahun: 32 mg
- 3 – 18 tahun: 65 mg
- Di atas 18 tahun: 130 mg
- Ibu hamil dan menyusui: 130 mg.
Dosis tunggal (sekali minum dalam sehari) bisa melindungi kelenjar tiroid selama 24 jam. Pemberian dosis berulang pada wanita hamil dan menyusui serta bayi baru lahir tidak dianjurkan.
Risiko efek samping
Seperti yang telah disebutkan, konsumsi potassium iodide harus benar-benar diperhatikan. Sebab, dosis yang tidak sesuai berpotensi menyebabkan efek samping, di antaranya:
- Gangguan gastrointestinal atau lambung
- Reaksi alergi dan ruam
- Radang kelenjar ludah
Efek samping tersebut biasanya muncul ketika seseorang meminum potassium iodide secara berulang dalam beberapa hari, dosis lebih tinggi, dan punya riwayat gangguan tiroid.
Bayi baru lahir yang menerima dosis berulang (lebih dari satu kali) juga berisiko mengalami hipotiroidisme (kadar hormon tiroid terlalu rendah). Jika tak diobati, bisa menyebabkan kerusakan otak.
Nah, itulah ulasan tentang pil potassium iodide yang belakangan ini sedang diburu banyak orang di Eropa dan Amerika Serikat. Jika suatu saat nanti kamu harus mengonsumsinya, tetap patuhi dosis dan aturan minumnya, ya!
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini.