Share This Article
Hidup sebagai sandwich generation bukanlah perkara mudah. Selain merawat diri sendiri, ada banyak tanggung jawab yang juga harus dikerjakan. Penting untuk memutus rantai ini agar buah hati tersayang tak ikut terjebak dalam situasi yang sama.
Lantas, apa sih sebenarnya sandwich generation itu? Apa saja tantangan yang dihadapi? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Apa itu sandwich generation?
Generasi sandwich, atau yang lebih umum dikenal sebagai sandwich generation, adalah kelompok individu berusia antara 40 hingga 50 tahun yang memiliki tanggung jawab untuk mengasuh atau merawat orang tua dan anaknya secara bersamaan.
Disebut sandwich, karena dihimpit dan terperangkap oleh dua “lapisan” di bagian atas dan bawah. generasi sandwich dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
- Traditional sandwich generation: Biasanya berusia 40 atau awal 50-an, “terperangkap” di tengah orang tua yang sudah lanjut usia dan anaknya yang beranjak dewasa tapi masih membutuhkan bantuan finansial.
- Club sandwich generation: Biasanya berusia 50 atau 60-an, “terperangkap” di antara orang tua lanjut usia dan anak yang sudah dewasa (usia 30 atau 40-an) serta memiliki cucu.
Dikutip dari Nortwest Primary Care, sandwich generation bisa dialami oleh siapa saja yang sudah menikah dan punya anak. Namun, lebih sering terjadi pada wanita yang berstatus sebagai karyawan.
Tantangan yang harus dihadapi
Menjadi seseorang sandwich generation bukan perkara mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, di antaranya adalah:
Masalah finansial
Tak dapat dipungkiri, masalah finansial adalah tantangan utama menjadi sandwich generation. Kamu tak hanya memenuhi kebutuhan diri sendiri, tapi juga dua generasi di atas dan di bawahmu.
Tak sedikit orang yang pusing dengan tekanan finansial seputar biaya sekolah anak dan perawatan orang tua.
Bahkan, kamu mungkin juga akan khawatir soal masa depan anak, apakah bisa berhasil menempuh pendidikannya hingga ke tingkat yang lebih tinggi atau tidak. Mengingat, uang yang dimiliki harus diatur untuk memenuhi kebutuhan banyak orang.
Solusinya, cobalah atur keuanganmu sebaik mungkin. Jika perlu, minta saran dari pasangan atau orang terdekat dalam pengelolaannya.
Baca juga: Hal yang Perlu Diperhatikan agar Siap Mental dan Finansial Sebelum Memiliki Anak!
Merawat diri sendiri
Terlalu sibuk mengasuh atau merawat anak dan orang tua tak jarang membuat generasi sandwich harus kehilangan banyak waktunya untuk diri sendiri. Lama-kelamaan, ini bisa menjadi faktor pemicu stres, lelah, atau bahkan jatuh sakit.
Cobalah untuk meluangkan waktu setidaknya 30 menit setiap hari untuk merawat diri sendiri atau melakukan kegiatan yang digemari.
Menyeimbangkan urusan pekerjaan
Bagi sandwich generation, mengatur waktu adalah salah satu tantangan tersendiri, apalagi jika memiliki pekerjaan tetap. Terkadang, sulit untuk menyeimbangkan waktu untuk urusan pekerjaan dan merawat anak atau orang tua.
Solusinya, bicarakan dengan atasan tentang situasi yang kamu alami. Jika memungkinkan, ajukan jadwal kerja yang fleksibel. Sehingga, kamu akan lebih mudah menyeimbangkan waktu.
Dampak pada kesehatan
Seorang sandwich generation bisa mengalami dampak pada kesehatan, terutama mental. Di antaranya adalah stres, kelelahan, rasa bersalah, masalah tidur, cemas, hingga depresi.
Ini akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari, seperti adanya perubahan pada kebiasaan makan dan olahraga. Stres dan masalah pada mental lama-kelamaan bisa memicu penyakit fisik, karena respons imun menjadi lemah.
Ini juga termasuk penyembuhan luka yang lebih lambat hingga rentan mengalami obesitas. Ditambah lagi, pandemi bisa membuat generasi sandwich memiliki tugas lebih.
Menurut penjelasan dr Zulvia Oktanida Syarif, SpkJ, dokter spesialis kesehatan jiwa, selain harus merawat anak dan orang tua agar tetap sehat, individu sandwich generation harus menjaga dirinya sendiri agar terhindar dari infeksi COVID-19.
Putus rantai sandwich generation
Agar tak terus terjadi pada generasi selanjutnya, kamu perlu melakukan sesuatu untuk memutus rantai fenomena sandwich generation. Salah satunya dengan menyiapkan tabungan dan dana pensiun atau investasi hari tua.
Tujuannya, saat memasuki usia senja, anak tidak lagi terbebani dengan masalah finansialmu.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga 2018, jumlah peserta program dana pensiun baru mencapai 4,63 juta orang. Jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia, angka tersebut masih sangat rendah.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan Februari 2019, membukukan ada 129,36 juta jiwa, penduduk Indonesia yang bekerja. Baik di lingkup sektor formal maupun informal.
Tirta Segara, anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, mengatakan rendahnya tingkat literasi menjadi salah satu alasan mengapa mayoritas pekerja di Tanah Air enggan menyisihkan uang sebagai dana pensiun di hari tua.
“Penting untuk generasi milenial memperhatikan tujuan jangka panjang,” ungkap Tirta.
Nah, itulah ulasan tentang sandwich generation yang perlu kamu tahu. Yuk, mulai menabung agar tak membuat anak terjebak menjadi sandwich generation!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.