Share This Article
Saat sakit atau nyeri terjadi, konsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas adalah salah satu yang diandalkan. Namun bagaimana jika obat pereda nyeri digunakan untuk mengatasi sakit akibat patah hati, apakah efektif?
Sebuah penelitian yang dikutip dari Science Daily mengungkapkan jika obat nyeri yang dijual bebas seperti ibuprofen, asetaminofen dan atau paracetamol dapat memengaruhi cara orang memproses informasi saat mengalami perasaan terluka.
Penelitian tentang paracetamol dan rasa sakit hati
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek obat pereda nyeri pada perasaan sakit hati. Uji coba dilakukan selama tiga pekan di University of California, dengan melibatkan 62 peserta.
Peserta ada yang diminta mengonsumsi tylenol (nama lain untuk paracetamol), lalu ada juga yang diminta mengonsumsi plasebo. Kemudian peserta diminta mencatat perasaan mereka setiap malam.
Hasilnya, peserta yang mengonsumsi paracetamol sekitar 1.000 mg atau sekitar 2 tablet, menunjukkan pengurangan perasaan sakit hati yang signifikan, dibandingkan yang meminum plasebo.
Hasil tersebut mendukung penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa asetaminofen dapat mengurangi rasa sakit emosional dibandingkan plasebo atau tanpa pengobatan.
Secara khusus para peneliti menemukan ada penurunan 18,5 persen dalam sakit sosial untuk responden yang mengonsumsi asetaminofen. Mereka juga menanggapi kuesioner dengan rasa memaafkan yang lebih tinggi.
Hasil tes lainnya dengan menggunakan obat yang sama
Tes lainnya dilakukan pada beberapa peserta yang juga mengalami penolakan. Setelah itu, dilakukan pemindaian otak pada mereka yang menunjukkan sakit karena penolakan secara sosial.
Rasa sakit tersebut diproses di area otak yang sama dengan rasa sakit fisik, yaitu di bagian otak anterior cingulate cortex.
Kemudian peserta diminta untuk mengonsumsi obat pereda nyeri atau plasebo. Hasilnya, mereka yang mengonsumsi obat pereda nyeri memiliki sedikit aktivitas yang berkaitan dengan rasa sakit hati, dibandingkan yang mengonsumsi plasebo.
Penelitian sebelumnya tentang paracetamol dan sakit patah hati
Sudah ada beberapa penelitian sebelumnya terkait penggunaan paracetamol untuk mengurangi rasa sakit emosional. Tetapi penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan untuk menguatkan klaim tersebut.
Salah satunya yakni penelitian yang pernah dilakukan pada 2017. Penelitian itu diikuti oleh 284 mahasiswa yang mengalami Borderline Personality Disorder (BPD).
Hasilnya para peneliti dari The Ohio State University menemukan bukti bahwa asetaminofen dapat mengurangi ketidakpercayaan perilaku pada orang-orang dengan gangguan BPD tingkat tinggi.
Hasil penelitian yang tidak disepakati
Meski hasilnya penggunaan paracetamol atau obat pereda nyeri dapat mengurangi rasa sakit emosional, tetapi hal ini justru tidak disetujui ilmuwan lainnya.
Sekelompok peneliti psikologi dan ilmu otak yang dipimpin Kyle Ratner dari University of California mengatakan temuan itu justru mengkhawatirkan. Sebab orang mungkin akan meminum obat tersebut, tanpa tahu efek psikologis lebih lanjut yang akan terjadi.
“Konsumen berasumsi bahwa ketika mereka minum obat pereda nyeri yang dijual bebas, maka akan meredakan gejala fisik tanpa mengantisipasi efek psikologis yang lebih luas,” ujar para peneliti tersebut.
Apa kata ahli lainnya?
Di sisi lain seorang ahli, Dr. Alan Manevitz dari Lenox Hill Hospital di New York City mengatakan penggunaan pereda nyeri untuk mengatasi perasaan sakit hati adalah hal yang masuk akal. “Karena indra fisik dan emosional dapat tumpang tindih di otak,” kata Manevitz.
Namun perlu dipahami juga bahwa obat pereda nyeri dapat memberikan efek psikologis lainnya. Seperti apa?
Dijelaskan Dr. Manevitz, sebuah eksperimen menunjukkan dosis pil pereda nyeri yang dikonsumsi teratur justru dapat memengaruhi kepekaan seseorang dalam menghadapi perasaan emosional yang menyakitkan.
Ya, obat penghilang rasa sakit tanpa resep mungkin dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk berempati dengan rasa sakit orang lain. Obat pereda nyeri ini mungkin mengganggu pemrosesan informasi di dalam otak.
Penggunaan paracetamol lebih lanjut
Para peneliti masih bertanya-tanya apakah obat pereda nyeri benar-benar bisa digunakan untuk mengatasi sakit patah hati. Tapi tim yang diketuai Ratner dan Manevitz menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk menggunakan paracetamol atau pereda nyeri untuk perawatan psikologis.
“Secara klinis, kami bukan dokter yang menyarankan ‘minum dua butir paracetamol, lalu telepon saya di pagi hari,” imbuh Manevitz, seperti dikutip dari Web MD.
Karena masih menjadi kontroversi, hingga kini belum ada penelitian lebih lanjut terkait penggunaan paracetamol untuk mengatasi perasaan sakit hati atau luka emosional.
Punya pertanyaan lebih lanjut? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk konsultasi. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!