Share This Article
Abu vulkanik yang berasal dari gunung meleteus memiliki dampak buruk pada kesehatan. Menjelang akhir tahun, beberapa gunung api di Indonesia mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Seperti Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur pada Sabtu (4/12), kemudian disusul Gunung Merapi di Jawa Tengah, yang erupsi beberapa kali pada Senin (6/12).
Abu vulkanik yang berasal dari dalam magma bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan. Apa saja? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Abu vulkanik dan kandungannya
Abu vulkanik terbentuk selama letusan gunung berapi berlangsung. Ada banyak komponen dalam pembentukan abu tersebut, seperti batuan halus, mineral, dan zat menyerupai kaca yang kasar, keras, serta korosif.
Abu vulkanik mengandung jutaan partikel mikroskopik yang bisa tertiup hingga beberapa kilometer dari lokasi letusan, tergantung pada kecepatan angin dan jenis erupsi. Partikel tersebut bisa terhirup oleh manusia tanpa disadari, terutama bagi warga yang tinggal di sekitar gunung.
Mengutip The National Association of Geoscience Carleton College, dari banyak partikel, diidentifikasikan abu vulkanik memiliki beberapa senyawa berbahaya yang akan ber-dampak pada tubuh dan kesehatan manusia. Di antaranya adalah sulfat (sulfur dioksida), asam hidroklorik, dan asam flourida.
Bahayanya pada kesehatan
Ada beberapa dampak buruk yang dapat terjadi ketika seseorang menghirup terlalu banyak partikel dari abu vulkanik. Mata, kulit, dan paru-paru adalah bagian tubuh yang sangat rentan mengalami efek serius jika terpapar oleh abu tersebut. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Masalah pernapasan
Dalam banyak kasus, abu vulkanik bisa terbentuk sangat halus sehingga tak terasa ketika terhirup masuk. Dengan paparan yang tinggi, orang sehat pun akan mengalami ketidaknyamanan di dada hingga batuk.
Dikutip dari United State Geological Survey (USGS), partikel yang berukuran di bawah 10 mikron sudah bisa membuat seseorang mengalami iritasi di saluran pernapasan bagian atas seperti asma. Rongga udara menyempit, lalu kamu akan kesulitan bernapas.
Jika abu berhasil masuk lebih dalam, berbagai masalah paru-paru mungkin akan terjadi, seperti emfisema, silikosis, dan bronkitis akut. Gejala paling umum dari gangguan pernapasan akibat menghirup debu vulkanik di antaranya:
- Keluar cairan lendir atau ingus dari hidung tanpa disadari
- Tenggorokan sangat gatal
- Batuk kering secara tiba-tiba
- Dada terasa sesak
- Pernapasan menjadi tidak nyaman.
Cara mengatasi
Jika sudah merasakan sesak napas, segera cari udara yang masih bersih agar pernapasan kembali lancar. Namun, penting untuk selalu menggunakan masker jika masih di area sekitar gunung demi menghindari terhirupnya abu vulkanik.
2. Iritasi mata
Efek lain yang tak kalah membahayakan akibat paparan debu vulkanik adalah iritasi pada mata. Seperti yang telah disebutkan, meski berukuran kecil, partikel abu vulkanik sangat kasar dan keras. Hal tersebut bisa menyebabkan goresan di kornea, bagian depan mata.
Lama-kelamaan, keadaannya dapat berujung pada konjungtivitis (mata merah akibat peradangan). Jika kamu pengguna lensa kontak, ada baiknya tak memakainya saat terjadi erupsi gunung berapi. Sebab, hal itu dapat memperparah keadaan.
Gejala atau tanda yang biasanya terjadi adalah:
- Terasa ada benda asing yang masuk (kelilipan)
- Mata tiba-tiba terasa nyeri
- Warna putih pada mata berubah kemerahan
- Sensasi panas dan terbakar
- Muncul garis-garis yang sangat tipis, disebabkan oleh goresan partikel vulkanik.
Cara mengatasi
Jika sudah merasakan ada sesuatu yang masuk ke mata, segera cuci menggunakan air bersih dan mengalir. Untuk pencegahan agar mata tetap aman, gunakan kacamata yang bisa melindungi organ penglihatan dari paparan abu vulkanik.
3. Masalah kulit
Debu vulkanik bisa memberi dampak buruk pada kulit. Dikutip dari The International Volcanic Health Hazard Network, ini karena debu vulkanik memiliki sifat asam.
Hal tersebut dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit jenis tertentu. Belum lagi, abu yang dihasilkan dari dalam gunung itu juga bersifat korosif. Iritasi dapat ditandai dengan munculnya ruam kemerahan, bintik-bintik kecil, dan rasa gatal.
Menurut sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, luka bakar pada kulit juga bisa terjadi akibat awan panas dari gunung yang erupsi.
Cara mengatasi
Jika luka bakar cukup ringan, bisa diobati di rumah dan biasanya sembuh dalam beberapa minggu. Sedangkan luka bakar serius, butuh penggunaan pembalut luka, terapi, atau bahkan pembedahan.
Obat nyeri dan salep topikal bisa mempercepat penyembuhan dan meredakan rasa sakit. Antibiotik mungkin diperlukan untuk mencegah kemungkinan munculnya infeksi.
Nah, itulah ulasan tentang bahaya abu vulkanik gunung meletus bagi kesehatan yang perlu kamu tahu. Sebisa mungkin gunakan perlindungan ekstra agar partikel vulkanik tidak terhirup masuk ke dalam tubuh, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.