Share This Article
Hidup dengan psoriasis seringkali membuat seseorang harus merasakan ketidaknyamanan, dan bahkan rasa malu yang luar biasa. Bukan apa-apa, penyakit ini memang bisa membuat penderitanya mengalami gangguan kulit yang cukup berat.
Tak jarang itulah yang membuat mereka dicemooh oleh masyarakat di sekitarnya. Nah, di hari Psoriasis Sedunia yang jatuh setiap 29 Oktober, yuk, hapus stigma buruk pada mereka dengan lebih mengenal psoriasis lewat ulasan berikut.
Baca juga: Jangan Remehkan Psoriasis, Penyakit Kulit Ini Mampu Dorong Penderitanya Bunuh Diri
Apa penyakit psoriasis dan bisakah ini disembuhkan?
Dilansir dari Mayo Clinic, psoriasis adalah gangguan kulit yang menyebabkan bercak merah sisik yang gatal. Kondisi ini paling sering ditemukan pada lutut, siku, batang tubuh dan kulit kepala.
Hingga saat ini belum dapat dipastikan penyebab utama psoriasis, para peneliti mempercayai psoriasis disebabkan oleh kelainan sistem imun, genetik dan lingkungan.
Umumnya psoriasis berlangsung dalam beberapa siklus. Ada kalanya gejalanya meningkat selama beberapa minggu atau bulan, lalu menurun untuk sementara waktu.
Psoriasis adalah penyakit kronis yang belum ada obatnya. Meski begitu terdapat beberapa perawatan yang bisa membantu mengelola gejalanya. Semua bertujuan untuk menghentikan sel-sel kulit tumbuh begitu cepat dan menghilangkan sisik.
Pemicu penyakit psoriasis
Banyak orang yang memiliki psoriasis mungkin tak menyadarinya selama bertahun-tahun sampai penyakit ini mulai bergejala. Beberapa faktor pencetus psoriasis yang umum meliputi:
- Infeksi, seperti radang tenggorokan atau infeksi kulit
- Cuaca, terutama dingin, kondisi kering
- Cedera pada kulit, seperti luka atau goresan, gigitan serangga, atau sengatan matahari yang parah
- Stres
- Merokok dan paparan asap rokok
- Konsumsi alkohol berat
- Obat-obatan tertentu – termasuk lithium, obat tekanan darah tinggi dan obat antimalaria
- Penggunaan obat oral kortikosteroid tanpa resep dokter.
Faktor risiko
Siapapun dapat mengembangkan psoriasis. Beberapa faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko kamu terkena gangguan kesehatan yang satu ini:
- Sejarah keluarga, memiliki satu orang tua dengan psoriasis bisa meningkatkan risiko kamu terkena penyakit ini, dan memiliki dua orang tua dengan psoriasis meningkatkan risiko tersebut lebih besar lagi.
- Stres, arena stres dapat memengaruhi sistem kekebalan maka, tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan gangguan imunitas ini.
- Merokok, merokok tembakau tidak hanya meningkatkan risiko psoriasis tetapi juga dapat meningkatkan keparahan penyakit. Merokok juga dapat berperan dalam perkembangan awal penyakit.
Stigma masyarakat pada orang dengan penyakit psoriasis
Tidak semua orang tahu bahwa psoriasis bukan sekadar penyakit kulit. Ini membuat sebagian dari mereka tanpa sadar mengungkapkan beberapa komentar yang kurang berempati.
Beberapa stigma yang sering muncul di masyarakat terkait dengan psoriasis adalah:
1. Psoriasis adalah penyakit menular
Psoriasis bukanlah penyakit menular, tapi hal yang sebaliknya sering disampaikan pada penderita psoriasis, terutama ketika gejala mereka sedang berada di puncaknya.
Ya, pada saat itu kondisi kulit penderita psoriasis memang terlihat seperti penuh luka yang cukup berat. Tak heran jika sebagian orang akan menunjukkan sikap berhati-hati agar tidak sampai tertular oleh penyakit ini.
2. Meremehkan gejalanya
Kurangnya edukasi mengenai psoriasis juga membuat sebagian orang menganggap remeh keluhan yang dialami penderitanya. Padahal mereka bisa merasakan gejala-gejala yang cukup berat seperti:
- Bercak merah pada kulit yang ditutupi sisik tebal berwarna putih keperakan
- Kulit kering dan pecah-pecah yang mungkin berdarah atau gatal
- Sensasi kulit terbakar atau nyeri
- Kuku menebal, berlubang atau bergerigi
- Sendi bengkak dan kaku.
3. Menunjukkan rasa jijik
Beberapa gejala yang muncul pada kulit penderita psoriasis, dapat membuat beberapa orang terlihat jijik ketika harus berinteraksi dengan mereka. Padahal umumnya gejala-gejala tersebut akan hilang seiring dengan berakhirnya siklus flare atau puncak gejala.
Bagaimana stigma terhadap psoriasis memengaruhi mental penderitanya?
Dilansir dari Medical News Today, Dominic Urmston, advokasi pasien sekaligus manajer komunikasi Psoriasis Association UK, menyatakan bahwa orang dengan psoriasis lebih mungkin mengalami kecemasan, depresi, dan penurunan rasa percaya diri.
Hal ini juga diteliti oleh sebuah studi tentang kaitan antara kondisi kulit, stigmatisasi, dan dukungan sosial pada penderita psoriasis dengan gejala depresi yang mereka alami.
Di situ disebutkan bahwa dari sampel akhir sebanyak 148 pasien psoriasis rawat jalan, hampir 13 persen di antaranya memperoleh skor total yang menunjukkan gejala depresi sedang.
Hasil analisis regresi juga mengungkapkan bahwa keparahan depresi yang lebih besar pada pasien psoriasis dikaitkan dengan tingkat stigma terkait psoriasis yang lebih tinggi, dukungan sosial yang dirasakan lebih rendah, jenis kelamin perempuan dan durasi penyakit yang lebih pendek.
Stigmatisasi sendiri adalah prediktor paling kuat dari gejala depresi untuk pasien psoriasis dan menyumbang 33 persen dari varian. Kesimpulannya stigma sosial menjadi faktor yang paling menyumbang terhadap gangguan mental pada penderita psoriasis.
Tips menanggapi hinaan akibat menderita psoriasis
Menderita psoriasis tidak berarti kamu harus bersembunyi sepanjang waktu. Kamu bisa mencoba beberapa tips berikut untuk menanggapi respons-respons tak diinginkan terkait penyakit ini.
Edukasi dirimu dengan baik
Mengetahui seluk beluk penyakit psoriasis akan membantu kamu merasa lebih baik. Termasuk saat harus menghadapi komentar kurang menyenangkan dari orang lain.
Ini juga akan membantu kamu lebih percaya diri, karena kamu tahu betul, bahwa apa yang terjadi pada tubuhmu bukan hal yang bisa mengganggu orang lain.
Kontrol reaksimu
Kamu tidak bisa mencegah setiap orang untuk tidak berkomentar buruk, tapi kamu bisa mengontrol reaksimu terhadap semua itu.
Hal ini disampaikan oleh Rebecca Ross, PhD, seorang praktisi perawat kesehatan mental di Oregon Health & Science University, Portland kepada Health.
Jadi alih-alih bersikap ketus, kamu justru bisa menyampaikan respons dalam bentuk edukasi tentang penyakit psoriasis itu sendiri.
Misalnya saat seseorang bertanya apa kondisimu menular, kamu bisa dengan singkat menjawab, “Tidak, ini hanya kelainan genetik yang gejalanya akan hilang dan timbul dengan sendirinya”.
Tak ada salahnya mengambil sedikit waktu untuk menyendiri
Meski kamu mungkin sudah sangat sering berhadapan dengan orang yang menghina kondisi psoriasismu. Akan tetap ada saat-saat di mana hari terlalu berat untuk dilalui dengan mengedukasi orang-orang tentang apa itu psoriasis.
Saat momen itu terjadi, ambilah rehat dan tenangkan dirimu untuk sementara waktu. Atau kamu bisa mengatakan, “Sebenarnya aku ingin menjelaskan lebih jauh tentang penyakit ini, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk itu”.
Agar kualitas hidup penderita psoriasis membaik
Terdapat beberapa pilihan pengobatan yang bisa digunakan untuk membuat kualitas penderita psoriasis menjadi lebih baik. Ini termasuk krim, salep, terapi cahaya, dan obat oral atau injeksi.
Kamu juga bisa mengombinasikan gaya hidup dan mekanisme koping untuk membantu kamu hidup lebih baik dengan psoriasis. Sejumlah terapi alternatif juga mengklaim dapat meringankan gejala psoriasis, termasuk diet khusus, krim, suplemen makanan, dan herbal.
Tidak ada yang secara definitif terbukti efektif. Tetapi beberapa umumnya dianggap aman dan dapat mengurangi rasa gatal pada orang dengan psoriasis ringan hingga sedang.
Pada intinya, kamu dianjurkan untuk berkonsultasi kepada dokter untuk mendiskusikan langkah-langkah penanganan yang diperlukan untuk mengatasi penyakit psoriasis yang kamu alami.
Baca juga: Punya Gejala yang Mirip, Ini Perbedaan Eksim dan Psoriasis
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!