Share This Article
Apakah kamu terus merasa lelah atau tidak bahagia setelah menghabiskan waktu bersama pasangan? Waspada, karena menurut Jor-El Caraballo, seorang tenaga ahli kesehatan mental asal New York hal tersebut bisa jadi tanda dari hubungan toxic (toxic relationship).
Pada banyak kasus, toxic relationship memiliki tanda yang sangat jelas atau mungkin sangat halus sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya. Tanda ini bisa muncul baik pada diri sendiri, pasangan atau hubungan itu sendiri.
Baca Juga: Manfaat Menanam Tanaman untuk Kesehatan Mental selama Pandemi COVID-19
Apa itu toxic relationship?
Dilansir dari Time, menurut penjelasan dari Dr. Lillian Glass, seorang ahli komunikasi dan psikologi yang berbasis di California yang mengatakan bahwa dia menciptakan istilah tersebut dalam bukunya tahun 1995.
Toxic People, mendefinisikan hubungan beracun sebagai “hubungan apa pun [antara orang-orang yang] tidak saling mendukung, di mana ada konflik dan yang satu berusaha melemahkan yang lain, di mana ada persaingan, di mana ada rasa tidak hormat dan kurangnya keterpaduan. “
Sementara setiap hubungan mengalami pasang surut, Glass mengatakan hubungan yang beracun secara konsisten tidak menyenangkan dan menguras tenaga bagi orang-orang di dalamnya, sampai pada titik di mana momen negatif lebih banyak dan lebih banyak daripada momen positif.
Dr. Kristen Fuller, seorang dokter pengobatan keluarga yang berbasis di California spesialis kesehatan mental, menambahkan bahwa toxic relationship secara mental, emosional dan bahkan mungkin secara fisik merusak salah satu atau kedua peserta.
Dan hubungan ini tidak harus romantis. Glass mengatakan bahwa hubungan yang bersahabat, kekeluargaan, dan profesional juga bisa menjadi racun.
Ciri-ciri toxic relationship
Salah satu contoh toxic relationship, ketika suatu hubungan yang penuh kekerasan baik secara fisik atau emosional jelas tidak sehat. Kondisi tersebut menandakan adanya hubungan toxic.
Beberapa orang mungkin kesulitan untuk menyadari kekerasan emosional yang pernah terjadi padanya. Untuk itu, pahami beberapa tanda dari toxic relationship berikut ini:
Memiliki kendali penuh
Pada hubungan yang tidak sehat, seringkali ada upaya untuk mengontrol orang lain. Sehingga ada ketidakseimbangan kekuasaan maupun kendali. Contoh toxic relationship biasanya ditandai dengan perilaku:
- Selalu menanyakan keberadaanmu setiap saat
- Merasa kesal ketika pesan teksnya tidak segera dijawab
- Menghukum kamu dengan membuatmu merasa buruk
- Memberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh kamu pakai
- Tidak mengizinkan kamu beraktivitas tanpa kehadirannya
Kendali juga bisa datang dalam bentuk lain. Misalnya, kamu dibuat melakukan sesuatu tanpa sadar karena merasa bersalah. Perlu diingat, kendali berarti mengambil kebebasan seseorang atas apa yang ia ucapkan atau lakukan.
Membuatmu jauh dari keluarga atau teman
Disadari atau tidak, hubungan toxic dapat membuatmu berhenti menghabiskan waktu dengan teman ataupun keluarga. Kamu justru menghabiskan banyak waktu dengan pasanganmu dan mulai memiliki jarak yang jauh dengan kerabatmu.
Pengelolaan keuangan yang buruk
Ketika pasanganmu membuat keputusan finansial tanpa melibatkanmu, kamu perlu waspada. Pada banyak kasus, hubungan toxic melibatkan pengelolaan keuangan yang buruk. Seperti membeli barang-barang mahal atau menarik uang dalam jumlah besar tanpa berdiskusi terlebih dahulu.
Sulit berkomunikasi
Salah satu ciri toxic relationship yang paling mudah dideteksi adalah kesulitan berkomunikasi. Alih-alih berdiskusi dan menemukan solusi bersama, dalam hubungan toxic yang ada hanya sarkas, kritik atau bahkan menghindari berbicara satu sama lain.
Tidak jujur termasuk ciri-ciri toxic relationship
Ketika kamu atau pasanganmu terus-menerus melakukan kebohongan, hal ini dapat memicu hubunganmu menjadi toxic. Ketidakjujuran menandakan baik kamu atau pasangan tidak memiliki kepercayaan satu sama lain.
Mengabaikan kebutuhan diri
Psikolog klinis, Catalina Lawsin mengemukakan jika orang dalam hubungan toxic cenderung mengikuti apa pun yang ingin dilakukan pasangan. Bahkan jika hal itu bertentangan dengan keinginan atau kenyamanan dirinya sendiri.Â
Tidak saling dukung
Hubungan yang sehat seharusnya dapat mendukung pasangan untuk sama-sama berhasil di semua bidang dalam kehidupan. Namun, pada toxic relationship, pencapaian malah menjadi ajang kompetisi. Pasangan tidak lagi saling dukung dalam apapun yang dilakukan.
Stres berkepanjangan
Menjalani hubungan toxic dapat memicu stres berkepanjangan karena perasaan gelisah yang tidak kunjung selesai. Stres yang terus-menerus ini dapat memengaruhi kesehatan fisik dan emosional. Tidak jarang, orang yang lama terjebak dalam toxic relationship mengalami perubahan fisik.
Ciri-ciri toxic relationship yakni membiarkan masalah
Pada pasangan yang mengalami toxic relationship, sikap tak acuh pada masalah biasanya terjadi. Mereka enggan mengemukakan masalah karena akan memicu konflik yang lebih lanjut. Biasanya masalah hanya dipendam dalam diri untuk menghindari konflik.
Baca Juga: Quarter Life Crisis Kondisi yang Tak Boleh Diabaikan, Begini Ciri-cirinya dan Cara Menghadapinya
Cara keluar dari toxic relationship
Melepaskan diri dari toxic relationship akan membutuhkan waktu dan kesabaran yang ekstra. Kamu juga perlu dukungan dari orang-orang terdekatmu. Berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
Minta bantuan
Untuk keluar dari hubungan yang toxic hal pertama yang harus kamu lakukan adalah meminta bantuan teman, keluarga, maupun profesional.
Dalam banyak kasus, korban toxic relationship sangat rentan untuk kembali menjalin hubungan tersebut hanya karena sudah akrab atau merasa nyaman. Dengan meminta bantuan, kamu akan terlindungi dari risiko tersebut.
Ungkapkan yang kamu rasakan
Meski mungkin tidak mudah, tapi penting bagi kamu mengungkapkan perasaanmu dengan orang yang memiliki hubungan toxic denganmu. Baik itu teman, kekasih, rekan kerja, anggota keluarga, atau yang lainnya.
Namun, perlu diingat, ketika mengungkapkan perasaan tersebut situasi mungkin memanas. Ungkapkanlah perasaanmu tanpa memojokkan siapapun. Ingatlah bahwa kamu dapat mengendalikan caramu berekspresi tapi tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain akan menerimanya.
Kamu juga harus siap menerima respons yang akan keluar dari orang tersebut. Kemungkinan mereka marah, defensif, meminta meninggalkan hubungan atau justru meminta maaf dan mencoba memperbaiki keadaan.
Buatlah keputusan
Ketika kamu selesai mengungkapkan perasaan dan melihat bagaimana respons yang kamu terima, segeralah buat keputusan. Apakah hubungan tersebut layak dipertahankan? Atau justru kamu lebih baik tanpanya?
Bila kamu menemukan sikap defensif atau pengabaian atas perasaanmu, sebaiknya kamu tinggalkan hubungan tersebut. Namun, bila dia meminta maaf, menerima dan bisa diajak bekerja sama, mungkin hubungan tersebut layak dipertahankan.
Cara keluar dari toxic relationship yakni buat lingkungan yang positif
Setelah selesai mengambil keputusan, baik itu meninggalkan atau memperbaiki hubunganmu dengannya, buatlah energi yang positif di sekelilingmu.
Hal ini penting karena menjalani hubungan toxic tentu menyebabkan stres berat. Temui orang-orang yang membuat kamu merasa lebih baik atau lakukan berbagai hal yang dapat membuat kamu bahagia.
Bertahanlah dengan keputusan yang sudah dibuat
Rasa rindu sangat normal muncul ketika kamu memutuskan untuk mengakhiri sebuah hubungan. Tetapi ingatlah bahwa keputusan yang kamu ambil membutuhkan pertimbangan serta proses yang panjang.
Sehingga penting untuk kamu tetap berpegang pada keputusan yang telah kamu buat untuk membuat hidup yang lebih baik.
Hubungan yang sehat seharusnya mengedepankan komunikasi, kejujuran, kesetaraan, kepercayaan serta rasa saling menghormati. Bila kamu atau kerabatmu sedang mengalami masa sulit akibat toxic relationship jangan ragu untuk meminta pertolongan profesional.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!