Share This Article
Setelah makan langsung buang air besar (BAB) merupakan kondisi yang tak jarang dikeluhkan oleh sebagian orang. Hal ini bisa disebabkan oleh beragam faktor, mulai dari respons tubuh hingga suatu kondisi tertentu.
Lantas apakah ini merupakan hal yang normal? Nah, agar kamu lebih memahami kondisi ini, yuk simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!
Baca juga: Sering Minum Kopi saat Perut Kosong? Waspadai 5 Efek Berikut!
Setelah makan langsung BAB, apa penyebabnya?
Tubuh membutuhkan waktu untuk menyerap nutrisi dalam makanan. Durasi pencernaan pada masing-masing individu pun bervariasi. Ini dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, serta kondisi kesehatan.
Pada umumnya dibutuhkan waktu sekitar 1-2 hari agar makanan dapat dicerna secara menyeluruh di dalam saluran pencernaan, yang pada akhirnya dikeluarkan dalam bentuk feses. Penyebab utama setelah makan langsung BAB salah satunya yakni refleks gastrokolik.
Refleks gastrokolik adalah refleks tubuh terhadap makanan yang masuk ke dalam lambung. Perlu diketahui bahwa intensitas refleks gastrokolik dapat bervariasi antar individu.
Apakah setelah makan langsung BAB merupakan hal yang normal?
Dikutip dari Medical News Today, refleks gastrokolik atau respons gastrokolik merupakan hal yang normal. Ketika makanan dicerna dan masuk ke dalam lambung, tubuh melepaskan hormon tertentu yang menyebabkan usus besar berkontraksi.
Ketika ini terjadi, kontraksi pada usus besar membuat makanan yang sudah dicerna sebelumnya bergerak dari usus besar. Pada akhirnya, ini menyebabkan keinginan untuk BAB.
Efek dari refleks gastrokolik tersebut dapat berlangsung ringan hingga parah. Bagi sebagian orang, refleks gastrokolik mungkin saja tidak menimbulkan gejala sama sekali. Namun, sebagian lainnya mungkin saja merasakan keinginan BAB yang sangat kuat.
Meskipun merupakan hal yang normal, akan tetapi jika frekuensi refleks gastrokolik lebih sering terjadi, kamu mengalami diare yang berlangsung lebih dari 2 hari, ataupun terdapat gejala lainnya, sebaiknya segeralah hubungi dokter.
Faktor lain yang bisa menyebabkan refleks gastrokolik lebih sering terjadi
Refleks gastrokolik yang terlalu sering terjadi juga bisa disebabkan oleh beberapa kondisi. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa beberapa gangguan pencernaan, seperti sindrom iritasi usus besar (IBS), dapat mempercepat pergerakan makanan melalui usus besar setelah makan.
Melansir Healthline, adapun beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan frekuensi refleks gastrokolik lebih sering terjadi di antaranya adalah:
- Kecemasan
- Penyakit Celiac
- Penyakit Chron
- Makanan berminyak
- Alergi makanan atau intoleransi makanan
- Gastritis
- Penyakit radang usus
Beberapa kondisi tersebut dapat meningkatkan intensitas refleks gastrokolik, yang mana dapat menyebabkan setelah makan BAB. Di sisi lain, jika kondisi tertentu membuat refleks gastrokolik menjadi parah, ini dapat menimbulkan gejala lain, seperti:
- Sakit perut
- Perut terasa kembung yang dapat mereda setelah buang angin atau BAB
- Keinginan untuk buang angin yang meningkat
- Diare atau sembelit
- Terdapat lendir pada feses
Adakah penyebab lain dari setelah makan langsung BAB?
Di samping refleks gastrokolik, ternyata terdapat beberapa faktor lain yang bisa menyebabkanmu mengalami kondisi ini. Beberapa di antaranya adalah inkontinensia tinja dan diare.
Nah, agar kamu lebih memahami kedua kondisi tersebut, berikut penjelasannya masing-masing:
1. Inkontinensia tinja
Inkontinensia tinja merupakan kondisi yang bisa menyebabkan penderitanya tidak dapat mengontrol buang air besar, yang mana menjadi faktor lain yang dapat berkontibusi sebagai penyebab setelah makan langsung BAB.
Terdapat perbedaan mendasar dari inkontinensia tinja dengan refleks gastrokolik, yakni inkontinensia tinja bukan hanya terjadi setelah makan saja, melainkan dapat terjadi kapan saja.
Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan kondisi ini, termasuk:
- Diare
- Kerusakan saraf dan/atau pada rektum
- Rectal prolapse, kondisi yang terjadi ketika rektum turun hingga ke anus
2. Diare
Penyebab lain dari setelah makan langsung BAB adalah diare. Diare merupakan kondisi yang pada umumnya hanya terjadi selama satu hingga dua hari. Namun, jika diare berlangsung lebih lama, ini bisa menandakan adanya kondisi mendasar.
Diare sendiri bisa menyebabkan keinginan untuk buang air besar secara mendesak, baik ketika seseorang telah mengonsumsi makanan ataupun tidak.
Mengutip dari Prevention, beberapa gejala dari diare di antaranya yakni:
- Feses cair
- Sakit perut
- Perut terasa kembung
- Mual
- Keinginan mendesak untuk BAB
Baca juga: Apa Kamu Menderita Diare? Ini 3 Buah Sehat untuk Kamu Konsumsi!
Bagaimana pencegahannya?
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa refleks gastrokolik merupakan reaksi normal dari tubuh.
Meskipun demikian, terdapat beberapa cara untuk mengurangi frekuensi keinginan BAB setelah makan. Berikut adalah beberapa cara tersebut:
1. Mengubah pola makan
Perlu kamu tahu bahwa terdapat beberapa makanan yang dapat memicu refleks gastrokolik, seperti
- Makanan berlemak atau berminyak
- Produk susu
- Makanan tinggi akan kandungan serat
Mengurangi konsumsi makanan yang telah disebutkan di atas, dapat membantu untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan dari refleks gastrokolik.
2. Mengelola stres
Stres merupakan pemicu lain dari refleks gastrokolik. Pada sebagian orang, stres dapat meningkatkan intensitas refleks gastrokolik.
Untuk mengurangi intensitas dari refleks gastrokolik, mengurangi stres dengan cara berolahraga atau bermeditasi dapat membantu.
Nah, itulah beberapa informasi mengenai setelah makan langsung BAB. Jika kondisi ini berlangsung lebih lama atau disertai dengan gejala lain yang tak kunjung sembuh, sebaiknya segeralah hubungi dokter.
Punya pertanyaan lain seputar kesehatan? Silakan chat kami melalui Aplikasi Good Doctor. Mitra dokter kami siap membantumu dengan akses layanan 24/7. Jangan ragu untuk berkonsultasi, ya!