Share This Article
Sebelum kemunculan COVID-19, terdapat dua infeksi saluran pernapasan yang pernah mewabah, yakni SARS dan Flu Unta (MERS). Keduanya kerap dianggap sama padahal berbeda. Apa perbedaan virus SARS dan Flu Unta (MERS)?
Untuk tahu lebih lengkapnya, yuk simak ulasan berikut!
Baca juga: COVID-19 Dapat Pengaruhi Sistem Pencernaan, Ini Gejala yang Perlu Diwaspadai!
Mengenal SARS dan MERS
Severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). SARS pertama kali muncul di Tiongkok pada November 2002, tetapi baru teridentifikasi pada Februari 2003.
Sementara itu Middle East respiratory syndrome Flu Unta (MERS) merupakan penyakit saluran pernapasan yang juga disebabkan oleh coronavirus, tepatnya Middle East respiratory syndrome corona virus (MERS-CoV).
Flu Unta (MERS) pertama kali teridentifikasi di Arab Saudi pada tahun 2012. MERS berbeda dengan COVID-19. Sebab, jenis virus corona yang menyebabkannya tidaklah sama.
Asal mula virus SARS dan MERS
Perlu kamu tahu bahwa coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pernapasan, termasuk flu biasa. Virus ini bersifat zoonosis, yang berarti bahwa dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Perbedaan virus SARS dan Flu Unta (MERS) juga dapat diketahui dari asal mula virusnya. Diperkirakan bahwa asal mula dari virus SARS berasal dari kelelawar dan kemudian menginfeksi musang sebelum akhirnya berpindah ke manusia.
Dalam kasus MERS-CoV, penelitian menunjukkan bahwa ini juga berasal dari kelelawar, namun menginfeksi unta dan ditularkan ke manusia.
Perbedaan virus SARS dan MERS berdasarkan penyebarannya
Dikutip dari laman Medical News Today, SARS-CoV dapat menyebar melalui kontak dekat serta droplet (tetesan atau percikan cairan) dari batuk atau bersin. Tubuh dapat menyerap tetesan pernapasan melalui selaput lendir di mulut, hidung, dan mata.
Di sisi lain, SARS juga dapat menular melalui berbagi peralatan makan dan minum. Tak hanya itu, SARS juga dapat menyebar secara tidak langsung dengan cara menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus.
Sedangkan, Flu Unta (MERS) menyebar melalui hewan ke manusia. Unta dikatakan sebagai sumber utama virus. Meskipun demikian, MERS juga dapat ditularkan dari orang ke orang melalui percikan cairan dari batuk, terutama dalam kontak dekat.
Baca juga: Penyakit SARS
Gejala virus SARS dan MERS
Selanjutnya perbedaan virus SARS dan MERS dapat diketahui berdasarkan waktu munculnya gejala.
Ketika infeksi SARS terjadi, gejalanya dapat muncul antara 2-7 hari setelah paparan virus. Akan tetapi, ini juga dapat memakan waktu hingga 10 hari. Gejala awal yang muncul yakni demam tinggi lebih dari 38,0°C.
Beberapa juga mengalami gejala pernapasan ringan, mirip dengan flu. Gejala awal lainnya juga dapat termasuk, rasa nyeri, meriang, serta diare. Gejala tersebut dapat berkembang dalam kurun waktu 7 hari.
Setelah 7-10 hari gejala lain dapat muncul, ini meliputi batuk kering, sesak napas, hingga hipoksia (kadar oksigen rendah dalam tubuh). Pada kasus yang lebih serius, pneumonia dapat terjadi.
Sedangkan pada MERS, gejala biasanya muncul dalam waktu 5-6 hari setelah paparan virus, namun juga mungkin saja memakan waktu 2-14 hari. Gejala MERS yang paling umum adalah demam, batuk, dan sesak napas.
Sementara gejala lainnya dapat meliputi gangguan pada sistem pencernaan, seperti diare, mual, hingga muntah. Pneumonia adalah komplikasi pada MERS.
Virus MERS dapat menyebabkan gejala yang lebih serius pada beberapa kondisi, ini termasuk sistem kekebalan tubuh yang lemak, serta kondisi medis tertentu, seperti penyakit ginjal, kanker, paru-paru kronis, hingga diabetes.
Pengobatan SARS dan MERS
Sampai saat ini, penelitian mengenai pengembangan vaksin SARS masih terus dilakukan. Pada kasus SARS, perawatan supotif bisa dilakukan, termasuk penggunaan obat-obatan untuk meredakan gejala SARS, seperti batuk dan demam.
Tak hanya itu, upaya pencegahan penularan SARS juga harus dilakukan, seperti sering mencuci tangan, menghindari menyentuh mata, mulut, serta hidung dengan tangan yang belum dibersihkan, hingga menghindari berbagi peralatan makan.
Sementara itu pada MERS, hingga saat ini juga masih belum ada vaksin ataupun pengobatan khusus untuk mencegah atau menangani MERS.
Akan tetapi, beberapa vaksin dan pengobatan khusus MERS-CoV sedang dalam tahap pengembangan. Demikian dikutip dari situs resmi World Health Organization (WHO).
Pengobatan MERS bersifat suportif dan berdasarkan kondisi klinis dari pasien. Mengurangi gejala serta risiko komplikasi menjadi fokus utama pengobatan MERS saat ini. Bagi pasien yang mengalami gejala parah, perawatan intensif di rumah sakit diperlukan.
Di sisi lain, tindakan pencegahan pada MERS juga perlu dilakukan, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun setidaknya selama 20 detik, menghindari konsumsi daging yang kurang matang, atau menghindari kontak dengan unta yang sedang sakit.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Selain konsultasi, kamu juga dapat menghubungkan benefit asuransimu pada Aplikasi Good Doctor di sini!. Untuk kamu yang tidak memiliki asuransi, jangan khawatir kamu juga dapat mendaftarnya, lho!