Share This Article
Tahukah kamu kalau penyakit tiroid memiliki beberapa gejala yang sama dengan depresi? Bahkan orang yang memiliki kondisi tiroid diketahui lebih berisiko mengalami depresi dan sebaliknya.
Maka dari itu, tidak sedikit pasien penyakit tiroid yang tidak menyadari bahwa dirinya juga mengalami depresi.
Hubungan antara fungsi tiroid dan depresi telah pun lama diteliti oleh banyak ahli. Lalu mengapa hal ini bisa terjadi? Begini fakta dan penjelasan medisnya!
Baca juga: 11 Manfaat Minyak Kayu Putih untuk Kesehatan, Bisa Lawan COVID-19?
Peran tiroid dalam tubuh
Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk seperti kupu-kupu yang ada di area leher. Meski punya bentuk yang mungil, kelenjar ini berperan penting dan memberikan pengaruh yang kuat ke seluruh tubuh.
Kelenjar tiroid ini berperan untuk mengeluarkan hormon yang memengaruhi metabolisme, menjaga aktivitas kimia dalam tubuh dan mengontrol kecepatan sel untuk mengubah nutrisi menjadi energi.
Dengan mengatur metabolisme, tiroid secara tidak langsung memengaruhi setiap sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Mulai dari otot, tulang, dan kulit hingga saluran pencernaan, jantung, dan otak.
Namun sebagian orang mengalami gangguan pada kelenjar ini, sehingga tiroid bekerja terlalu aktif atau terlalu lambat. Gangguan tiroid ini disebut sebagai hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
Baca juga: Benjolan Kelenjar Getah Bening: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Pengobatannya
Gejala gangguan tiroid dan depresi
Bila kamu mengalami hipertiroidisme, gejalanya adalah sebagai berikut:
- Insomnia
- Kegelisahan
- Peningkatan detak jantung
- Tekanan darah tinggi
- Perubahan suasana hati
- Mudah tersinggung
- Penurunan berat badan
- Diare
Secara umum, gejala hipertiroidisme memiliki banyak kesamaan dengan gejala dari kecemasan klinis dan depresi bipolar.
Sementara bila kamu mengalami hipotiroidisme, gejalanya meliputi:
- Kelelahan
- Penambahan berat badan
- Sembelit
- Sulit fokus dan berpikir
- Tekanan darah rendah
- Kembung
- Depresi
- Refleks lambat
Gejala hipotiroidisme memiliki banyak kesamaan dengan depresi klinis. Penderitanya cenderung mengalami hilang ingatan dan kesulitan mengatur pikiran, atau biasa disebut sebagai disfungsi kognitif.
Akibat kemiripan gejala antara gangguan tiroid dengan depresi, ada kemungkinan bahwa penderitanya mengalami kesalahan diagnosis. Meski begitu kondisi tiroid biasanya didiagnosis menggunakan serangkaian pemeriksaan.
Baca juga: Tidur Siang bisa Tingkatkan Kemampuan Kognitif, Lho! Ini Penjelasannya!
Fakta dan penelitian terkait
Ketika kelenjar tiroid tidak berfungsi dengan baik atau mengalami gangguan, orang cenderung mengalami masalah mental. Pasalnya saat tiroid menghasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon, hal itu dapat menyebabkan perubahan suasana hati.
Hipertiroidisme dan depresi
Kondisi hipertiroidisme dapat memengaruhi kemampuan berpikir. Inilah yang menyebabkan penderitanya sulit mempelajari hal-hal baru. Orang dengan hipotiroidisme parah mungkin mengalami gejala depresi atau demensia, yang beberapa istilahnya pseudodementia.
Hipertiroidisme merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tiroid yang terlalu aktif. Sebuah studi memperkirakan bahwa hingga 60 persen dari orang-orang yang memiliki hipertiroidisme juga memiliki gangguan kecemasan klinis.
Bahkan depresi tercatat terjadi hingga 69 persen pada orang yang didiagnosis dengan hipertiroidisme. Penelitian lain juga menemukan bahwa hipertiroidisme memiliki hubungan dengan gangguan mood dan depresi bipolar.
Di samping itu, pengobatan dengan lithium pada pemilik depresi bipolar sering kali memperburuk atau memicu kondisi hipertiroidisme. Sehingga kedua gangguan ini saling tarik menarik alias memiliki hubungan yang erat.
Hipotiroidisme dan depresi
Selain hipertiroidisme, gangguan tiroid lainnya adalah hipotiroidisme. Pada orang memiliki penyakit hipotiroidisme, kondisi tiroid akan menjadi lambat atau kurang aktif.
Menurut penelitian, kondisi ini juga memiliki kaitan dengan depresi. Pasalnya kekurangan hormon tiroid di sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelelahan, penambahan berat badan, dan kekurangan energi, yang semuanya adalah gejala dari depresi klinis.
Meski begitu, dilansir Harvard Health Publishing, kebanyakan orang yang mengalami gangguan tiroid dapat merespons pengobatan secara positif dan merasakan depresi dan gejala mengganggu lainnya mereda seiring waktu.
Pengobatan tiroid pada setiap orang juga membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Bisa memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Terlebih pada pasien lanjut usia, pengobatannya akan berjalan lebih lama.
Bila kamu memiliki penyakit tiroid, sangat penting untuk memerhatikan gejala yang terjadi dan berkonsultasi dengan dokter soal pengobatan yang kamu jalani.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!