Share This Article
Urtikaria dan dermatitis kontak merupakan masalah kulit yang tak boleh disepelekan. Rasa gatal yang ditimbulkan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga dapat membuatmu menjadi tidak produktif. Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk mengatasinya? Yuk, simak ulasan berikut ini!
Apa itu urtikaria?
Urtikaria adalah salah satu gangguan kulit yang ditandai dengan bercak kemerahan dan gatal-gatal. Bagi sebagian orang, keadaan ini lebih dikenal dengan sebutan biduran. Dalam banyak kasus, urtikaria bisa mengganggu aktivitas harian, bahkan saat tidur sekalipun1.
Urtikaria merupakan gangguan kulit yang sangat umum. American College of Allergy Asthma, and Immunology menyatakan, urtikaria memengaruhi sekitar 20 persen orang di seluruh dunia pada periode waktu tertentu dalam hidupnya2. Kondisi itu lebih sering terjadi pada wanita dewasa (usia 20 hingga 40 tahun) ketimbang pria dan anak-anak3.
Apa penyebabnya?
Urtikaria bisa disebabkan oleh banyak hal. Menurut penelitian yang terbit di Journal of Asthma, Allergy & Clinical Immunology, urtikaria dibedakan menjadi tiga, yaitu akut, kronis, dan induksi. Masing-masing memiliki faktor risiko yang berbeda3, yaitu:
1. Urtikaria akut
Dari semua jenis yang ada, urtikaria akut adalah kondisi yang paling sering dijumpai. Urtikaria dikategorikan akut jika terjadi secara singkat, tidak sampai berbulan-bulan. Penyebab paling umum dari kondisi tersebut meliputi:
- Reaksi obat-obatan, seperti antibiotik (betalaktam dan sulfonamid), obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan asam asetilsalisilat (ASA)
- Faktor makanan, seperti susu, telur, kacang tanah, ikan, dan kerang
- Infeksi virus atau parasit
- Faktor psikologis seperti stres
- Racun serangga (dari sengatan atau gigitan).
Pada sekitar 50 persen orang dengan urtikaria akut, penyebabnya tidak diketahui. Kondisi ini disebut dengan urtikaria spontan akut.
2. Urtikaria kronis
Urtikaria dianggap kronis jika berlangsung lebih dari enam pekan atau sering kambuh selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Prevalensinya diperkirakan sekitar 0,5 hingga 5 persen dari keseluruhan kasus. Gejala yang muncul lebih lama disebabkan oleh tingginya stimulasi dan pelepasan histamin dalam merespons senyawa yang berasal dari luar.
Belum jelas apa faktor yang memicu hal tersebut. Namun, sejumlah penyakit kronis dipercaya berkaitan dengan munculnya urtikaria jenis ini, seperti hepatitis B dan C, herpes simpleks, tukak lambung (infeksi Helicobacter pylori), serta infeksi parasit cacing.
3. Urtikaria yang diinduksi
Urtikaria yang diinduksi biasanya dipicu oleh stimulus fisik. Misalnya, menggaruk kulit dengan tekanan berlebihan, gesekan pakaian dan kulit, penggunaan celana sangat ketat, hingga pemakaian ikat pinggang yang terlalu erat. Rangsangan kulit lainnya bisa berasal dari suhu udara, siraman atau percikan air, dan paparan ultraviolet sinar matahari.
Ketahui berbagai gejalanya
Meski sebagian besar urtikaria berjenis akut dan berlangsung singkat, kamu tetap perlu mengetahui gejalanya agar bisa melakukan deteksi dini. Tanda dan gejala umum dari urtikaria meliputi1,2:
- Muncul bercak kemerahan, bisa di bagian tubuh mana saja
- Ukuran bercak bervariasi, bentuk bisa berubah, muncul lalu memudar secara berulang
- Rasa gatal yang mungkin parah
- Pembengkakan (angiodema) pada bibir, kelopak mata, hingga tenggorokan
- Saat bercak ditekan, bagian tengahnya berubah menjadi putih (disebut dengan blanching).
Apa bedanya dengan dermatitis kontak?
Banyak yang mengira bahwa dermatitis kontak dan urtikaria adalah sama. Meski gejalanya mirip, kedua hal itu sebenarnya berbeda. Dermatitis kontak adalah benjolan merah yang sering kali disertai gatal, terjadi ketika kulit melakukan kontak fisik dengan benda yang dapat memicu reaksi4.
Dengan kata lain, benjolan merah baru akan muncul setelah kulit menyentuh atau tersentuh sesuatu yang bersifat iritan atau alergen. Misalnya, sabun, karet (lateks), debu, deodoran, dan yang lainnya. Bahkan, pakaian dari bahan kain tertentu juga bisa memicu kondisi tersebut5.
Lantas, apakah dermatitis kontak masih berkaitan dengan urtikaria? Benar, menurut Cleveland Clinic, dermatitis kontak yang parah bisa berkembang menjadi urtikaria, ditandai dengan terjadinya angiodema atau pembengkakan6.
Meski begitu, tetap ada perbedaan antara dermatitis kontak dan urtikaria yang bisa dengan mudah dikenali. Pada dermatitis kontak, benjolan yang muncul bisa berisi cairan bening4. Gejala tersebut tidak ditemukan pada urtikaria.
Bicara soal prevalensi, sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat memaparkan, dermatitis kontak bisa terjadi pada semua kelompok usia dan jenis kelamin, termasuk anak-anak. Namun, kasusnya lebih sering dijumpai pada wanita dewasa7.
Perawatan yang bisa dilakukan
Dokter kemungkinan besar akan merekomendasikan pengobatan rumahan untuk mengatasi urtikaria dan dermatitis kontak, di antaranya meliputi:
1. Antihistamin
Antihistamin menjadi pilihan utama dalam pengobatan dermatitis kontak dan urtikaria, karena bisa membantu memblokir pelepasan senyawa histamin yang bertanggungjawab atas munculnya gejala. Salah satu antihistamin yang sering dipakai untuk mengatasi urtikaria dan dermatitis kontak adalah loratadine.
Dikutip dari NHS UK, loratadine mempunyai banyak keunggulan dibanding jenis antihistamin lainnya, seperti efek samping yang minim, dosis satu kali dalam sehari, dan tidak menyebabkan kantuk8.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid oral biasanya digunakan untuk membantu meredakan pembengkakan, kemerahan, dan rasa gatal. Tapi, obat ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jangka panjang, karena dapat berisiko menimbulkan efek samping serius berkepanjangan9.
3. Perubahan gaya hidup
Selain obat-obatan, kamu juga bisa mulai melakukan perubahan gaya hidup agar gejala yang sudah ada tidak bertambah parah, seperti9:
- Gunakan pakaian yang longgar dan ringan
- Hindari menggaruk kulit terlalu keras
- Hindari menggunakan sabun bertekstur keras
- Mandi untuk menenangkan area kulit yang gatal
- Hindari makanan yang bisa menjadi pemicu
- Gunakan tabir surya saat keluar ruangan
- Hindari menyentuh atau menggunakan benda yang bisa menjadi iritan dan alergen.
4. Kenali tanda-tanda darurat
Pada kasus yang berat, baik dermatitis kontak maupun urtikaria dapat membahayakan nyawa. Syok anafilaksis (reaksi berat) bisa saja terjadi, ditandai dengan pusing, sulit bernapas, serta pembengkakan parah pada bibir, kelopak mata, dan lidah.
Sebelum tanda itu muncul, rasa gatal pada kulit menjadi lebih berat dari biasanya. Segera berangkat ke fasilitas medis terdekat untuk mendapat perawatan tepat.
Lawan Urtikaria dan Dermatitis Kontak dengan Loratadine Tanpa Kantuk
Tak perlu bingung mencari perawatan yang tepat untuk mengatasi urtikaria dan dermatitis kontak, karena Loratadine Tanpa Kantuk bisa menjadi solusinya. Memiliki kandungan utama loratadine, Loratadine Tanpa Kantuk dapat membantumu meredakan dua gangguan kulit tersebut.
Dengan keunggulan loratadine seperti yang telah disebutkan, Loratadine Tanpa Kantuk bisa bantu bebaskan alergi sepanjang hari dan bekerja cepat ringankan gejala. Tak perlu khawatir, Loratadine Tanpa Kantuk sudah teruji klinis dalam hal efektivitas dan profil keamanannya. Jadi, tunggu apalagi, bebaskan dirimu dari urtikaria dan dermatitis kontak bersama Loratadine Tanpa Kantuk!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.
References
- Chronic Hives. Diunduh dari Mayo Clinic. Diakses 11 November 2021.
- Hives (Urticaria). Diunduh dari American College of Allergy, Asthma & Immunology. Diakses 11 November 2021.
- Urticaria and Angiodema. Diunduh dari National Institutes of Health. Diakses 11 November 2021.
- Contact Dermatitis. Diunduh dari American College of Allergy, Asthma & Immunology. Diakses 11 November 2021.
- Textille Contact Dermatitis. Diunduh dari DermNet NZ. Diakses 11 November 2021.
- Contact Dermatitis. Diunduh dari Cleveland Clinic. Diakses 11 November 2021.
- Prevalence of contact allergy in the general population: A systematic review and meta-analysis. Diunduh dari National Center for Biotechnology Information. Diakses 11 November 2021.
- Loratadine (Clarityn). Diunduh dari NHS UK. Diakses 11 November 2021.
- Contact Dermatitis. Diunduh dari Mayo Clinic. Diakses 11 November 2021.