Share This Article
Terkadang, mungkin kamu bertanya pada diri sendiri mengapa hal buruk terus terjadi pada dirimu. Tanpa sadar kamu merasa terjebak dalam pola hidup bermasalah, yang menghalangi kamu untuk mencapai sebuah tujuan.
Rasanya meskipun kamu mencoba membuat perubahan dan keluar dari pola ini. Entah bagaimana kamu selalu berakhir di tempat yang sama, lagi dan lagi.
Jika ini terdengar tidak asing, bisa jadi kamu sedang menyabotase diri sendiri. Cek apa saja penyebab, gejala, dan cara menghadapi kondisi ini.
Baca juga: Guys! Ini 4 Bahaya Kebanyakan Tidur Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
1. Apa yang menyebabkan self- sabotage?
Dilansir dari Healthline, self sabotage atau sabotase diri terjadi ketika kamu melakukan hal-hal tertentu yang adaptif dalam satu konteks tetapi tidak lagi diperlukan.
Misalnya kamu berupaya menyelesaikan tantangan hidup yang sebenarnya telah terjadi di masa kanak-kanak yang traumatis, hubungan yang beracun, atau hal-hal semacam itu.
Sabotase diri juga bisa diartikan sebagai perilaku atau pola pikir yang menahan dan mencegah kamu melakukan apa yang ingin kamu lakukan.
2. Beberapa contoh self- sabotage
Kamu dapat menyabotase diri sendiri dengan berbagai cara. Beberapa tandanya bisa terlihat jelas, tetapi bisa juga sulit dikenali. Berikut adalah beberapa contoh perilaku yang termasuk dalam kategori self sabotage.
Menyalahkan orang lain ketika ada yang salah
Jika kamu cenderung mencari kesalahan di tempat lain setiap kali menghadapi kesulitan, mungkin ada baiknya melihat lebih dekat bagian yang kamu mainkan dalam situasi yang terjadi. Bisa saja ini menjadi pertanda kamu sedang menyabotase diri sendiri.
Memilih untuk pergi ketika ada yang tidak berjalan lancar
Tidak ada salahnya move on dari situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan kamu. Tetapi akan lebih bijaksana, jika sebelum mengambil langkah mundur, kamu telah benar-benar berusaha optimal terlebih dahulu.
Ingat keraguan tentang kemampuan diri dapat membuat kamu tidak berkembang di sebuah tempat. Jadi ketika kamu menyerah sebelum berusaha keras, ini bisa membuat kamu tidak belajar bagaimana membuat pilihan yang berbeda di masa depan.
Senang menunda pekerjaan
Pernahkah kamu merasa stuck saat menghadapi tugas yang penting? Padahal kamu telah melakukan semua persiapan, tapi ujungnya kamu hanya menemukan bahwa kamu tidak dapat memulainya sama sekali.
Itu adalah salah satu contoh self-sabotage yang ditandai kebiasaan penundaan tanpa alasan jelas. Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, biasanya ini memiliki penyebab yang mendasarinya, seperti:
- Merasa kewalahan dengan apa yang perlu kamu lakukan
- Kesulitan mengatur waktu
- Meragukan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki.
3. Menghadapi self-sabotage
Dalam jangka pendek, self-sabotage atau sabotase diri bisa jadi terasa menyenangkan. Namun dalam jangka panjang, ini sangat mungkin membuat tujuan yang sudah ditetapkan gagal tercapai.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghadapi self-sabotage, di antaranya adalah:
Mengidentifikasi perilaku self sabotage
Mengakui bahwa kita menyabotase diri sendiri memang menyakitkan. Tapi tak ada salahnya memeriksa perilaku dirimu sendiri, untuk melihat apa yang membuat area tertentu dalam kehidupanmu sering berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Pelajari apa yang membuat kamu bersemangat
Setelah tahu bagaimana kamu menyabotase diri sendiri, perhatikan kapan kamu melakukan hal-hal ini. Apa yang membuat kamu merasa harus melakukan hal ini?
Mungkin nada marah dalam suara pasangan mengingatkan kamu akan momen dimarahi di masa kecil. Inilah yang membuatmu selalu menutup diri, bahkan ketika kemarahan tidak ditujukan kepada kamu.
Pemicu lain yang sering membuat perilaku menyabotase diri sendiri termasuk:
- Kebosanan
- Takut
- Hal-hal berjalan dengan baik
- Keraguan diri.
Mengenali pemicu tindakan self sabotage bisa membantu kamu menghindari perilaku ini. Setiap kali kamu menemukan pemicunya, cobalah untuk memunculkan satu atau dua reaksi produktif untuk menggantikan perilaku menyabotase diri sendiri.
Berlatihlah untuk merasa nyaman dengan kegagalan
Adalah normal untuk merasa takut akan penolakan, kegagalan, dan rasa sakit emosional lainnya. Hal-hal ini umumnya tidak menyenangkan untuk dihadapi, sehingga kamu mengambil langkah untuk menghindarinya.
Namun sikap seperti itu bisa menjadi masalah ketika kamu melibatkan perilaku sabotase diri.
Hal tersebut mungkin bisa mencegah pengalaman yang tidak diinginkan. Tetapi kamu juga pasti akan kehilangan hal-hal yang kamu inginkan, seperti hubungan yang kuat, teman dekat, atau peluang karir.
Untuk mengelola rasa takut ini, berusahalah untuk menerima kenyataan bahwa kegagalan dan rasa sakit adalah hal yang normal untuk dialami. Mulailah dari hal kecil dan cobalah mengambil pelajaran dari situ untuk membantu memilih keputusan yang lebih baik di masa depan.
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.