Share This Article
Publik dihebohkan atas kasus kematian Novia Widyasari, mahasiswi Universitas Brawijaya yang mengakhiri hidupnya karena toxic family atau perlakuan tak terpuji dari orang terdekatnya. Menjadi korban perilaku tak beradab dari kekasihnya, Novia justru mendapat perundungan dari pamannya sendiri.
Ini tentu bertolak belakang dengan konsep keluarga, di mana satu anggota saling membela dan membantu anggota lainnya. Ya, banyak yang mengaitkannya dengan toxic family. Apa itu toxic family? Bagaimana ciri-cirinya? Simak ulasan berikut ini!
Apa itu toxic family?
Pada dasarnya, keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalamnya, terdapat anggota yang saling terhubung dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan keluarga yang harmonis ditandai adanya rasa aman dan saling terlindungi, serta perlakuan yang jauh dari kekerasan.
Sayangnya, terkadang ada banyak masalah yang menyebabkan hubungan satu sama lain menjadi tidak sehat. Konflik mungkin bisa terjadi, namun bagaimana cara mengatasinya perlu diperhatikan demi mempertahankan keharmonisan.
Toxic family terjadi ketika ada fungsi dari keluarga yang tidak berjalan. Berbeda dari sifat keluarga harmonis, toxic family bisa membuat anggotanya saling tidak menaruh hormat dan muncul perlakuan yang tidak baik.
Penyebab toxic family
Menurut sebuah penelitian yang terbit di Journal of Family Medicine and Disease Prevention, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan perilaku toxic dalam sebuah hubungan keluarga, di antaranya adalah:
- Orang tua yang abusive, bersikap otoriter, atau terlalu memanjakan anak
- Adanya campur tangan dari keluarga besar untuk suatu urusan
- Peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan, misalnya perceraian
- Anak memiliki penyakit kronis atau sebagai penyandang disabilitas
- Ada anggota keluarga yang memiliki gangguan kepribadian
- Status ekonomi dan sosial dari keluarga
- Value yang dimiliki oleh keluarga
- Keluarga pendahulu yang sudah memiliki sifat toxic.
Ciri-ciri toxic family
Ada banyak ciri-ciri yang bisa menggambarkan bahwa kamu sedang berada dalam sebuah toxic family, di antaranya adalah:
- Kontrol berlebih dari orang lain
- Tidak ada rasa cinta, kasih sayang, dan saling menghargai
- Kurangnya rasa empati
- Perilaku tidak menyenangkan, baik secara fisik, verbal, dan emosi
- Kritik tiada henti
- Tidak adanya privasi
- Adanya konflik dan permusuhan terus-menerus
- Saling serang satu sama lain.
Perlukah memutus hubungan?
Hidup di tengah anggota keluarga yang toxic memang bisa memberi banyak dampak buruk, terutama pada kesehatan mental. Dalam banyak kasus, tak jarang seseorang memilih untuk menghindar dan memutus hubungan dengan anggota keluarga yang dinilai toxic.
Namun, ini semua kembali pada dirimu sendiri. Seperti yang telah disebutkan, keluarga adalah unit terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Ini bisa menjadi pertimbangan agar kamu tetap mempertahankan hubungan dengan anggota keluarga.
Meski begitu, menjaga jarak untuk sementara waktu juga tak ada salahnya. Kamu bisa membatasi interaksi dengan anggota keluarga yang dinilai toxic, demi menjaga kesehatan mental. Lagi-lagi, semua keputusan ada di tanganmu.
Keluarga dekat dan jauh dalam toxic family
Banyak orang berpikir bahwa perilaku toxic cenderung berasal dari anggota keluarga jauh yang jarang terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, hubungan yang ‘beracun’ justru biasanya datang dari orang yang sudah intens dalam berinteraksi.
Dikutip dari The Pragmatic Parent, orang yang paling sering menunjukkan perilaku toxic adalah orang yang paling dekat denganmu. Bahkan, tidak hanya anggota keluarga, sahabat atau kekasih yang juga merupakan orang terdekat bisa pula menjadi orang yang paling toxic dalam kehidupanmu.
Memperbaiki hubungan yang sudah rusak, bisa atau tidak?
Memperbaiki hubungan dengan seseorang yang telah rusak adalah hal yang baik. Ini berlaku untuk siapa saja, baik teman maupun keluarga. Kondisi itu disebut sebagai relationship maintenance, sebuah upaya untuk menjaga atau memperbaiki suatu hubungan.
Menurut sebuah publikasi di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, sebuah hubungan dibangun atas dasar komunikasi yang terus-menerus secara dinamis. Artinya, komunikasi adalah kunci utama untuk memperbaiki sebuah hubungan yang sudah rusak.
Nah, itulah ulasan tentang toxic family dan hal-hal yang bisa kamu lakukan jika terjebak di dalamnya. Selalu bangun komunikasi yang baik agar keharmonisan keluarga tetap terjaga, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.