Share This Article
Belakangan kata burnout sering digunakan untuk menggambarkan kondisi pekerja yang sudah terlalu lelah menghadapi pekerjaannya. Ada juga yang menyebutnya sebagai stres akibat pekerjaan yang terlalu berat.
Tapi apakah burnout syndrome dan stres akibat pekerjaan adalah hal yang sama? Untuk mengetahuinya, berikut penjelasan kedua hal tersebut. Karena ternyata keduanya berbeda loh.
Baca Juga: Stres Kerja Bisa Sebabkan Kenaikan Berat Badan, Bagaimana Faktanya?
Apa itu burnout?
Menurut World Health Organization (WHO), burnout adalah sindrom yang dikonseptualisasikan akibat dari stres kronis di tempat kerja. Stres tersebut gagal dikelola dan biasanya mengakibatkan munculnya tanda-tanda seperti:
- Perasaan selalu kehabisan energi atau kelelahan
- Adanya perasaan negatif atau sinisme terkait dengan pekerjaan seseorang
- Mengurangi sisi profesionalitas seseorang.
Atau bisa disebut juga, burnout adalah salah satu jenis khusus dari stres yang diakibatkan oleh pekerjaan. WHO sendiri menambahkan jika burnout adalah istilah yang hanya digunakan untuk konteks pekerjaan.
Istilah burnout tidak boleh digunakan untuk menggambarkan pengalaman di bidang lain kehidupan. Kondisi ini tidak diklasifikasikan sebagai kondisi medis dan termasuk ke dalam klasifikasi penyakit internasional sebagai fenomena pekerjaan.
Apa saja penyebab burnout?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami burnout syndrome, di antaranya:
Tidak mampu mengontrol pekerjaan
Hal ini mengacu pada ketidakmampuan diri untuk memengaruhi keputusan-keputusan dalam pekerjaan. Misalnya tidak dapat memengaruhi jadwal, jumlah tugas hingga beban kerja.
Kondisi itu lambat laun akan menyebabkan seseorang kelelahan. Belum lagi ditambah kondisi kurangnya sumber daya manusia yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pekerjaan yang tidak jelas
Tidak jelasnya tingkat otoritas karir dapat membuat seseorang tidak nyaman dalam bekerja. Begitu juga ketidakjelasan ekspektasi dari orang lain atau dari atasan kamu tentang apa yang bisa kamu kerjakan.
Masalah dinamika di tempat kerja
Bekerja dengan rekan sekantor yang intimidatif atau merasa diremehkan dengan rekan kerja dan atau atasan dapat menyebabkan tekanan. Atau memiliki atasan yang sangat mengatur pekerjaan juga dapat membuat seseorang stres, yang kemudian memicu burnout.
Kurangnya kehidupan bersosialisasi
Seseorang yang memiliki beban pekerjaan yang berat mungkin akan merasa terisolasi dari kehidupan pribadi dan kehidupan bersosialisasi. Saat mengalaminya, kamu akan semakin merasa stres di tempat kerja hingga mengalami burnout.
Tidak mendapatkan keseimbangan hidup
Jika pekerjaan terlalu banyak, berujung dengan menyita banyak waktu dan tenaga. Akibatnya kamu sudah terlanjur kehabisan tenaga untuk melakukan kegiatan atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman.
Jika dipaksakan berkumpul dengan keluarga dan teman, kamu akan merasa cepat lelah. Karena energimu sudah terkuras untuk fokus pada pekerjaan.
Bagaimana dengan stres?
Stres adalah perasaan alami saat seseorang tidak mampu mengatasi tuntutan dan kejadian tertentu. Jika tidak ditangani, stres bisa menjadi kondisi yang kronis.
Stres bisa disebabkan banyak hal, bisa karena hubungan, masalah keuangan, masalah keluarga, situasi lainnya hingga masalah pekerjaan. Jika disebabkan oleh kondisi pekerjaan, maka disebut dengan stres akibat pekerjaan.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan stres pekerjaan sebagai respons fisik dan emosional yang terjadi akibat pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya atau kebutuhan pekerja.
Stres yang dibiarkan tanpa dikelola dapat menyebabkan kesehatan yang buruk. Bahkan dapat menyebabkan cedera.
Apa saja yang menyebabkan stres pekerjaan?
- Beban kerja yang berat
- Gaya manajemen yang tidak sesuai
- Hubungan dengan rekan kerja yang kurang baik
- Masalah karir seperti kurangnya kesempatan untuk berkembang
- Hingga kondisi lingkungan yang mendukung seperti lokasi kantor yang bising dan masalah polusi udara.
Namun, kondisi tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara. Perubahan kondisi kantor juga akan memberi dampak.
Seperti dikutip dari CDC, bahwa organisasi dengan pekerja sehat dan produktivitas tinggi biasanya memiliki karakteristik seperti:
- Pengakuan karyawan atas prestasi kerja
- Peluang perkembangan karir
- Budaya menghargai pekerja individu
- Manajemen yang selaras dengan nilai-nilai organisasi.
Baca Juga: Hati-hati! Stres Kerja Bisa Tingkatkan Risiko Stroke Lho!
Garis besar perbedaan burnout dan stres pekerjaan biasa
Menurut Psychologytoday, perbedaan utama antara burnout dan stres biasa adalah:
Stres dalam bekerja masih dapat membuat kamu menyelesaikan pekerjaan. Kamu masih memiliki keinginan untuk berjuang dan ingin mengatasi masalah yang terjadi.
Tapi jika sudah mengalami burnout, kamu seperti kendaraan yang kehabisan bensin. Kamu sama sekali tidak memiliki keinginan atau harapan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu.
Burnout membuat seseorang merasa putus asa dan kekecewaan yang mendalam. Merasa apa yang sudah dilakukan menjadi sia-sia, membuat minat dan motivasi habis terkuras.
Masih punya pertanyaan lain seputar burnout dan stres di tempat kerja?
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!