Share This Article
Tingkat bunuh diri pada remaja telah mengalami peningkatan selama beberapa dekade terakhir. Hal ini salah satunya dipicu oleh tingginya alokasi waktu yang dihabiskan oleh mereka di depan layar.
Termasuk saat berlebihan melihat handphone, televisi, video game, dan sejenisnya.
Beberapa studi juga telah meneliti kaitan antara kedua hal tersebut. Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasan di bawah ini.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Otak saat Seseorang Memutuskan Bunuh Diri?
Benarkah screen time berlebihan memicu risiko bunuh diri?
Dilansir Social Work Today, sebuah penelitian menyajikan bukti kuat bahwa semakin banyak remaja menghabiskan waktu di smartphone dan layar elektronik lainnya, semakin besar kemungkinan mereka merasa tertekan dan memikirkan, atau bahkan mencoba bunuh diri.
Profesor Thomas Joiner dari Florida State University Robert O. Lawton, yang ikut menulis studi tersebut mengatakan, bahwa screen time harus dianggap sebagai faktor risiko modern untuk depresi dan bunuh diri.
“Ada hubungan mengkhawatirkan antara waktu menonton yang berlebihan dan risiko kematian akibat bunuh diri, depresi dan upaya bunuh diri,” kata Joiner.
Studi: Berlebihan menatap layar rentan memicu bunuh diri di masa dewasa
Studi lain yang diterbitkan di The Journal of Youth and Adolescence, juga menemukan hubungan antara berbagai jenis screen time dari masa remaja hingga dewasa dengan risiko bunuh diri di masa dewasa.
Penelitian ini melibatkan sebanyak 500 peserta remaja, di mana 51 persen di antaranya adalah perempuan. Mereka pertama kali disurvei pada tahun 2009, yakni ketika rata-rata berusia 13,82 tahun (kisaran 12-15 tahun).
Hasilnya diketahui bahwa penggunaan media sosial atau televisi yang tinggi di masa remaja awal mereka, sangat berpengaruh dalam memicu risiko bunuh diri di masa dewasa.
Pengaruh screen time dalam memicu bunuh diri pada anak perempuan dan laki-laki
Penelitian ini menggunakan pengukuran pengindraan pasif pada gelombang akhir pengumpulan data, untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat dan lengkap. Khususnya tentang penggunaan ponsel.
Hasilnya ditemukan fakta bahwa penggunaan aplikasi hiburan sangat berisiko bagi anak perempuan, sementara membaca aplikasi lebih berisiko memicu bunuh diri bagi anak laki-laki.
Studi tersebut menunjukkan peningkatan penggunaan video game sangat bisa memicu risiko bunuh diri pada anak perempuan. Sementara itu, penggunaan video game oleh anak laki-laki yang juga sedang mengalami cyberbullying juga bisa memicu timbulnya risiko bunuh diri.
Baca juga: Mengenal Cyber Bullying dan Dampak Buruk bagi Korban
Kecanduan screen time membuat remaja merasa depresi
Sarah Coyne, penulis utama studi tersebut yang juga merupakan direktur the School of Family Life at Brigham Young University mencatat bahwa screen time yang berlebihan juga dapat mengarah pada hal negatif bagi anak muda.
Menonton televisi yang berlebihan, misalnya, dapat menghalangi pengalaman sosial secara tatap muka dengan orang di sekelilingnya.
Sementara itu, pecandu media sosial yang sedang ramai digunakan juga rentan menimbulkan perasaan cemburu, cemas, dan ketakutan karena ditinggalkan.
“Remaja belum siap untuk semua yang akan mereka temui di media sosial,” ujar Coyne, seperti dikutip dari NY Post.
Apa saja yang perlu diperhatikan orang tua?
Joiner mendorong orang tua untuk lebih aktif melacak waktu menonton layar yang dilakukan anak-anak mereka. Karena aktivitas tersebut sangat berkaitan dengan depresi dan perilaku bunuh diri.
Menerapkan batasan, seperti batasan waktu, atau jenis tontonan, juga mungkin dapat bermanfaat dalam upaya pencegahan bunuh diri. Tak hanya itu, orang tua juga diharapkan dapat mengganti aktivitas virtual dengan kegiatan offline.
Dorong anak untuk berpikir kritis dan memperhatikan waktunya saat menatap layer secara online. Tanyakan pada anak, bagaimana perasaan mereka saat bermain media sosial? Siapa yang mereka ikuti? Dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya.
Dengan begitu, diharapkan orang tua dapat lebih mengenali pola screen time yang dimiliki anak dan mampu mendeteksi lebih dini jika kebiasaan ini mulai berpengaruh buruk pada kehidupannya secara psikologis.
Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!