Share This Article
Saat ini, media sosial hampir tak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ada banyak fungsi yang dijalankan oleh media sosial, salah satunya adalah tren gaya hidup. Tanpa disadari, kondisi ini justru bisa memunculkan sindrom FOMO.
Jika dibiarkan, FOMO dapat memberi dampak yang buruk pada kesehatan mental. Seperti apa sih FOMO itu? Apa saja ciri-cirinya? Serta, bagaimana bisa FOMO memengaruhi kesehatan mental? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
Baca juga: Mengenal Flexing: Tren Pamer Harta dan Hidup Mewah di Media Sosial
Apa itu FOMO?
Melansir Centre for Mental Health, FOMO atau fear of missing out merupakan keinginan untuk selalu terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain. Kata ‘fear’ yang terkandung di dalamnya mengacu pada rasa takut yang muncul saat melewatkan hal tersebut.
Dalam banyak kasus, FOMO sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial. Seseorang yang memiliki FOMO akan berusaha untuk selalu mengecek smartphone-nya agar tak ketinggalan unggahan terbaru di media sosial atau hanya sekadar memeriksa notifikasi.
Pada tahapan yang akut, fokus pengidap FOMO mungkin akan langsung teralihkan sesaat setelah mendengar bunyi ‘beep’ dari ponselnya. Lama-kelamaan, hal ini akan berperngaruh pada rutinitas harian lainnya.
Mengapa bisa terjadi?
Mengutip dari Verywell Family, pada umumnya, setiap orang selalu peduli dengan ‘posisi’-nya di lingkungan sosial. Tapi dengan munculnya media sosial, FOMO menjadi nampak lebih terasa, terutama pada kaum muda atau generasi milenial.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang-orang yang memiliki sindrom FOMO cenderung menaruh perhatian besar pada media sosial, misalnya sekadar melihat pembaruan unggahan. Rasa percaya diri akan turun jika tidak bisa melakukan hal seperti yang dilihat pada unggahan.
Belum lagi, bagi sebagian besar remaja, media sosial telah menjadi platform sebagai tolok ukur kehidupan. Artinya, standar kehidupan diukur berdasarkan unggahan yang dilihat. Ini yang kemudian memunculkan dorongan kuat untuk terus terhubung dengan cara selalu mengecek ponsel.
Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ini Lho Perbedaan Stres dan Depresi
Ciri-ciri dan gejala FOMO
Mengecek media sosial adalah hal yang wajar untuk dilakukan. Sayangnya, tidak sedikit yang terjebak pada sindrom FOMO. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Menunda pekerjaan lain
Orang dengan FOMO cenderung lebih mementingkan media sosial ketimbang hal lain. Ini dibuktikan oleh sebuah penelitian baru-baru ini, seseorang yang mengidap FOMO akan mudah tergoda untuk membuka media sosial, lalu menunda pekerjaan lainnya.
2. Tekanan pada pikiran
Jika unggahan dari teman membuatmu stres, besar kemungkinan kamu mengalami FOMO. Sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat memaparkan bahwa pengidap FOMO cenderung menaruh perhatian serius pada unggahan di media sosial.
Bahkan, pada beberapa kasus, pikiran menjadi kacau dan akhirnya menghambat produktivitas.
3. Menghabiskan lebih banyak uang
Pengidap FOMO cenderung mengukur standar kehidupannya dengan apa yang dilihat di media sosial. Tak sedikit yang rela merogoh kocek untuk memenuhi ‘kebutuhan semu’ tersebut.
Bahkan, mengutip dari Health by Principle, pengidap FOMO akan tetap membeli sesuatu meski tidak punya uang yang cukup. Akhirnya, utang adalah salah satu jalan yang akan ditempuh.
4. Cemas jika tidak membuka media sosial
Gejala paling umum dari FOMO adalah rasa takut atau cemas jika tidak membuka atau mengakses media sosial dalam jangka waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh dorongan yang kuat untuk selalu up-to-date dengan unggahan-unggahan terbaru yang muncul.
Bagaimana FOMO mengganggu kesehatan mental?
Psychology Today menyebutkan bahwa sindrom FOMO sangat berkaitan dengan kesehatan mental. Pada tahapan yang parah, FOMO akan benar-benar mengganggu kondisi mental, jika:
- Rasa percaya diri menurun
- Merasa kesepian
- Inferioritas atau merasa lebih rendah dari orang lain
- Membenci diri sendiri
FOMO juga ikut andil dalam menciptakan gangguan kecemasan yang dapat berujung pada depresi. World Health Organization sendiri telah memasukkan depresi sebagai gangguan mental yang kini tengah diidap oleh lebih dari 260 juta orang di seluruh dunia.
Baca juga: Stres Berlebih hingga Sakit? Awas Kena Gangguan Psikosomatis!
Bagaimana cara mengatasi FOMO?
FOMO adalah kondisi yang bisa mengganggu kesehatan mental jika terjadi terus-menerus. Sehingga, sangat penting untuk mengatasinya sesegera mungkin, salah satunya dengan mengubah perspektif tentang media sosial itu sendiri.
Alih-alih untuk mengukur standar kehidupan, gunakan jejaring sosial untuk mencari informasi-informasi penting atau pelatihan yang bisa mengasah kemampuan dan wawasan.
Tanamkan dalam diri jika tidak semua unggahan adalah real. Banyak orang hanya mengunggah hal menyenangkan ke akun pribadinya. Selain itu, tak ada salahnya juga untuk bersikap acuh. Dengan begitu, kamu tidak akan terpancing untuk menjadikan media sosial sebagai tolok ukur kehidupan.
Kamu bisa menerapkan JOMO atau joy of missing out, yaitu menikmati setiap hal yang dikerjakan tanpa khawatir dengan yang orang lain lakukan.
Nah, itulah ulasan lengkap tentang FOMO dan dampaknya untuk kesehatan mental. Tidak ada yang salah dengan menggunakan media sosial, tapi jangan biarkan kebiasaan tersebut menguasi diri sehingga mengganggu aktivitas lainnya. Tetap jaga kesehatan, ya!
Jangan pernah ragu untuk konsultasikan masalah kesehatanmu bersama dokter terpercaya di Good Doctor. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!