Share This Article
Baru-baru ini seorang perempuan buka suara di media sosial Twitter yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang public figure.
Meski sudah terjadi beberapa tahun silam, korban baru kali ini mau mengungkap dengan gamblang soal kronologi dan juga sosok si pelaku.
Untuk bisa buka suara sebagai korban pelecehan tersebut, bukanlah hal yang mudah. Butuh waktu dan proses pemulihan yang berat. Lalu seperti apa sih cara memulihkan trauma pada korban pelecehan seksual? Simak ulasannya berikut ini!
Efek pelecehan seksual pada kesehatan mental
Korban pelecehan seksual rentan mengalami trauma dan memiliki kesehatan mental yang buruk. Trauma terjadi ketika kemampuan seseorang untuk mengatasinya sangat rendah.
Ketika trauma selesai, seringkali ada respons emosional yang mendalam terhadap apa yang telah terjadi, serta gejala fisik, atau somatik.
Beberapa individu merasakan rasa malu dan/atau marah yang mendalam. Kemarahan adalah emosi yang normal dan sehat untuk dialami ketika batas dilanggar.
Seorang korban pelecehan dapat pulih dari pengalaman ini dan mendapatkan kembali rasa kepercayaan diri dan kekuatan dengan beberapa terapi.
Baca Juga : Dampak Psikologis Korban Pelecehan Seksual: Depresi hingga Bunuh Diri
Cara mengatasi trauma akibat pelecehan seksual
Jika kamu atau orang terdekat kamu mengalami pelecehan seksual, selalu ada cara untuk mengatasi trauma tersebut.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma akibat pelecehan seksual:
1. Buka suara terkait apa yang kamu alami
Langkah pertama untuk mengatasi trauma pelecehan seksual yang kamu lalui adalah buka suara. Kamu dapat menceritakan apa yang kamu alami dengan orang yang paling kamu percaya.
Bisa sahabat, keluarga, atau konselor kesehatan mental. Atau kamu juga bisa bergabung dengan komunitas atau support group korban pemerkosaan atau pelecehan lainnya.
Langkah pertama ini pasti akan sulit dan sangatlah berat, tapi perlu kamu ingat bahwa dengan diam kamu justru menyangkal diri membantu dan memperkuat korban.
2. Hilangkan perasaan malu dan bersalah
Perasaan malu dan bersalah bisa terus muncul bahkan bertahun-tahun setelah kejadian. Kamu akan terus menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Tapi ingatlah, semua terjadi bukan karena kamu!
Perasaan bersalah dan malu sering berasal dari kesalahpahaman seperti pemikiran “kenapa aku tidak menghentikannya?”, “kenapa waktu itu diam saja?”, “apakah karena pakaian yang aku pakai?”, dan lain-lain.
Ketika kamu berada di tengah-tengah penyerangan, otak dan tubuh mengalami shock. Kamu tidak bisa berpikir jernih. Banyak orang mengatakan mereka merasa “beku.” Jadi, jangan menilai diri sendiri atas reaksi alami terhadap trauma ini.
Ingatlah, kamu TIDAK bisa disalahkan. Orang yang melakukan tindakan membuat pilihan. Dan yang terpenting, kamu selamat dan masih hidup sekarang.
Ada begitu banyak orang yang mencintaimu. Kamu masih mampu menjadi diri sendiri dan melakukan apa yang kamu inginkan, dan itu menjadi lebih baik.
Baca Juga : Bantu Korban Pelecehan Seksual dengan Lakukan 5 Cara Ini
3. Lakukan aktivitas yang membuat terhubung dengan tubuhmu
Dengan beberapa bentuk kekerasan seksual, korban cenderung terputus dari tubuh mereka. Karena sistem saraf kamu berada dalam keadaan hipersensitif setelah pemerkosaan atau penyerangan, kamu mungkin mulai mencoba mematikan rasa atau menghindari hubungan apapun dengan trauma tersebut.
Tapi kamu tidak bisa selektif mematikan perasaan. Ketika kamu mematikan sensasi yang tidak menyenangkan, kamu juga mematikan kesadaran diri dan kapasitas untuk bersenang-senang.
Pada akhirnya kamu terputus baik secara emosional maupun fisik, ada tetapi tidak sepenuhnya hidup. Merasakan dan terhubung dengan tubuh memungkinkan kamu untuk kembali ke diri sendiri dan menemukan rasa kehadiran yang lebih mengakar.
Kamu bisa melakukan aktivitas seperti meditasi, yoga, mengikuti aktivitas kelas menari, atau apapun aktivitas yang menyenangkan bagi kamu. Beberapa orang menggunakan olahraga untuk meningkatkan suasana hati mereka dan membakar tenaga.
Lainnya merekam emosi mereka dalam buku harian atau mengekspresikan perasaan mereka melalui seni. Aktivitas apapun yang membuat kamu bahagia kemungkinan besar akan membantu.
4. Pintar mengonsumsi media
Film, acara TV, artikel berita, atau bahkan buku yang menampilkan kekerasan seksual, inses, dan pelecehan seksual bisa sangat sulit ditonton oleh penyintas atau korban pelecehan seksual.
Jika kamu tidak yakin apakah sebuah buku atau berita akan membuat kamu kesal, kamu mungkin ingin membacanya di tempat pribadi. Jika kamu menemukan pemicu, ingatlah kamu selalu dapat menutup buku atau mematikan komputer.
Ataupun bahkan jika kamu sedang menikmati film dengan teman-teman, kamu dapat meninggalkan ruangan bioskop jika ada sesuatu yang mengganggu. Kamu tidak harus menempatkan perasaan orang lain di atas kesehatan mental kamu sendiri.
Di tengah arus digital apalagi sosial media yang begitu gencar saat ini, kamu harus pintar memilah. Hindari menonton program apa pun yang dapat memicu kenangan buruk atau kilas balik.
Di sosial media kamu dapat memblokir beberapa keyword seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, dan lain-lain agar tidak muncul di beranda kamu.
5. Ikuti terapi profesional
Seorang terapis dapat membantu kamu mengatasi trauma pelecehan seksual yang kamu alami. Ada banyak jenis terapi yang dapat mengobati korban pelecehan seksual.
Berikut beberapa jenis terapi yang dapat membantu mengatasi trauma korban pelecehan seksual:
- Terapi kedalaman atau depth therapy
- Eye movement desensitization and reprocessing therapy (EMDR)
- Cognitive behavioral therapy (CBT)
- Terapi bermain (untuk anak kecil yang mengalami pelecehan seksual)
- Terapi seks dapat membantu orang dewasa yang mungkin memiliki masalah keintiman setelah pulih dari pelecehan seksual.
Seorang terapis dapat menilai situasi seseorang dan menentukan perawatan mana yang paling tepat. Dalam beberapa kasus, terapis dapat menggunakan beberapa jenis terapi sekaligus.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar kesehatan? Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!