Share This Article
Ghosting atau tiba-tiba menghilang dari kehidupan seseorang telah menjadi fenomena umum dalam suatu hubungan. Hal ini bisa terjadi di awal atau pertengahan hubungan baik secara langsung maupun online.
Orang yang pernah dighosting terkadang akan menyimpan luka tersendiri sehingga menjadi trauma. Nah, untuk mencegah agar tidak trauma setelah dighosting, yuk, simak penjelasan lebih lengkap berikut.
Baca juga: Bahaya Oversharing Kehidupan Pribadi Secara Online bagi Kesehatan Mental
Alasan beberapa orang melakukan ghosting
Perlu diketahui, ghosting tidak hanya terjadi dalam hubungan percintaan, akan tetapi juga pertemanan atau lingkungan pekerjaan. Dilansir dari Healthline, orang-orang melakukan ghosting karena berbagai alasan yang dapat bervariasi dalam kompleksitas.
Beberapa alasan seseorang melakukan ghosting pada orang lain ini terkadang cukup sepele. Alasan-alasan yang bisa mendasari seseorang melakukan ghosting kepada orang lain, antara lain sebagai berikut:
Merasa takut
Ketakutan akan hal yang tidak diketahui sudah tertanam dalam diri manusia. Seseorang mungkin memutuskan untuk mengakhiri suatu hubungan karena takut mengenal orang baru atau takut reaksinya jika putus.
Penghindaran konflik
Manusia secara naluriah akan bersosialisasi dan jika mengganggu hubungan sosial apapun baik atau buruk dapat memengaruhi kualitas hidup.
Akibatnya, pelaku ghosting mungkin merasa lebih nyaman untuk tidak pernah bertemu dengan seseorang daripada harus menghadapi potensi konflik.
Kurangnya konsekuensi
Jika baru saja bertemu seseorang, maka mungkin akan merasa tidak ada yang dipertaruhkan untuk mempertahankan hubungan tersebut. Karena itu, seseorang yang melakukan ghosting terkadang merasa hal tersebut bukan masalah besar jika keluar dari kehidupan.
Apa saja tips agar tidak trauma setelah dighosting?
Untuk menghindari trauma, kamu perlu mengetahui tips-tips setelah dighosting seseorang. Dalam situasi setelah dighosting, beberapa hal tepat yang bisa kamu lakukan yakni sebagai berikut:
Jangan menyalahkan diri sendiri secara otomatis
Jika kamu tidak memiliki bukti atau konteks untuk menyimpulkan mengapa orang lain melakukan ghosting, maka jangan pernah merendahkan diri sendiri. Hal ini hanya akan membuat diri sendiri semakin terluka secara emosional.
Habiskan waktu bersama teman atau keluarga
Carilah persahabatan dengan orang-orang yang kamu percayai dan bersama siapa bisa berbagi perasaan cinta. Memiliki hubungan yang positif dan sehat dapat membantu kamu dalam menghindari trauma setelah dighosting.
Jaga pikiran dan tubuh
Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa melakukan pekerjaan dasar, seperti makan dengan baik, cukup tidur, dan berolahraga sangat penting untuk mengelola nyeri psikis. Latihan pikiran dan tubuh, berupa yoga atau meditasi dapat membantu menurunkan produksi hormon stres.
Selain itu, menjaga pikiran dan tubuh juga bisa membantu mengurangi ketegangan fisik serta emosional. Bahkan, cara ini dapat mengubah beberapa jalur saraf yang menyebabkan rasa sakit emosional.
Jangan menggunakan obat terlarang sebagai pelarian
Pastikan untuk tidak pernah mematikan rasa sakit dengan menggunakan obat-obatan terlarang maupun minuman keras.
Perbaikan ini hanya bersifat sementara dan justru akan membuat trauma semakin terasa. Selain itu, kamu mungkin akan menghadapi perasaan yang lebih sulit pada hubungan selanjutnya.
Cari bantuan profesional
Jangan takut untuk menghubungi terapis atau konselor yang dapat membantu mengartikulasikan perasaan kompleks akibat dighosting. Para profesional dapat memberi strategi penanggulangan lebih lanjut untuk memastikan kamu keluar dari sisi terburuk.
Meskipun ghosting telah dinormalisasi, nyatanya cara ini bisa mengganggu kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Pengalaman ini juga mungkin mengakibatkan kamu menunjukkan berbagai emosi negatif dan mempertanyakan diri sendiri.
Untuk menghindari kondisi tidak sehat itu, kamu harus mengangkat kepala tinggi-tinggi dan pegang martabat dengan kuat.
Beri diri sendiri perawatan dan bangun ketahanan dengan baik selama masa menyakitkan tersebut. Jika kamu kesulitan menghadapinya sendiri, segera minta bantuan orang lain.
Baca juga: Studi Terbaru: Kurang Tidur di Usia 50 tahun Meningkatkan Risiko Demensia
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!