Share This Article
Pernahkah kamu mendengar soal alergi pada pekerjaan? Meski terdengar mustahil, kasus ini benar adanya, lho.
Caitlin Taylor, seorang pekerja sebuah bank di Inggris mengalami berbagai gejala alergi termasuk bengkak memerah di sekujur tubuh.
Perempuan usia 30 tahun ini telah menjalani berbagai pengobatan namun tak membuahkan hasil. Sampai akhirnya ia memutuskan mundur dari pekerjaan, dan ternyata gejala alergi yang ia alami menghilang!
Kisah Caitlin Taylor, mengalami reaksi alergi saat bekerja
Caitlin adalah seorang bankir yang bekerja sangat keras setiap harinya. Ia setidaknya menghabiskan waktu hingga 16 jam setiap harinya untuk bekerja.
Pekerjaan berat yang penuh stres membuatnya mengalami berbagai gejala alergi mulai dari gatal-gatal di sekujur tubuh, wajahnya menjadi sangat bengkak, dan membuatnya hampir tidak bisa melihat.
Selain itu, ia juga mulai mengalami berbagai gejala lain seperti brain fog dan penurunan rasa percaya diri.
Memutuskan untuk menjalani perawatan alergi
Pada awal gejala alerginya muncul, Caitlin pergi ke rumah sakit dan didiagnosis mengalami reaksi alergi biasa. Ia diberi obat steroid dan antihistamin yang cukup kuat untuk mengatasi gejala yang muncul.
Namun, pengobatan tersebut tidak membuahkan hasil dan gejala alergi terus saja muncul. Selain itu, pengobatan steroid yang ia gunakan juga membuat berat badan Caitlin bertambah.
Dokter juga melakukan banyak tes dan pada satu titik bahkan mencurigai Caitlin mungkin menderita kanker, namun dokter tidak dapat menemukan apa yang salah.
Caitlin Taylor diduga mengalami ‘alergi pada pekerjaan’
Caitlin akhirnya melakukan perawatan dirawat di rumah sakit selama tiga minggu berturut-turut setelah mengalami gejala sulit bernapas. Ia juga berkonsultasi dengan ahli kesehatan alternatif dan menemukan jawaban.
Para ahli ini mendiagnosis Caitlin dengan reaksi alergi ekstrem yang ia alami terjadi akibat tekanan stres. Ia diperingatkan untuk mengurangi intensitas pekerjaannya atau harus mengonsumsi obat selama sisa hidupnya.
Caitlin akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan dan menggunakan uang tabungannya untuk berlibur keliling dunia.
Setelah melakukan perjalanan selama 6 bulan dan menjalani pola makan yang sehat berupa diet anti-inflamasi, Caitlin tak lagi mengalami reaksi alergi layaknya saat ia bekerja. Penyakitnya hilang!
Kaitan antara stres dan alergi
Reaksi alergi dapat terjadi saat sistem kekebalan tubuh kamu mendeteksi adanya alergen atau zat penyebab alergi. Stres karena alasan apapun termasuk pekerjaan ternyata dapat memengaruhi alergi.
Stres memperkuat reaksi emosional terhadap gejala apa pun yang kita alami. Melansir Harvard Edu, Dr Sedaghat mengatakan stres dapat meningkatkan betapa kamu terganggu oleh gejala alergi.
Stres dapat memperburuk respons alergi, Dr Sedaghat menyebut penyebab pastinya belum diketahui namun hormon stres dapat meningkatkan respons sistem kekebalan yang sudah berlebihan terhadap alergen.
Dengan kata lain, jika kamu merasa stres karena alasan apapun, kamu mungkin menghadapi gejala alergi yang lebih buruk dari biasanya.
Stres bisa membuat reaksi alergi lebih parah
Selama lebih dari satu dekade, penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara alergi dan stres. Stres tidak menyebabkan alergi, tetapi tampaknya memicu reaksi alergi semakin parah.
Salah satunya adalah penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Allergy, Asthma & Immunology. Penelitian tersebut menemukan bahwa stres psikologis meningkatkan aktivasi alergi MC (mast cells).Â
Bukti pada objek manusia menunjukkan bahwa stres juga merangsang MC melalui CRH (hormon pelepas kortikotropin) secara langsung. Bisa juga merangsang bersama peptida lain untuk melepaskan molekul proinflamasi yang berkontribusi pada patogenesis penyakit atopik.
Selain itu, penelitian dari Osaka City University juga menemukan kalau kehadiran hormon stres dalam tubuh bisa memperburuk alergi hidung. Namun, penelitian ini baru dilakukan pada tikus, belum pada manusia.
Waspada pemicu alergi di tempat kerja
Selain stres, reaksi alergi yang kamu alami saat bekerja juga dapat dipicu oleh lingkungan tempat kerja. Melansir American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI), dermatitis kontak dan asma akibat kerja adalah masalah kesehatan terkait pekerjaan yang paling umum.
Dermatitis kontak akibat kerja melibatkan peradangan akut atau kronis pada kulit akibat paparan bahan kimia, biologis, atau fisik di tempat kerja. Setelah kulit, paru-paru adalah organ yang paling sering terkena di tempat kerja.
Dengan dermatitis kontak dan asma, reaksinya bisa alergi atau disebabkan oleh iritasi. Pada kasus dermatitis kontak akibat kerja, 80 persen kasus terjadi pada tangan, yang bisa menjadi kering, pecah-pecah, tidak merata, merah, dan bersisik.
Paling sering, masalah ini disebabkan oleh iritasi kronis dari air, sabun, pelarut, dan minyak. Diperlukan waktu berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun sebelum gejala muncul.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar kesehatan? Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!