Share This Article
Istilah bulimia, mungkin tidak terlalu asing di telinga kamu. Namun, bagaimana dengan diabulimia? Sama-sama merupakan gangguan makan, diabulimia adalah gabungan dari kata diabetes dan bulimia.
Diabulimia merupakan kelainan pola makan yang serius. Kondisi ini biasanya dialami oleh penderita diabetes tipe 1. Lalu, apa saja dampak kesehatan dari penyakit yang satu ini?
Baca juga: Daun Pletekan untuk Obat Diabetes, Kenali Manfaat dan Efek Sampingnya
Pengertian diabulimia
National Eating Disorders Association (NEDA), mengartikan diabulimia sebagai gangguan makan pada penderita diabetes tipe 1, di mana ia dengan sengaja membatasi insulin untuk menurunkan berat badan.
Dilansir dari Therecoveryvillage, hal tersebut bisa terjadi dengan berbagai cara, misalnya:
- Membatasi asupan insulin dan di waktu yang sama mencoba ‘membersihkan’ kandungan insulin dalam tubuhnya dengan berbagai cara (jenis bulimia)
- Mengurangi dosis insulin sekaligus membatasi asupan makanan secara signifikan (jenis anoreksia), atau
- Membatasi insulin tanpa memperhatikan jumlah makanan yang dikonsumsi secara spesifik.
Siapa yang rentan mengalaminya?
Diabulimia paling banyak diderita oleh wanita penderita diabetes tipe 1 dari segala usia.
Selanjutnya, remaja adalah golongan yang juga rentan terkena gangguan ini. Dilansir dari Webmd, sekitar 30 persen remaja penderita diabetes tipe 1, menahan perawatan insulin agar berat badannya menjadi turun.
Faktor risiko
Selain menderita diabetes tipe 1, kemungkinan kamu mengalami diabulimia akan cenderung lebih besar jika memiliki beberapa faktor risiko berikut ini:
- Sifat kepribadian yang selalu ingin sempurna
- Terdapat riwayat keluarga dengan gangguan makan
- Ada trauma masa kecil, pengabaian atau pelecehan, termasuk penindasan
- Faktor sosial budaya termasuk tekanan sosial di dunia maya untuk menjadi kurus
- Tumbuh dalam keluarga di mana diet atau makan berlebihan adalah hal biasa.
Tanda-tanda diabulimia
Seperti gangguan makan lainnya, diabulimia memengaruhi kondisi fisik dan psikologis penderitanya. Pada tahap awal, biasanya gejala yang muncul dari sisi mental akan lebih mudah terlihat.
Misalnya, lewat kekhawatiran yang berlebihan tentang berat badan, isyarat ketakutan mengonsumsi makanan tertentu, atau enggan menggunakan insulin di hadapan orang lain.
Gejala psikologis lainnya yang bisa muncul dari seorang penderita diabulimia adalah:
- Senang memuji penampilan orang yang kurus
- Memfokuskan diri pada percakapan tentang makanan, berat badan atau kalori
- Kerap mengekspresikan kekhawatiran tentang berat badan atau penampilan
- Sering berbicara tentang pengaruh insulin terhadap berat badan
- Menunjukkan tanda-tanda depresi atau kecemasan
- Mengisolasi diri dan menghindari aktivitas sosial
- Bersikap rahasia tentang penggunaan insulin, dan
- Menolak makan di depan orang lain
Sementara itu, gejala fisik diabulimia yang umum muncul di antaranya mencakup:
- Berhenti haid
- Denyut jantung tidak teratur
- Mual atau muntah
- Sering buang air kecil
- Infeksi kandung kemih
- Penurunan berat badan yang cepat
- Kulit atau rambut kering
- Penglihatan kabur
- Hasil glukosa darah tinggi pada tes A1C, dan
- Gejala dehidrasi kronis.
Baca juga: Wajib Diketahui, Ini Deretan Obat Diabetes dan Efek Sampingnya
Dampak kesehatan yang bisa terjadi
Efek diabulimia termasuk ke dalam kategori komplikasi medis yang berbahaya.
Ini dikarenakan penderita diabetes dapat mengalami beberapa gangguan fisik di bawah ini, akibat dari seringnya pembatasan insulin.
- Hilangnya jaringan otot
- Fungsi sistem kekebalan tubuh berkurang
- Infeksi bakteri atau jamur
- Kerusakan mata sementara atau permanen
- Nyeri, kesemutan atau mati rasa pada anggota tubuh
- Penyakit kronis seperti penyakit ginjal, hati dan jantung
Cara mengatasi diabulimia
Skenario terbaik bagi pasien penderita diabulimia adalah menemui ahli endokrinologi, yakni ahli gizi yang memiliki pengetahuan tentang diabetes dan gangguan makan.
Tak hanya itu, ia juga perlu berkonsultasi pada tenaga medis di bidang kesehatan mental yang mengkhususkan diri pada gangguan makan.
Rawat inap atau rawat jalan intensif, juga sering diperlukan dan biasanya melibatkan perawatan medis, konseling nutrisi, dan terapi. Terapi perilaku kognitif (CBT), adalah intervensi psikologis yang dinilai cukup efektif untuk mengatasi bulimia dan gangguan makan sejenis.
Dalam CBT, penderita gangguan makan dapat menantang pemikiran mereka yang menyimpang terkait dengan citra diri, serta mengembangkan strategi perilaku untuk mengatasi pemicu gangguan makan yang dialami.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!