Share This Article
Berat badan berlebih dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit kardiovaskular. Maka dari itu, berat badan pun sering dianggap bisa memprediksi kematian seseorang.
Dilansir Medical News Today, sebuah studi meneliti efek mengukur indeks massa tubuh (IMT) terhadap prediksi kematian dari waktu ke waktu. IMT diyakini dapat membantu memperkirakan risiko penyakit di kemudian hari.
Baca juga: Jangan Sampai Keliru, Begini Cara Menghitung BMI yang Benar
Penambahan berat badan dan risiko kematian
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Annals of Epidemiology menunjukkan bahwa orang dengan berat badan sehat di awal masa dewasa, lalu secara bertahap mengalami kelebihan berat badan namun tidak sampai obesitas, cenderung hidup lebih lama daripada orang lain.
Risiko kematian yang dimiliki orang dalam kategori ini cenderung lebih rendah. Ini jika dibandingkan mereka yang mempertahankan IMT dalam kisaran normal di sepanjang kehidupannya.
Sementara itu, penderita obesitas yang berat badannya terus bertambah, disebut-sebut memiliki profil risiko kematian tertinggi.
Sumber data penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lintasan IMT seumur hidup di dua generasi terkait dan memperkirakan risiko kematian yang bisa terjadi. Data yang dianalisis berasal dari riwayat medis di Framingham Heart Study (FHS) antara tahun 1948 sampai 2011.
Setelah menyisihkan data peserta yang tidak lengkap, terdapat sekitar 4.576 data individu dari kohort FHS asli dan 3.753 dalam kohort keturunan.
Kohort adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik sama, hidup pada periode waktu tertentu, dan punya riwayat kesehatan serupa.
Baca juga: Berat Badan Turun namun Tidak Sedang Diet? Bisa Jadi Ini Penyebabnya
Bagaimana penelitian ini dilakukan?
Dari analisis terhadap data-data tersebut, diketahui bahwa pada tahun 2011 sebanyak 3.913 individu dari kelompok asli dan 967 individu dari kelompok keturunan telah meninggal dunia.
Para ilmuwan kemudian berupaya melihat berbagai faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kematian tersebut. Ini termasuk kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin.
Selain itu, mereka juga menganalisis bagaimana IMT para peserta berevolusi selama bertahun-tahun.
Hasil penelitian
Studi tersebut menunjukkan bahwa mereka yang memiliki IMT sehat di awal masa dewasa dan secara bertahap mengalami kenaikan berat badan cenderung hidup lebih lama. Namun, ini hanya terjadi jika mereka tidak mengalami obesitas.
Para penulis berspekulasi bahwa memiliki berat badan ekstra dalam jumlah sedang di usia tua, dapat memberikan perlindungan terhadap masalah-masalah seperti kekurangan nutrisi karena penyakit kronis.
Sedangkan peserta yang berat badannya tetap dalam kisaran sehat sepanjang hidup mereka, memiliki risiko kematian terendah kedua.
Kemudian diikuti oleh mereka yang kelebihan berat badan tetapi tetap pada berat yang sama selama hidup mereka.
Peringkat selanjutnya ditempati oleh orang-orang dengan berat badan kurang. Kemudian orang yang paling tidak mungkin bertahan hidup adalah penderita obesitas yang terus mengalami kenaikan berat badan.
Kontribusi terhadap kematian populasi
Studi ini menunjukkan bahwa generasi kedua lebih cenderung mengalami kelebihan berat badan dan obesitas lebih awal dibandingkan orang tua mereka.
Penelitian ini juga mengungkap bahwa konstribusi kematian terkait lintasan obesitas tersebut cukup berpengaruh dalam jumlah kematian secara umum.
“Meskipun risiko kematian yang terkait dengan lintasan obesitas telah menurun, kontribusinya terhadap kematian populasi justru meningkat dari 5,4 persen pada kelompok awal menjadi 6,4 persen pada kelompok keturunan,” tutur peneliti The Ohio State University di Columbus, Dr. Hui Zheng.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.