Share This Article
Sebagian orang menganggap penyakit jantung dapat dicegah dengan mengurangi asupan produk susu tinggi lemak, seperti mentega, keju, atau minuman susu itu sendiri.
Hal ini pada akhirnya mendorong mereka untuk beralih ke produk berbahan susu dengan kandungan lemak yang rendah, atau bahkan tidak mengonsumsinya sama sekali.
Apakah hal tersebut tepat? Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Plos Medicine, justru menyatakan sebaliknya.
Ya, ternyata produk susu tinggi lemak justru dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Teruskan membaca artikel di bawah untuk mengetahui penjelasan lebih lengkapnya.
Baca juga: Amankah Penderita Penyakit Jantung Melakukan Hubungan Seksual? Ini Jawabannya!
Mengapa lemak susu dianggap tidak baik untuk kesehatan jantung?
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab utama kematian tertinggi di dunia, dan diet berperan penting dalam mencegah masalah kesehatan yang satu ini .
Banyak orang menganggap agar terhindar dari risiko penyakit jantung, diet perlu melibatkan pengurangan konsumsi makanan maupun minuman berbahan dasar susu.
Alasannya karena kandungan lemak dalam produk-produk tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol yang pada gilirannya bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Akan tetapi pendapat tersebut sepertinya perlu ditinjau kembali.
Studi terbaru: peserta dengan kadar asam lemak tertinggi memiliki risiko penyakit jantung terendah
Penelitian dilakukan dengan melihat hubungan antara biomarker asam lemak dalam sampel darah, dengan penyakit kardiovaskular seperti gangguan jantung atau stroke. Biomarker adalah molekul yang dapat membantu menandakan fungsi normal atau abnormal.
Setelah meneliti 4.150 orang dewasa Swedia yang 51 persen terdiri dari perempuan berusia rata-rata 60 tahun. Diketahui bahwa peserta yang memiliki kadar asam lemak tertinggi terkait dengan produk susu berlemak tinggi, justru memiliki risiko penyakit jantung terendah.
Mereka juga tidak memiliki peningkatan risiko kematian dari semua faktor penyebab yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari 578 kejadian penyakit kardiovaskular dan 676 kematian yang tercatat selama studi dilakukan.
Keterbatasan studi
Kendati demikian, studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Termasuk ketidakmampuan biomarker untuk membedakan berbagai jenis makanan berbahan dasar susu.
Ini dianggap bisa meningkatkan risiko kesalahan saat mengklasifikasi tingkat paparan kadar lemak susu yang sebenarnya terjadi.
Hal ini membuat para ahli dalam studi tersebut tidak dapat mengatakan dengan pasti apakah perubahan faktor risiko penyakit jantung lainnya dari waktu ke waktu ikut berperan.
Misalnya merokok, aktivitas fisik, pola diet keseluruhan, atau bahwa orang-orang dalam penelitian ini terus mengonsumsi susu dalam jumlah yang sama seperti yang dikonsumsi pada pengukuran awal mereka.
Kesimpulan studi
Penulis utama studi, Kathy Trieu dari George Institute for Global Health mengatakan, asupan lemak dan hubungannya dengan kesehatan jantung lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya.
“Jadi ketika kita memilih makanan olahan susu untuk dibeli, kurang penting untuk memilih opsi rendah lemak,” kata Trieu seperti dikutip Fox News. “Sebaiknya, pilih produk susu tanpa tambahan gula atau natrium karena itu lebih baik untuk kesehatan jantung” lanjutnya.
Efek lemak susu berbeda pada setiap orang
Dampak konsumsi produk yang mengandung lemak susu berbeda untuk setiap orang. Ya, Konsumsi makanan tinggi susu seperti susu, keju, dan yoghurt tidak memengaruhi semua orang dengan cara yang sama.
Dalam beberapa kasus, jelasnya, produk susu hanya dapat ditambahkan ke dalam makanan, dan dalam kasus lain, rekomendasi tersebut dapat menggantikan produk susu lainnya.
Jadi penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi jika kamu punya perhatian khusus dengan efek lemak susu terhadap kesehatanmu.
Baca juga: Catat, Berikut Gejala Emboli Paru yang Harus Diwaspadai
Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!