Share This Article
Radang usus atau dikenal dengan istilah medis Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit yang tidak disebabkan maupun disembuhkan oleh apa yang kamu makan.
Meski begitu, para ahli sepakat bahwa makanan juga ikut berperan dalam menyebabkan terjadinya penyakit ini. Ingin tahu lebih lanjut? Mari simak ulasan lengkapnya berikut.
Baca juga: Jangan Sampai Terlambat! Kenali Penyebab Lambung Bengkak Berikut Ini
Apa itu radang usus?
Dilansir dari Healthline, ini merupakan sekelompok gangguan kesehatan yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan secara berkepanjangan.
Saluran pencernaan sendiri terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar. Masing-masing bertanggung jawab untuk memecah makanan, mengekstraksi nutrisi, dan menghilangkan bahan yang tidak dapat digunakan tubuh untuk dijadikan produk limbah.
Ketika terjadi peradangan di bagian mana saja di sepanjang saluran pencernaan tersebut, hal itu dapat mengganggu proses normal pencernaan dan menimbulkan sensasi yang sangat menyakitkan dan mengganggu.
Faktor penyebab radang usus
Sampai detik ini, penyebab radang usus belum diketahui dengan pasti. Namun, faktor genetika dan sistem kekebalan tubuh yang terganggu telah banyak dikaitkan dengan masalah kesehatan ini.
Kamu mungkin lebih berisiko mengembangkan radang usus jika memiliki saudara kandung atau orangtua dengan penyakit ini. Kekebalan tubuh yang buruk juga sangat berisiko membuat kamu menderita radang usus.
Ini dikarenakan tubuh gagal melindungi diri dari organisme penyebab penyakit dan infeksi pada saluran pencernaan, sehingga memicu respons imun, yang membuat saluran pencernaan meradang.
Apakah makanan bisa menyebabkan radang usus?
Penyebab radang usus sering dikaitkan dengan kondisi diet yang salah. Sebab, penderitanya banyak yang memiliki sistem pencernaan buruk, kehilangan nafsu makan, dan penurunan berat badan tidak disengaja.
Padahal kaitan langsung antara kedua hal tersebut bisa dibilang tidak ada. Memang ada beberapa jenis makanan yang diketahui dapat memperburuk gejala penyakit ini, dan ada juga yang bisa mempercepat penyembuhannya.
Namun, hal ini tidak serta merta menjadikan makanan sebagai faktor utama penyebab terjadinya penyakit radang usus.
Meski begitu, orang yang sedang menjalani perawatan total untuk radang usus tetap disarankan untuk cermat dalam memilih makanan dan menelaah bagaimana tubuh merespons makanan tersebut.
Baca juga: Hal-hal yang Wajib Kamu Ketahui Seputar Penyakit Asam Lambung
Diet dan risiko radang usus
Dilansir dari NCBI, pengaruh diet sebagai faktor risiko untuk mengembangkan IBD telah dipelajari dalam sejumlah studi. Hasilnya, secara umum ditemukan ada kaitan erat antara daging dan lemak hewani dengan risiko rendah terjadinya penyakit ini.
Diet tinggi serat, buah dan sayuran dapat meningkatkan risiko radang usus pada seseorang, atau memperburuk gejala yang dialami penderita penyakit ini.
Jenis diet yang dianjurkan untuk penderita radang usus
Pertama-tama, kamu harus berkonsultasi ke dokter atau ahli diet untuk membuat rencana diet seimbang berdasarkan penyakit radang usus yang diderita.
Dokter biasanya akan mendiagnosis terlebih dulu jenis radang usus yang kamu alami (apakah penyakit Crohn atau kolitis ulserativa), lokasi dan luasnya persebaran penyakit, serta apakah penyakit ini aktif atau dalam remisi.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pola makan khusus yang cocok untuk semua penderita IBD. Rencana diet hanya bersifat sebagai pelengkap, dan tidak boleh menggantikan perawatan medis untuk IBD.
Beberapa jenis diet yang dianjurkan pada penderita penyakit radang usus adalah:
Diet karbohidrat kompleks
Pelaku pola makan ini umumnya diperbolehkan mengonsumsi makanan yang mengandung glukosa, fruktosa, dan galaktosa, tetapi tidak diperkenankan memakan karbohidrat kompleks.
Alasan di balik pengecualian karbohidrat kompleks adalah bahwa zat tersebut kurang terserap di saluran pencernaan.
Ini bisa menyebabkan fermentasi bakteri sehingga mendorong terjadinya peradangan dan cedera usus.
Diet laktosa
Penderita radang usus umumnya akan diminta untuk menghindari laktosa agar gejala yang dialami semakin berkurang.
Namun, meski begitu, mereka mungkin tetap boleh mengkonsumsi produk susu dengan kandungan laktosa yang lebih rendah, seperti keju cottage, mentega atau yoghurt.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!