Share This Article
Clotrimazole merupakan golongan obat turunan imidazol yang banyak digunakan untuk mengatasi berbagai masalah akibat infeksi jamur.
Kali pertama obat ini ditemukan pada tahun 1969 dan kini termasuk dalam golongan Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berikut informasi selengkapnya mengenai clotrimazole, manfaat, dosis, cara pakai, serta risiko efek samping yang mungkin terjadi.
Untuk apa obat clotrimazole?
Clotrimazole adalah obat anti jamur yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur, seperti infeksi jamur vagina, berberapa jenis kurap, ruam popok, dan sariawan.
Obat ini banyak dijumpai sebagai obat salep (topikal) dan beberapa obat oral. Obat oral banyak digunakan untuk mengatasi beberapa gangguan infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan.
Cara kerja obat ini mirip antibiotik, tetapi ia hanya dapat mengatasi gangguan infeksi jamur. Obat ini tidak akan efektif untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri.
Apa fungsi dan manfaat obat clotrimazole?
Clotrimazole berfungsi sebagai agen antijamur yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis yang diperlukan dalam pembentukan membran sel jamur. Dengan demikian, obat ini dapat menghambat pertumbuhan sel jamur dan mematikan sel jamur.
Obat ini memiliki beberapa manfaat yang digunakan untuk mengatasi beberapa infeksi jamur berkaitan dengan kondisi berikut:
1. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur. Dalam mengatasi infeksi jamur, obat ini dapat digunakan sebagai terapi obat tunggal.
Obat bisa diresepkan untuk mengatasi tinea corporis (kurap tubuh), tinea cruris, atau tinea pedis (kaki atlet) yang disebabkan oleh Epidermophyton floccosum, Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, atau T. rubrum.
Obat ini juga dapat diberikan dalam kombinasi tetap dengan betametason dipropionat. Pemberian obat kombinasi hanya diresepkan untuk mengatasi gejala inflamasi tinea pedis, tinea kruris, dan tinea corporis yang disebabkan oleh E. floccosum, T. mentagrophytes, atau T. rubrum.
Clotrimazol topikal biasanya efektif untuk pengobatan tinea corporis atau tinea kruris tanpa komplikasi. Sedangkan bentuk sediaan oral mungkin diperlukan jika tinea corporis atau tinea kruris telah berkembang luas.
Obat kombinasi ini juga diberikan terutama apabila terdapat dermatofit folikulitis, infeksi kronis atau tidak merespons terapi topikal. Pertimbangan lainnya adalah faktor pasien kelainan imun karena penyakit yang menyertai atau terapi obat yang bersamaan.
2. Infeksi Pityriasis (Tinea) versicolor
Pityriasis versicolor atau juga disebut tinea versicolor merupakan infeksi kulit yang umum. Gejalanya dapat dikenali dengan munculnya ruam khas, bercak pigmen pada kulit, dan bintik-bintik yang tidak terlalu menonjol.
Obat ini dapat diresepkan untuk pengobatan pitiriasis (tinea) versicolor yang disebabkan oleh Malassezia furfur (Pityrosporum orbiculare) atau P. ovale.
Bentuk sediaan topikal umumnya cukup efektif untuk mengatasi infeksi. Namun, pemberian sediaan oral dapat diberikan pada pasien yang mengalami infeksi luas, berat, gagal merespons, atau sering kambuh dengan terapi topikal.
3. Kandidiasis kulit
Infeksi kulit kandidiasis terjadi akibat infeksi jamur Candida. Infeksi kulit ini telah diobati secara efektif dengan klotrimazol topikal.
Dalam sebuah uji perbandingan, krim klotrimazol sama efektifnya dengan salep Whitfield dalam pengobatan dermatofitosis, dan seefektif nistatin pada kandidiasis kulit.
Sediaan topikal klotrimazol umumnya dapat ditoleransi dengan baik, tetapi pada beberapa kasus iritasi lokal memerlukan penghentian terapi.
Sediaan oral dapat diberikan apabila perkembangan kandidiasis yang meluas atau pasien gagal merespons obat topikal. Namun, ada beberapa faktor merugikan dalam terapi oral, yaitu tingginya insiden gangguan gastrointestinal dan reaksi neurologis.
Sisi baiknya, obat ini berhasil pada pasien yang gagal merespons agen antijamur lain, seperti nistatin dan amfoterisin. Dengan demikian, pertimbangan obat ini dapat dimasukkan sebagai terapi alternatif pada pasien tanpa riwayat gangguan gastrointestinal atau neurologis.
4. Kandidiasi orofaring (tenggorokan)
Obat ini termasuk dalam rekomendasi terapi pilihan untuk pengobatan kandidiasis orofaringeal tanpa komplikasi pada pasien yang terinfeksi HIV. Namun, obat ini mungkin tidak efektif untuk pengobatan kandidiasis esofagus pada pasien terkait HIV.
Obat digunakan sebagai profilaksis untuk mengurangi kejadian kandidiasis orofaringeal pada pasien dengan gangguan kekebalan.
Obat diresepkan terutama pada pasien dengan terapi imunosupresif. Terapi tersebut misalnya, kortikosteroid, agen antineoplastik, terapi radiasi untuk leukemia, tumor, atau transplantasi ginjal.
Namun, khasiat dan keamanan pada pasien dengan imunosupresi akibat defisiensi imun primer atau penyebab lain belum terlalu memadai. Dengan demikian, penggunaan obat ini untuk profilaksis kandidiasis ororfaring harus diawasi dengan ketat.
5. Kandidiasis vagina (vulvovaginal)
Obat ini dapat diberikan sebagai pengobatan kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi. Obat ini dapat mengatasi kandidiasis vagina tingkat ringan hingga sedang yang disebabkan oleh Candida albicans.
Pengobatan dapat dilakukan mandiri (swamedikasi) pada wanita tanpa komplikasi dan tidak hamil atau sebelumnya tidak mengalami gejala serupa.
Sedangkan untuk infeksi yang parah harus dengan diagnosis dari dokter. Infeksi ini umumnya memerlukan pengobatan yang lebih lama daripada yang lebih ringan.
Pengobatan infeksi ini biasanya untuk yang berulang ( lebih dari 4 kali dalam 1 tahun), eritema vulva yang luas, edema, ekskoriasi, atau pembentukan fisura.
Pengobatan juga perlu diagnosis dokter, terutama yang disebabkan oleh Candida selain C. albicans. Diagnosis dokter juga diperlukan apabila terjadi pada wanita dengan kelainan kondisi medis, seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, infeksi HIV, terapi imunosupresif.
Pengobatan kandidiasis vagina juga harus diberikan pada pasangan seksual yang telah telah menunjukkan gejala infeksi. Perawatan rutin untuk pasangan seksual pria tanpa gejala tidak dianjurkan. Namun, terapi ini dapat dipertimbangkan pada wanita dengan infeksi berulang.
Merek dan harga obat clotrimazole
Obat ini telah mendapatkan izin edar untuk penggunaan medis di Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Obat ini termasuk dalam obat bebas terbatas sehingga kamu bisa mendapatkannya tanpa resep dokter.
Berikut beberapa merek obat clotrimazole beserta harganya yang bisa kamu dapatkan di beberapa apotek terdekat:
Nama paten
- Fungiderm Cr 5gr. Sediaan krim atau salep mengandung clotrimazole 1% yang diproduksi oleh Konimex. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp17.056/tube.
- Erphamazol Cr 5gr. Sediaan salep mengandung klotrimazol 1% yang diproduksi oleh Erlimpex. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp8.101/tube.
- Heltiskin Cr 5gr. Sediaan salep mengandung clotrimazole 1% dan betamethasone dipropionate 0,064%. Obat yang diproduksi oleh Konimex ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp27.555/tube.
- Fungiderm cr 10gr. Sediaan krim atau salep mengandung clotrimazole 1%. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp30.338/yube.
- Dermifar Cr 5gr. Sediaan krim mengandung clotrimazole 5mg yang diproduksi oleh Ifars. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp5.557/tube.
- Baycuten N Cr 5gr. Sediaan salep per gram mengandung dexamethasone 0,4mg dan clotrimazole 10mg. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp72.325/tube.
- Neo Ultrasiline Cr 5gr. Sediaan salep mengandung clotrimazole 1% yang diproduksi oleh PT. Henson Farma. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp10.885/tube.
Bagaimana cara pakai obat clotrimazole?
Gunakan obat ini sesuai panduan yang ada di label kemasan obat. Jika kamu tidak memahami petunjuknya, tanyakan pada apoteker atau dokter untuk menjelaskannya.
Gunakan sediaan topikal setelah bagian yang terinfeksi dibersihkan. Kamu bisa menggunakan obat ini setelah mandi. Oleskan krim atau salep pada bagian yang terinfeksi.
Untuk sediaan obat oral (troche/tablet hisap), dibiarkan larut perlahan di dalam mulut. Isap satu troche setiap kali sampai larut sepenuhnya, biasanya 30 menit. Jangan mengunyah atau menelan sediaan tablet hisap.
Obat ini biasanya digunakan dalam jangka waktu pendek sampai gejala sembuh. Penggunaan jangka panjang atau untuk profilaksis dan perawatan sebaiknya dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter.
Simpan obat clotrimazole pada suhu kamar jauh dari kelembapan dan panas matahari setelah digunakan.
Berapa dosis obat clotrimazole?
Dosis dewasa
Kandidiasis orofaringeal
- Sebagai tablet 10mg: larutkan 1 tablet perlahan di dalam mulut 5 kali sehari selama 14 hari.
- Sebagai profilaksis untuk pasien yang menjalani kemoterapi, radioterapi, atau terapi steroid dapat diberikan dosis lazim yang diminum tiga kali sehari.
Otitis eksterna akibat infeksi jamur
- Dosis lazim: sebagai larutan 1% dapat diberikan 2-3 tetes ke telinga yang terinfeksi.
- Dosis diberikan dua atau tiga kali sehari setidaknya selama 2 minggu untuk mencegah kambuh.
Balanitis kandida
Sebagai krim 1% atau 2%, oleskan dua atau tiga kali sehari ke organ genital pasangan seksual pria hingga 2 minggu.
Infeksi jamur kulit
- Sebagai krim, lotion, larutan 1%: oleskan tipis-tipis pada area yang terinfeksi dua sampai tiga kali sehari.
- Lanjutkan pengobatan setidaknya selama 4 minggu untuk infeksi dermatofita atau minimal 2 minggu untuk infeksi kandida.
Kandidiasis vulvovaginal
- Sebagai pessary: ​​masukkan 100mg setiap hari selama 6 hari, atau 200mg setiap hari selama 3 hari, atau 500mg sebagai dosis tunggal.
- Sebagai krim 10%: Masukkan 5g (1 aplikator penuh) secara intravaginal sebagai dosis tunggal. Semua dosis dimasukkan secara intravaginal dan sebaiknya pada malam hari, menggunakan aplikator yang tersedia.
- Perawatan dapat diulangi sekali jika perlu dan harus diselesaikan sebelum menstruasi.
- Sebagai krim 1% atau 2%: oleskan sedikit demi sedikit ke area anogenital luar setidaknya selama 2 minggu (infeksi kandida).
Dosis anak
Kandidiasis orofaringeal
Usia di atas 3 tahun dapat diberikan dosis sama dengan dosis dewasa. Disarankan menggunakan dosis efektif yang terendah.
Kandidiasis vulvovaginal
Usia di atas 16 tahun
- Sebagai pessary: ​​masukkan 100mg setiap hari selama 6 hari atau 200mg setiap hari selama 3 hari.
- Sebagai krim 10%: Sama dengan dosis dewasa.
- Semua dosis dimasukkan setinggi mungkin secara intravaginal, sebaiknya pada malam hari menggunakan aplikator yang tersedia.
- Perawatan dapat diulangi sekali jika perlu dan harus diselesaikan sebelum menstruasi.
Apakah clotrimazole aman untuk ibu hamil dan menyusui?
U.S. Food and Drug Administration (FDA) memasukkan obat ini dalam golongan obat B untuk sediaan topikal dan tablet vaginal. Sedangkan sediaan oral tablet hisap termasuk dalam golongan obat kategori C.
Sediaan obat topikal dan tablet vaginal tidak menunjukkan risiko merugikan pada janin hewan percobaan. Sedangkan sediaan oral tablet hisap telah menunjukkan efek samping merugikan pada janin hewan percobaan (teratogenik).
Obat ini juga belum diketahui apakah dapat terserap dalam ASI atau tidak. Gunakan obat hanya dengan arahan dari dokter saat kamu sedang hamil atau menyusui.
Apa efek samping obat clotrimazole yang mungkin terjadi?
Reaksi efek samping mungkin terjadi akibat penyalahgunaan dosis obat atau karena respons dari tubuh pasien. Berikut ini risiko efek samping yang mungkin terjadi:
- Reaksi alergi, seperti kesulitan bernapas, pembengkakan pada bibir, lidah, atau wajah dan gatal-gatal.
- Mual atau sakit perut
- Muntah
- Gatal pada vagina
- Sensasi tidak enak di mulut.
Peringatan dan perhatian
Jangan gunakan obat ini apabila kamu memiliki riwayat alergi obat clotrimazole sebelumnya.
Sebelum minum obat ini, beritahu dokter jika kamu memiliki penyakit hati. Kamu mungkin tidak dapat menggunakan clotrimazole, atau mungkin memerlukan dosis yang lebih rendah atau pemantauan khusus selama perawatan.
Clorimazole tidak diserap di dalam saluran lambung atau usus. Obat oral tidak akan mengobati infeksi jamur di bagian tubuh manapun selain mulut dan tenggorokan.
Bicaralah dengan dokter jika kamu memiliki jenis infeksi jamur lain seperti kutu air, gatal di selangkangan, kurap, atau infeksi jamur vagina. Beritahu juga apabila kamu memiliki riwayat infeksi vagina berulang.
Clorimazole oral termasuk dalam kategori kehamilan C yang berarti tidak diketahui apakah obat ini akan membahayakan bayi yang belum lahir. Jangan minum obat ini tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika sedang hamil.
Tidak diketahui apakah obat ini akan membahayakan bayi yang menyusui. Jangan minum obat ini tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter jika kamu sedang menyusui bayi.
Keamanan dan efektivitas klotrimazol belum ditetapkan untuk anak di bawah usia 3 tahun. Jangan berikan obat ini pada anak usia 3 tahun untuk menghindari risiko tidak menyenangkan.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!